FPSB UII Gelar Coaching Kewirausahaan Bagi Mahasiswa
Usai mendiskusikan pengembangan kepemimpinan bagi mahasiswa (FGD: Pengembangan Kepemimpinan Mahasiswa FPSB UII) pada 13 November 2021, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB UII) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyelenggarakan kegiatan yang berkait erat dengan pengembangan kompetensi mahasiswa. Kali ini yang diselenggarakan adalah coaching kewirausahaan yang diperuntukan bagi pengurus (perwakilan) kemahasiswaan FPSB UII, seperti HIMAPSI, KOMAHI, EDSA, HIMAKOM, JAFANA, DPM, LEM dan juga MARCOM pada hari Sabtu, 20 November 2021 di Inside Hotel Yogyakarta.
Kegiatan ini menghadirkan Arif Fajar Wibisono, S.E., M.Sc., CBC. selaku Direktur Pembinaan & Pengembangan Kewirausahaan/Simpul Tumbuh, Amarria Dila Sari, S.T., M.Eng. selaku Kepala Divisi Pengembangan Kewirausahaan/Inkubasi Bisnis & Inovasi Bersama (IBISMA) UII, dan juga seorang pengusaha muda yang cukup sukses menjalankan beberapa usahanya, yakni Muhammad Abdullah Zulfikar, S.Pt.
Dalam pesannya, Arif Fajar Wibisono menegaskan kepada peserta (mahasiswa) tentang pentingnya keberanian mengambil resiko dalam memulai sebuah usaha. Keberanian yang dimaksud bukanlah keberanian yang tanpa pertimbangan, namun sebagai mahasiswa tentu haruslah melakukan pola-pola layaknya seorang mahasiswa yakni denga melakukan riset-riset akan peluang sebuah usaha. Baik jenis usaha, lokasi, maupun pangsa pasar atau target market.
“Berani mengambil resiko merupakan salah satu karakter yang dibutuhkan dalam kewirausahaan. Dan prestasi kewirausahaan juga memberikan sumbangsih pada pemeringkatan Perguruan Tinggi serta Akreditasi Perguruan Tinggi. Jadi keikutsertaan dalam kewirausahaan sangatlah penting”, ungkapnya.
Namun demikian, Arif Fajar Wibisono tetap mengingatkan agar mahasiswa (aktif) yang terjun ke dunia usaha (wirausaha) juga harus tetap memiliki prestasi akademik.
Sementara Muhammad Abdullah Zulfikar, S.Pt menambahkan bahwa jika seorang mahasiswa memiliki sebuah gagasan/keinginan untuk melakukan sebuah usaha (wirausaha), maka hendaknya segera dimulai. Terkait adanya keyakinan bahwa sebuah usaha mesti diawali dengan berdarah-darah (rugi), namun fakta yang ada menurutnya hanya kisaran 10% yang mengalami hal tersebut. Muhammad Abdullah Zulfikar pun menegaskan pentingnya fondasi kepercayaan (amanah) dalam membangun sebuah usaha, apalagi jika usaha tersebut dilakukan bersama rekanan.
“Kemampuan itu bisa dilatih, tapi loyalitas (sifat amanah) itu berat”, tandasnya seraya menjelaskan model-model jiwa enterpreneur dan juga berbagi pengalaman dalam membangun sebuah usaha.
Kegiatan diakhiri dengan diskusi antar kelompok mahasiswa untuk menggagas sebuah ide berwirausaha yang kemudian dipresentasikan dihadapan para pemateri