SEHABIS SUBUH: JANGAN TIDUR, BERGERAKLAH!
Oleh : Dr. H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si., M.Ag., Psikolog ———
Salah satu anjuran Nabi Muhammad adalah tidak tidur sehabis waktu subuh. Nabi Muhammad bersabda: “Seusai shalat fajar (subuh), janganlah kamu tidur sehingga melalaikan kamu untuk mencari rizki” (HR Thabrani). Para ulama, sebagaimana diungkapkan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, sampai-sampai menempatkan hukum tidur sehabis subuh sebagai makruh. Makruh berarti sesuatu itu kurang direkomendasikan, bahkan tidak direkomendasikan, sekalipun tidak terlarang. Ada apa dengan subuh sehingga kita sebaiknya dalam keadaan sadar bahkan lebih baik dalam keadaan beraktivitas?
Menyegerakan Diri untuk Memulai Tidur
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, perlu dipahami aturan umum dalam hidup, yaitu gunakan siang untuk berkarya dan manfaatkan malam hari untuk beristirahat tidur. “Dan Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat dan (menjadikan) siang terang benderang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar” (QS Yunus, 10:67). Di ayat lain, Allah berfirman dengan pesan yang senada: Dan Kami jadikan tidurmu untuk beristirahat, dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan (An-Naba’, 78: 9-11).
Kita pun diminta untuk tidak berlama-lama dalam keadaan sadar dan beraktivitas sehabis shalat isya. Para sahabat Nabi Muhammad tidak mengobrol di malam hari, namun segera tidur. “Disebutkan dalam Riwayat Abdurrahman bin Qasim dari ayahnya dari Aisyah ra, dia berkata: ‘Rasulullah saw tidak tidur sebelum isya’ dan tidak begadang setelah isya’.” Merujuk apa yang dilakukan Nabi Muhammad dan para sahabat beliau, kita dianjurkan untuk tidak tidur terlalu larut. Mestinya kita sudah naik ke tempat tidur kita sekitar pukul 22 atau satu jam sebelumnya (pukul 21).
Para ahli kesehatan memberi penguat mengapa manusia harus tidur lebih awal dan tidak tidur terlalu malam. Pada sekitar pukul 21 malam, tubuh manusia secara alamiah melakukan detoksifikasi. Dimulai dengan detoksifikasi kelenjar getah bening atau sistem antibodipada pukul 21, dilanjutkan dengan detoksifikasi hati atau liver mulai pukul 23 malam, dan dituntaskan dengan detoksifikasi empedu itu mulai pukul 1 pagi hingga lebih kurang pukul 3 pagi. Semua proses detoksifikasi alamiah ini mensyaratkan manusia dalam keadaan beristirahat total. Karenanya, siapa yang tidur lebih awal dan bangun sekitar pukul 3 dalam keadaan nyenyak, maka dia meraih proses pembersihan diri paling sukses. Racun-racun berlomba keluar dari tubuhnya.
Ada sebagian ahli kesehatan yang tidak mempermasalahkan manakala seseorang tidak tidur di malam hari asalkan menggantinya atau mengkonversinya dengan tidur di esok harinya. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh dokter Ari Fahrial Syam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (Mitos Tidur Larut Malam, Benarkah Ganggu Proses Detoksifikasi Alami Tubuh? (suara.com). Akan tetapi, ini hanya berlaku karena faktor keterpaksaan. Disebabkan seseorang harus bekerja di malam hari, seperti halnya dokter jaga malam dan para satpam, dengan penuh keterpaksaan mereka tidak tidur di waktu malam. Sekaliun demikian, fakta ini tidak dapat dipakai untuk membenarkan pandapat bahwa tidak ada masalah kalau seseorang membiasakan diri begadang di malam hari. Bahkan dokter Ari juga berpandangan tidak baik membiasakan diri bekerja atau beraktivitas saat jam tidur, karena “tubuh tetap butuh metabolisme normal dengan tidur di malam hari.” Karenanya, rekomendasi terbaik untuk orang yang berharap hidup secara sehat adalah mulai tidur di awal waktu (sekitar pukul 21-22) dan segera bangun di sepertiga terakhir malam (sekitar pukul 3-4 pagi). Tantangannya adalah menggeser pola tidur dari tidur sekitar pukul 23-24 hingga pukul 5-6 menjadi tidur mulai pukul 21-22 hingga pukul 3-4. Akan banyak kebaikan bagi siapa saja yang mengikuti pola hidup gaya Nabi Muhammad ini.
Setelah beristirahat secara cukup sekitar 6 jam, kita diminta untuk segera bangun ketika fajar menjelang atau selambat-lambatnya pukul 4 pagi. Nabi Muhammad mengajarkan dan sekaligus memberi contoh kehidupan bangun pada waktu di sepertiga terakhir malam ini. Ternyata apa yang dicontohkan Nabi Muhammad ini akan menghasilkan kebaikan bagi kehidupan manusia. Berbeda dengan detoksifikasi-detoksifikasi sebelumnya, detoksifikasi paru-paru berlangsung sekitar pukul 3 hingga pukul 5. Dengan tidur saja, dengan catatan udara dalam rumah terhubung dengan udara di luar ruangan, proses detoksifikasi paru-paru sudah berlangsung. Lebih afdhol lagi kalau seseorang mengoptimalkannya dengan mengakses langsung udara bersih di luar rumah. Karenanya, siapa yang berangkat ke masjid dan berjalan kaki dalam udara segar yang sangat bersih, maka proses pembersihan paru-paru akan berlangsung optimal. Dalam situasi pandemic covid-19 seperti saat ini, memiliki paru-paru yang sehat adalah memiliki kekayaan yang sangat berharga untuk bisa bertahan dari kemungkinan terkena gangguan atau serangan covid-19.
Irama Sirkadian
Para ahli berkonsep tentang irama sirkadian (circadian rhythm). Melalui konsep ini dipercayai bahwa manusia memang memiliki jam biologis yang mengatur kapan manusia tidur dan kapan manusia sadar. Jam tidur dan jam sadar ini berporos dari otak manusia. Bila manusia menjalani hidupnya dengan mengikuti irama ini, maka manusia dapat terpelihara diri dan kesehatannya. Sebaliknya, bila manusia hidup dengan irama yang tak sesuai dengan irama sirkadian, maka akan terjadi kerugian bahkan kekacauan pada kondisi fisik dan psikologisnya. Karenanya, kalau waktunya tidur, tidurlah. Kalau waktunya sadar dan berkarya, maka berpikir dan bertindaklah yang optimal.
Irama sirkadian yang mengatur manusia untuk tidur di malam hari dan bangun saat pagi hingga awal malam sesungguhnya searah dengan irama semesta ini. Para ahli fisika, sebagaimana dijelaskan Osly Rachman dalam The Science of Shalat, alam semesta ini mengalami pergantian waktu sebanyak empat kali. Satu waktu, yaitu tengah malam, manusia diminta dalam keadaan istirahat (tidur). Di tengah siang, manusia diperkenankan untuk tidur sejenak di antara aktivitasnya yang memuncak. Di dua waktu lain, yaitu sehabis subuh dan sebelum maghrib, manusia diminta untuk berada dalam keadaan bangun dan sepenuhnya sadar. Bahkan, dikarenakan sedemikian pentingnya manusia sadar dan waspada saat di dua waktu, Allah memerintahkan manusia dalam keadaan sadar-sesadarnya dengan “berzikir sebanyak-banyaknya di waktu pagi dan petang” (QS al-Ahzab, 33:41-42). Nabi Muhammad mengajari kita untuk berzikir khusus di pagi dan petang dengan bacaan zikir al-ma’tsurat. Mengapa manusia harus dalam keadaan tersadar sehabis subuh dan juga antara asar hingga maghrib?
Benturan Warna dan Gelombang
Dijelaskan oleh fisikawan Osly Rahman bahwa pada waktu pagi sehabis subuh dan sore hari menjelang mashrib, terjadi pergantuan waktu yang lebih keras dibanding waktu malam dan siang. Pergantian waktu ditandai oleh meningkatkanya pergerakan warna dan gelombang di alam semesta. Warna dan gelombang bertemu dan bertabrakan secara lebih keras di dua waktu ini. Warna dan gelombang yang bertabrakan sangat keras dapat menyebabkan manusia mengalami bias. Dalam tingkatan yang ekstrim, apa yang semestinya terlihat bisa berubah menjadi tak terlihat. Apa yang semestinya tak terlihat bisa berubah menjadi terlihat. Sedemikian besarnya gejala pergantian alam ini, orang-orang bijak di masa lalu menganjurkan kita untuk berhenti sejenak dalam perjalanan saat maghrib tiba. Alam sedang menggeliat dan manusia diminta dalam keadaan sadar dan penuh kewaspadaan.
Tidak hanya fenomena fisika yang sedang berlangsung ketika jelang maghrib. Peristiwa metafisika juga sedang terjadi. Nabi Muhammad menyebut dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim sebagai “setan-setan berkeliaran ketika matahari terbenam”. “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila sore hari menjelang malam tiba, tahanlah (di dalam rumah) anak-anak kecil kalian, karena pada saat itu setan berkeliaran. Apabila permulaan malam sudah tiba, diamkanlah anak-anak kalian di dalam rumah, tutuplah pintu-pintu (termasuk jendela) kalian dengan terlebih dahulu menyebut nama Allah karena setan tidak akan dapat membuka pintu yang terkunci dengan menyebut nama Allah sebelumnya, dan ikatlah kendi-kendi air kalian (qirab adalah jama dari qurbah yakni tempat air yang terbuat dari kulit dan di ujungnya biasa diikat dengan tali untuk menghalangi kotoran masuk) sambil menyebut nama Allah, tutuplah bejana-bejana atau wadah-wadah kalian sambil menyebut nama Allah meskipun hanya ditutup dengan sesuatu alakadarnya dan matikanlah lampu-lampu kalian (kalau mau tidur),” (HR. Bukhari Muslim). Sikap terbaik menghadapi setan yang berkeliaran adalah dalam keadaan sadar. Tentu saja sadar yang terbaik adalah dalam keadaan sadar sesadar-sadarnya (mindfulness) dengan cara shalat dan berzikir.
Sadar dan Waspada Subuh Hingga Matahari Terbit
Ada apa dengan tubuh kita sehingga kita perlu dalam keadaan sadar dan waspada sehabis subuh hingga matahari terbit?
Ada makrokosmos, ada mikrokosmos. Ada jagad besar, ada jagad kecil. Ternyata alam semesta (makrokosmos, jagad besar) dan diri manusia (mikrokosmos, jagad cilik) diminta untuk melangkah secara seirama. Saat alam menggeliat, manusia diminta untuk sadar dan waspada. Karena tubuh sendiri sedang menggeliat.
Inilah yang terjadi pada tubuh manusia sehabis subuh hingga matahari terbit. Bila manusia tidur sehabis subuh, pembuluh darah ke otak cenderung menyempit. Ini mengakibatkan aliran darah ke organ tubuh berkurang. Sel-sel trombosit dalam pembuluh darah berangkulan, mengumpul, dan menggumpal menjadi trombus. Trombus menyebabkan gangguan serebroveskuler yang relatif tetap, yaitu gangguan penyempitan pembuluh darah di otak dan jantung manusia. Kalau manusia membiasakan diri tidur sehabis subuh, maka secara tidak disadari manusia sedang membuat pembuluh darah mengalami proses penyempitan. Untuk orang-orang yang sudah bermasalah pembuluh darahnya, maka tidur pagi dapat menghadirkan horor, yaitu manusia dapat mengalami serangan jantung dan terkena stroke.
Ada suatu zat yang dapat mencegah terbentuknya trombus dan melebarkan pembuluh darah, yaitu nitrit oksida (NO). Zat ini hanya aktif bila tubuh manusia bergerak. Berjalan ke masjid, ruku’, sujud, berjalan-jalan kaki sehabis subuh, membereskan barang di rumah, dapat meningkatkan aktivitas nitrit oksida. Saat nitrit oksida eksis, pasokan oksigen ke otak lancar dan pembuluh darah otak melebar. Hasilnya pikiran jadi terang, jernih, dan berfungsi penuh.
Hal sebaliknya, bila manusia tidur, maka nitrit oksida tidak diproduksi. Akibatnya, oksigen ke otak tidak mengalir lancar dan pembuluh darah ke otak menyempit. Akibatnya, lama kelamaan otak menjadi bebal. Otak menjadi bebal berarti ada proses yang melemahkan kemampuan berpikir kita. Kalau ini terjadi, celakalah kita karena salah satu modal penting sukses dunia akhirat kita melemah. Kemampuan mengingat berkurang (termasuk hafalan, pengetahuan umum maupun khusus, dsb), kemampuan menganalisis menumpul, kemampuan memecahkan masalah terhambat, kemampuan berpikir kreatif turun. Dampak lainnya adalah jantung menjadi lemah.
Bisa jadi awalnya seseorang dalam keadaan sehat-sehat saja. Namun, kebiasaan tidur sehabis subuh jelas tidak baik untuk otak dan jantungnya. Ibnu Qayyim al-Jauziyah bahkan menempatkan status sehabis shalat subuh sebagai perbuatan yang makruh, sesuatu yang semestinya dihindari. Makanya, jangan tidur habis subuh, dan ayo bergerak.
Ada yang spesial saat manusia bergerak di waktu subuh, terutama saat kita shalat. Ketika seseorang sedang shalat, tubuh bergerak dan aktif dengan kualitas yang meningkat. Ketika shalat yang dijalankan seseorang sangat khusyuk (tertuju ke satu titik atau mindful), maka pergerakan itu minimal mengantarkan otak manusia berada gelombang Alfa, dan semakin meningkat kualitas atau kekhusyukannya ketika ada di gelombang Teta dan terus meningkat mencapai puncak kekhusyukan saat otak berada di gelombang Delta. Bahkan kondisi ini mampu membangun “Keseimbangan Kimiawi Tubuh” yang sangat dibutuhkan manusia. Gelombang-gelombang itu didapat di antaranya di dalam sholat. Karenanya, ketika seseorang suka melakukan shalat tahajud dan witir di akhir malam serta menutupnya dengan shalat subuh, maka dampak yang diperolehnya adalah keseimabngan kimiawi dalam tubuh. Sebaliknya, ketika seseorang bergerak di luar shalat, maka yang dirasakan hanya gelombang Beta (gerakan biasa di luar salat). Nitit oksida tetap didapat, namun kualitasnya tidak selevel dengan gelombang-gelombang di atas. Wallahu a’lam.