Sehat Islami di Masa Pandemi
Kesehatan dan Islam itu sangat dekat, di mana kesehatan itu bagian dari Islam itu sendiri. Sebagai muslim, kita perlu menjaga kesehatan dengan mengikuti petunjuk yang ada dalam Al Quran maupun mengikuti pola hidup sehat yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
Demikian poin penting yang disampaikan oleh Dr. Kintoko, M. Sc., Apt (UAD) pada kajian rutin bertema Sehat Islami di Masa Pandemi yang diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Jumat, 26 Februari 2021.
Dalam paparannya, Kintoko menerangjelaskan proses terjadinya sakit yang sebenarnya diakibatkan adanya ketidakseimbangan atom sebagai komponen penyusunan struktur tubuh manusia. Kintoko juga memaparkan sejarah para ilmuan muslim yang sudah terlebih dulu mengkaji kesehatan, seperti ibnu Sina, Ibnu Al Baitar, Ibnu Zuhr, Ib Al Nafis dan beberapa tokoh lainnya.
Mengapa kita perlu mencontoh Nabi Muhammad SAW dalam menjaga kesehatan? Tak lain karena memang Nabi Muhammad SAW dikaruniakan memiliki fisik yang sangat sehat, sangat atletis dan sangat kuat. Pola makan, sholat, pola tidur, olahraga, kebersihan dan sanitasi yang dilakukan rasulullah bisa menjadi contoh bagi kita semua dalam menjaga kesehatan diri. Pola tidur misalnya. Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah membenci tidur malam sebelum Isya dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya (begadang). Sedangkan untuk pola makan, nabi sering menjaga keseimbangan tubuh dengan puasa yang secara medis memang mampu membersihkan tubuh dari racun-racun atau sampah metabolisme tubuh. Pola makan yang tidak terjaga dapat mengakibatkan kelebihan asupan yang berdampak pada obesitas, dimana obesitas ini bisa menjadi pemicu lahirnya penyakit yang cukup mematikan.
Terkait dengan pengobatan, apa yang diucapkan rasulullah untuk pengobatan disusun atau di bukukan dalam sebuah kitab namanya Mazafit. Konteks thibbun Nabawi yang ditulis disebut merupakan kebiasaan yang berkait dengan salat, tidur, sanitasi, kebersihan, olahraga dan pola makan. Muslim tidak boleh ragu akal hal ini. Seperti yang disampaikan salah satu tokoh muslim di bidang kesehatan (Ibnu Qoyyim) bahwa tidak sepantasnya seorang muslim meragukan metode pengobatan nabawiyyah. Justru sepantasnya dia menjadikannya sebagai cara pengobatan yang utama karena kepastiannya datang dari Allah SWT.
“Ini adalah bukti bahwa di dalam Islam itu ada konsep yang berkaitan dengan masalah makan atau makanan. Manusia itu memperhatikan makanannya. Jika bicara tentang kesehatan, menurut para pakar nutrisi salah satu pembentuk sistem kesehatan di dalam tubuh kita itu adalah apa yang kita makan. Jadikan makananmu sebagai obat dan jangan jadikan obat sebagai makanan,” tuturnya.
Sedangkan obat herbal yang dikonsumsi dan dipercaya (disebutkan dalam Al Quran) memiliki khasiat menyembuhkan diantaranya zaitun, buah tin, kurma, habatus sauda, serta Madu.
“Ini hanya sebagian kecil. Jika dikumpulkan semua dari sumber-sumber di dalam Quran dan Hadist sebetulnya jumlah herbal ataupun asupan yang disebut oleh Alquran maupun hadis itu totalnya ada sekitar 92 herbal dan dikoleksi di Taman Botani Islam,” tambahnya.
Bahkan, beberapa herbal atau tanaman yang bermanfaat/baik untuk kesehatan yang banyak dikenal orang saat ini (jahe), juga sudah tersebut dengan nama zanjabiila dalam Al Quran surat Al Insan : 17. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa memang secara tradisional tanaman ini sudah dipakai pada zaman dulu untuk mengatasi gangguan seperti batuk, demam, asma. Tumbuhan lain yang juga disebut dalam Al Quran adalah kemangi. Tumbuhan ini ternyata juga sudah sejak lama digunakan sebagai obat ataupun untuk meningkatkan daya tahan tubuh di jaman Nabi Muhammad SAW.
Kajian pun ditutup dengan sesi tanya jawab.