Berdoa sebagai Aktivitas yang Memediasi Proses Belajar Sepanjang Hayat

Oleh : Astri Hapsari, S.S., M.TESOL ——————

Salah satu nama-nama terbaik dari Allah SWT adalah Al-Mujib- Dia yang Menjawab permohonan hambaNya. Allah SWT berfirman : “…Berdoalah  kepadaKu niscaya akan Aku perkenankan bagimu… “ (QS Ghafir (40) :60).

Sebagai generasi ulul albab, berdoa selaiknya menjadi aktivitas yang memediasi proses belajar sepanjang hayat. Sasongko (2018) berargumen meskipun manusia adalah makhluk yang diberikan akal dan pikiran untuk berusaha oleh Allah, kuasa Allah yang membuat manusia mampu memanfaatkan akal dan pikiran tersebut. Aktivitas berdoa memediasi akal pikiran rasional untuk tetap terhubung dengan Allah dan membuat hati ridha terhadap qada dan qadarNya. Wahid (2018) memaparkan ulul albab menghiasi waktunya dengan dua aktivitas utama, yaitu berpikir dan berzikir. Kedua aktivitas ini berjalan seiring sejalan.  Keseimbangan antara akal rasional yang terhubung dengan Allah dan hati yang ridha akan ketetapan-Nya membuat insan ulul albab memiliki resiliensi sebagai pembelajar sepanjang hayat.

Umat manusia, tidak terkecuali insan ulul albab, tidak terlepas dari beragam bentuk ujian dalam menjalani kehidupan. Pada prinsipnya, ujian tersebut telah didesain oleh Allah SWT untuk kebaikan dan mendidik nafs setiap individu sehingga mencapai kedudukan  jiwa yang tenang (nafsmuthmainnah) yang kembali sebagai hamba Tuhannya dengan penuh keridhaan sehingga berakhir di surga (QS Al-Fajr 27-30). Doa tidak hanya merupakan sebentuk pengingat kepada Allah ketika diuji dengan hal yang membuat kita merasa sulit, tetapi juga merupakan pengingat kepada Allah ketika diuji dengan hal-hal yang menyenangkan sehingga tidak melampaui batas.

Al-Quran merekam bagaimana para Nabi berdoa ketika sedang mengalami keadaan menyulitkan. Kisah Nabi Ayyub AS terekam dalam QS. Al-Anbiyaa: 83 ketika dia berdoa:

“…sungguh aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua penyayang” . Sementara itu, Kisah Nabi Yunus AS yang larut dalam doa mengingat Allah sehingga Allah menyelamatkannya dari ikan paus terekam dalam QS. Al-Anbiyaa:87-88. Kisah Nabi Musa AS yang berserah diri dan berdoa memohon pertolongan Allah dengan rendah hati terekam dalam firmanNya dalam QS. Al-Qashash:24  “…Ya Tuhanku, sesungguhnya aku memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku”

Demikian juga ketika berada dalam keadaan yang membahagiakan. Al-Quran menarasikan bagaimana Nabi Sulaiman AS tersenyum dan tertawa mendengar perkataan semut lalu berucap doa:

“Ya Tuhanku , anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmatMu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmatMu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang shaleh” (QS. An-Naml: 19).

Begitu pula Nabi Yusuf yang bersyukur atas nikmat Allah yang telah membimbingnya melewati berbagai ujian dengan berucap doa:

“Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan mengajarkan kepadaku sebagian takwil mimpi. (Wahai Tuhan) Pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang shaleh.” (QS. Yusuf: 101)

Beberapa contoh doa para Nabi yang dinarasikan dalam ayat-ayat Al-Quran tersebut menyadarkan kita akan keutamaan berdoa sebagai aktivitas yang memediasi proses belajar sepanjang hayat  – dalam episode apapun dalam kisah kehidupan kita sebagai manusia. Rasulallah SAW bersabda , “Tidak ada yang lebih utama (mulia) di sisi Allah daripada doa.” (HR Ahmad).

Jadi, doa-doa baik apa yang sudah diamalkan hari ini ?

 

Referensi

Al-Quran.

Sasongko, A. (2018). Keutamaan dan Hikmah Berdoa. Diakses tanggal 9 Zulhijjah 1440 H /10 Agustus 2019 dari : https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/18/10/12/pghsed313-keutamaan-dan-hikmah-berdoa

Suaidi, Q. (2015). Al-Mujib. Diakses tanggal 9 Zulhijjah 1440 H /10 Agustus 2019 dari : https://asysyariah.com/al-mujib/

Wahid, F. (2018). Membumikan Konsep Ulul Albab. Diakses tanggal 9 Zulhijjah 1440 H/ 10 Agustus 2019 dari : https://www.uii.ac.id/membumikan-konsep-ulul-albab/