Menjaga Lisan
Oleh: Dian Nurmalita
Suatu hari saat Rasulullah SAW sedang berkumpul dengan beberapa sahabatnya, datanglah seorang wanita kafir membawa beberapa biji buah jeruk sebagai hadiah. Rasulullah SAW menerimanya dengan senyuman gembira. Lalu mulailah jeruk itu dimakan oleh Rasulullah SAW dengan tersenyum, sebiji demi sebiji hingga habislah semua jeruk tersebut. Maka ketika wanita itu meminta izin untuk pulang, maka salah seorang sahabat segera bertanya mengapa tidak sedikit pun Rasulullah menyisakan jeruk tadi untuk sahabat lainnya. Rasulullah SAW pun menjawab: “Tahukah kamu, sebenarnya buah jeruk itu terlalu asam sewaktu saya merasakannya pertama kali. Kalau kalian turut makan, saya takut ada di antara kalian yang akan mengernyitkan dahi atau memarahi wanita tersebut. Saya takut hatinya akan tersinggung. Sebab itu saya habiskan semuanya.
Kisah Rasulullah SAW diatas merupakan keteladanan abadi tentang menjaga perasaan orang lain. Betapa diri Rasulullah mengajarkan pada kita tentang bagaimana kita seharusnya menjaga perasaan orang lain, sekalipun orang tersebut bisa jadi berniat jahat, atau ingin mengecewakan diri kita. Cerita diatas merupakan perbandingan penting, bahwa sebagai umat Nabi Muhammad SAW, walaupun kita berhadapan dengan orang yang tidak menyenangkan sekalipun, kita diharapkan untuk menjadi manusia yang senantiasa menjaga lisan dan laku kita dari menyakiti hati orang lain. Seorang manusia yang mampu menjaga lisan dan lakunya, dapat kita sebut sebagai orang baik. Tidak ada yang meragukan pribadi Rasulullah SAW adalah pribadi yang baik, dan kita sebagai umatnya diminta untuk meneladani beliau menjadi orang baik.
Pada ayat di suratYunus 10:26. Allah SWT berfirman :
“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala/balasan yang terbaik serta tambahannya. Dan wajah mereka tidak tertutup debu hitam dan tidak terhinakan. Merekalah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.
Selain itu, dalam potongan- potongan ayat lain juga di dalam Al Quran Allah berkali-kali menyampaikan rasa sukanya pada orang baik, seperti QS AL Baqarah 2: 195, yang menyatakan “…dan berbuat baiklah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Allah SWT juga menegaskan bahwa Allah selalu beserta orang yang baik, seperti yang tertuliskan dalam Surat An-Nahl ayat 128, yang berkata “Sesungguhnya Allah beserta orang yang bertaqwa dan berbuat kebaikan.
Diantara banyaknya perintah dari Allah untuk menjadi orang baik, tentunya kita sebagai manusia seringkali diberikan cobaan keburukan, manusia senantiasa mudah terjerumus pada perbuatan buruk. Kata, ucapan, perilaku yang mungkin tanpa sadar terlepas dan terlakukan oleh kita sebagai manusia. Rasulullah SAW bersabda, “bertakwalah kamu pada Allah di manapun berada. Iringilah perbuatan buruk yang sudah dilakukan dengan perbuatan baik yang dapat menghapusnya. Dan berakhlaklah kepada orang-orang dengan akhlak/perilaku yang baik.” (HR at-Tirmidzi). Hadits diatas merupakan sebuah penegasan pada kita semua, bahwa manusia sering luput dan tergelincir dari perbuatan buruk. Namun, nasehatnya kemudian kita diminta untuk melanjutkan perbuatan dari sebelumnya hal yang buruk menjadi perbuatan yang baik, atau sederhananya jangan lantas terjerumus pada perbuatan yang terus menerus buruk, tapi gantilah dan ikhtiarkanlah menjadi perbuatan selanjutnya adalah perbuatan baik.
Mudah-mudahan kita semua senantiasa berikhtiar untuk menjadi orang baik, dan senantiasa mengevaluasi diri untuk selalu menjaga lisan serta berbuat baik. Seperti yang dipesankan dalam Al Quran, surat Az Zalzalah ayat 7 dan 8 : “Barangsiapa berbuat kebaikan sebesar zaroh pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan keburukan sebasar zaroh pun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya pula.” Allahumma Amiin.