Menengok Kompetisi Jalur Karir di Era 4.0
Hadirnya revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan munculnya fenomena digitalisasi di berbagai lini kehidupan telah mengubah mindset para pelaku usaha dalam mengelola/mengembangkan usahanya maupun para pencari kerja dalam berkompetisi untuk memperoleh pekerjaan dan meniti karirnya. Demikian garis besar bahasan dari seminar “Jalur Karir di Era 4.0: Zig-zag dan Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity (VUCA) yang diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Sabtu, 14 Sya’ban 1440 H/20 April 2019 di R. Auditorium Gedung Soekiman Wirjosandjojo FPSB UII.
Seminar yang digelar dalam rangka Milad ke-24 FPSB UII dan dibuka secara langsung oleh Dekan FPSB UII, Dr. H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si., M.Ag., Psikolog tersebut menghadirkan 4 narasumber hebat, yakni Nugroho Dwi Priyohadi, S.Psi., M.Sc. (Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi dan Manajemen Kepelabuhanan-STIAMAK Barunawati Surabaya), M. Hamied Wijaya, S.Psi., SE., MM. (Direktur Sumber Daya Manusia PT. Pelindo 1 Medan), Chiefy Adi K., S.Psi., M.Sc (Direktur Direktur Utama PT. Indonesia Kendaraan Terminal Tbk) serta Ike Agustina, S.Psi., M.Psi (Direktur SDM UII)
Hamied Wijaya dalam paparannya menegaskan bahwa di era 4.0 ini para pelaku industri mencari kandidat yang sudah siap bekerja dan bukan yang siap dilatih untuk bekerja. Sejalan dengan dengan proses rekrtumen yang saat ini banyak dilakukan secara digital, kepada peserta seminar yang didominasi oleh mahasiswa Hamied Wijaya berpesan agar memiliki skor TOEFL di atas 500 saat lulus, menguasai bahasa asing selain Bahasa Inggris, serta memiliki blog sebagai media menuangkan karya dalam bentuk tulis maupun video-video pendek yang berisi ide ataupun gagasan yang menarik sebagai nila lebih (value added).
Sedangkan Chiefy Adi K menambahkan agar para peserta bisa bermanfaat dan menginspirasi orang lain untuk berbuat lebih baik bagi masa depan bangsa dan negara dimanapun mereka berada/ditempatkan. “Untuk bisa bermanfaat bagi orang lain, maka seseorang harus sudah bisa selesai dengan (urusan) dirinya sendiri. Disini dibutuhkan daya tahan untuk menyelesaikan setiap tugas yang ada. Pada usia 24 tahun, Anda harus berani untuk mandiri. Tidak tergantung secara ekonomi pada orangtua”, ungkapnya.
Kepada peserta seminar Chiefy Adi K juga berpesan untuk bisa memilih aktif berorganisasi atau fokus pada akademik maupun untuk memilih keduanya, yakni aktif berorganisai dengan tetap fokus pada akademik. “Aktif berorganisasi itu untuk membangun jaringan”, tandasnya.
Sementara Nugroho Dwi Priyohadi dan Ike Agustina berpandangan bahwa VUCA menjadi dasar seseorang melakukan zig-zag dalam berkarir atau jaman dulu disebut ‘kutu loncat’. Di jaman sekarang, zig-zag dalam berkarir tidak lagi dimaknai sebagai sesuatu yang buruk manakala orang yang melakukan tersebut dalam rangka memperkaya pengetahuan dan mengembangkan kompetensi. Oleh karenanya Ike berpesan agar peserta memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas melalui banyak berbagai aktivitas seperti halnya bermain maupun jalan2 (travelling) ke tempat-tempat yang jauh, mau dan mampu mengikuti setiap perubahan jaman, mau terus mengembangkan kompetensi, berani mengambil risiko atas perubahan, dan meu mencari teman-teman baik yang akan selalu memberi saran/masukan yang bersifat konstruktif.