HI Fasilitasi Gelaran INDEF ISPE XXI

Bonus Demografi yang besar tak serta merta mampu menjamin pertumbuhan ekonomi suatu negara akan tinggi. Hal ini pula yang saat ini sedang dialami bangsa Indonesia. Meski memiliki bonus demograsi yang sangat besar, namun fakta menunjuukan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih tergolong lambar. Hal ini tak lain disebabkan oleh rendahnya produktivitas kerja yang berbanding lurus dengan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Sehingga, untuk mengatasi hal tersebut, mau tidak mau Indonesia perlu meningkatkan kualitas SDM. Esensi pertumbuhan yang berkelanjutan adalah jika terjadi produktivitas yang berkelanjutan.

Demikian garis besar paparan yang disampaikan ekonomon kenamaan RI, Faisal Basri, SE., M.A pada kegiatan  Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) School of Political Economy (ISPE) tema “Outlook Ekonomi Internasional Indonesia” yang difasilitasi oleh Prodi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Kami-Jumat, 2-3 Mei 2019 di R. Auditorium FPSB UII Lt.3.

Selain Faisal Basri, panitia juga menghadirkan Prof. Bustanul Arifin (pengamat ekonomi), Ir. Muhammad Nawir Messi, M.Sc. (Dewan Komisioner dan ekonom Senior INDEF), Drs. Suwarsono Muhammad, M.A. (Ketua PYBW UII), Dr. Evi Noor Afifah (Dosen UGM) dan Geradi Yudhistira, S.Sos., M.A. (dosen Prodi HI UII) sebagai pemapar.

Melalui materinya yang berjudul Foreign Direct Investment (FDI) di Indonesia dalam Konstelasi Ekonomi Politik Global, Ir. Muhammad Nawir Messi, M.Sc. menekankan pentingnya investasi pihak asing untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. “Apabila pada 2019 ditargetkan pertumbuhan 7.5%, dengan angka ICOR sama dengan 2018 sebesar 6.3 maka, dibutuhkan tambahan investasi sebesar Rp 1.481 triliun atau tumbuh 43.03% dibandingkan tahun 2018”, ungkapnya. Selain sebagai pendorong (syarat) pertumbuhan ekonomi, investasi asing juga diperlukan untuk memetik bonus demografi Indonesia.

Sementara Prof. Bustanul Arifin dalam paparannya menerangkan tentang arah kebijakan pertanian Indonesia dalam menghadapi arus globalisasi dimana peningkatan efisiensi produksi domestik tetap menjadi prioritas. Reforma kebijakan perdagangan menurutnya memerlukan dukungan sistem logistik dan stabilitas harga pangan dan pertanian strategis untuk mencapai kesejahteran.

Sedangkan Dr. Evi Noor Afifah, S.E., M.S.E dalam paparannya banyak menyoroti dampak perang dagang Trump terhadap perekonomian Amerika Serikat, Cina, Uni Eropa, Kanada dan ASEAN. Menurutnya Negara-negara ASEAN termasuk Indonesia perlu mewaspadai banyaknya impor yang masuk agar nantinya tidak mempengaruhi industri yang sudah ada.

Dinamika pasang naik geopolitikonomi China, penurunan hegemoni tunggal AS, krisis Amerika Serikat, dan peluang pergeseran pemegang hegemoni dunia menarik perhatian Drs. Suwarsono, M.A untuk mengkajinya melalui materinya yang berjudul “Chimerica: Mencari Siapa Penguasa Baru Dunia Menuju Thucydides’s Trap?”.

Tak hanya membahas seputar hiruk pikuk perekonomian dunia, kegiatan tersebut juga membahas materi tentang penulisan di media massa yang disampaikan oleh Geradi Yudhistira, S.Sos., M.A.