Upaya Menghapus Dosa

Salah satu konsep penting dalam Islam adalah pahala dan dosa. Pahala dihadiahkan untuk setiap amal perbuatan baik yang diperintahkan untuk dilakukan dan setiap perbuatan buruk yang ditinggalkan. Dosa diberikan untuk setiap perbuatan salah yang dilakukan manusia. Dosa juga didapatkan seseorang atas tindakan meninggalkan kebaikan yang diperintahkan. Pahala memberi sumbangan terhadap digapainya kebahagiaan di surga, sementara neraka mengantarkan umat manusia kepada kesengsaraan di neraka.

Sebagian besar dosa dapat diampuni. Namun, ada dosa yang sangat sulit diampuni. Salah satunya adalah dosa-dosa kepada orang-orang yang berelasi sekilas saja dengan kita dan kita tak dapat menemuinya ketika kita berharap akan pemaafannya.

Pentingnya Menghapus Dosa

Agama Islam telah menggariskan apa saja perbuatan yang menghasilkan pahala dan perbuatan yang menghasilkan dosa. Syirik atau menyekutukan Allah adalah dosa terbesar. Membunuh adalah dosa sangat besar. Berzina adalah dosa sangat besar. Durhaka kepada orang tua adalah dosa sangat besar. Memfitnah orang lain berzina adalah dosa sangat besar. Memberi kesaksian palsu adalah dosa besar. Berjudi dan minum minuman keras adalah dosa besar. Memakan harta anak yatim adalah dosa besar. Melakukan korupsi bantuan korban bencana adalah dosa besar. Tentu melakukan megakorupsi juga dosa besar. Selain itu, berbagai perbuatan lain yang digariskan oleh Allah dan Rasulullah terkategori dosa besar.

Selain melakukan sesuatu yang terlarang, meninggalkan kewajiban juga dosa besar. Tidak menegakkan shalat fardhu pastilah dosa besar. Tidak menunaikan ibadah haji padahal mampu juga dosa besar. Tidak mengerjakan puasa ramadhan padahal tidak ada alasan untuk melakukannya adalah dosa besar. Tidak membayar zakat fitrah, apalagi bertahun-tahun, juga dosa besar. Tidak memberi nafkah kepada keluarga juga dosa besar.

Dosa-dosa kecil tentu lebih banyak lagi jenisnya. Meludah di sembarang tempat. Membuang sampah tidak pada tempatnya. Merokok di sembarang tempat. Makan dan minum sambil berdiri. Makan dan minum berlebihan. Mendengarkan dan menyaksikan siaran gosip di televisi. Berboncengan bukan dengan mahrom. Meminjam sandal tanpa izin. Semua itu adalah dosa-dosa yang kecil, namun bisa menjadi besar kalau dilakukan berulang-ulang apalagi yang istikomah.

Sebenarnya setiap manusia diberi kemampuan untuk mengenali apakah sesuatu itu menimbukan dosa atau tidak. Allah swt menghidupkan suara hati dalam diri setiap orang. Suara hati itu akan berkata bahwa suatu perbuatan itu berdosa atau tidak. Saat orang hendak mencuri, merampok, atau korupsi, hatinya akan memberitahu bahwa itu bukan haknya. Saat orang hendak berzina, hatinya akan mengingatkan bahwa itu adalah dosa besar. Masalahnya adalah seringkali orang tidak menghiraukan suara hatinya itu dengan berkata bahwa hanya sekali saja melakukannya, atau nanti akan bertaubat, dan sejenisnya.

Setiap dosa yang dilakukan diandaikan sebagai noktah hitam yang menempel pada kalbu manusia. Bisa dibayangkan seberapa hitam kalbu kita ketika kita melakukan begitu banyak perbuatan dosa. Orang-orang yang melakukan megakorupsi bisa dengan sangat cepat dipenuhi noktah hitam yang sedemikian banyak. Demikian juga dengan orang yang syirik, durhaka, berzina, membunuh, dan sebagainya.

Upaya Menghapus Dosa

Upaya menghapus dosa sangat dibutuhkan manusia, karena hitamnya nurani menjadikan orang enggan berbuat baik. Para salafus saleh menyebut dosa menyulitkan individu melakukan perbuatan baik atau perbuatan yang memberi manfaat.

Upaya menghapus dosa juga penting karena dengannya kita tidak cenderung untuk mengulangi perbuatan-perbuatan buruk, jahat, dan salah lainnya. Para salafus saleh menyebut perbuatan dosa memudahkan orang melakukan perbuatan mudharat lainnya. Orang yang melakukan dosa seperti orang yang berada dalam kegelapan. Ia sangat mungkin masuk ke lubang-lubang yang membahayakan dirinya. Ia juga sangat mungkin menabrak hal-hal yang semestinya tak ditabrak yang mengantarnya kepada pengulangan atau malah melakukan perbuatan dosa yang lebih besar.

Apa  yang dapat kita lakukan untuk menghapus dosa? Pertaubatan adalah sarana utama untuk menghapus dosa, terutama dosa yang terarah kepada Allah swt. Seseorang yang terlanjur minta bantuan dukun dapat melakukan taubat. Taubat sendiri ditandai oleh kesadaran bahwa suatu perbuatan itu salah, menyesalinya, berjanji untuk tidak mengulangi, dan memperbanyak istighfar. Seseorang yang sering bertaubat akan membuat  kalbunya memperoleh kesempatan untuk dibersihkan.

Syirik dapatkah diampuni? Dalam pemahaman saya, setiap perbuatan salah dapat diampuni, termasuk syirik, asalkan manusia masih hidup dan mau bertaubat. Allah berfirman: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik. Dan Dia mengampuni segala dosan yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya (QS an-Nisa’:48). Yang tidak terampuni adalah, sebagaimana disampaikan Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-Adhim: “Allah tidak mengubah dosa syirik yaitu ketika seorang hamba bertemu Allah dalam keadaan berbuat syirik.” Namun, dosa itu dapat terampuni bila saat hidup kita bertaubat.

Dosa kepada sesama manusia hanya dapat dihapus dengan mendapatkan pemaafan atau penghalalan dari orang lain yang menjadi objek perbuatan salah. Rasulullah bersabda: “Barangsiapa telah melakukan kezaliman kepada saudaranya, baik menyangkut kehormatan atau hartanya, maka pada hari ini hendaklah ia minta dihalalkan (dibebaskan) sebelum datang hari saat tidak berguna lagi dinar dan dirham” (HR Imam Bukhari). Intinya menyampaikan permohonan maaf. Tradisi silaturrahmi atau berkunjung ke saudara, kerabat, sahabat, dan tetangga memudahkan orang lain untuk memaafkan. Saya percaya sepenuhnya bahwa sebagian besar orang membuka pintu maaf untuk orang lain yang bersilaturrahmi  dengan menyampaikan permohonan maaf. Pada waktu idul fitri, pintu-pintu maaf umumya dibuka manusia.

Dalam situasi pilpres, pileg, pilkada yang (seakan) terus menerus berlangsung di negara kita, banyak dosa-dosa yang didapat seseorang. Saat kita menyebar berita bohong sesungguhnya kita sedang memanen dosa. Moga-moga pintu-pintu hati yang terbuka saat idul fitri dapat dimanfaatkan untuk mendapat pengampunan dari orang lain yang secara sengaja atau tidak sengaja kita sakiti. Tentu saja kita juga perlu mengetuk pintu maaf di luar idul fitri.

 

Hati-hati dalam Bertindak

Salah satu masalah penting adalah bagaimana meminta maaf kepada seseorang yang  kita sudah tidak dapat menemuinya lagi, baik karena sudah meninggal dunia ataupun yang sudah tidak kita kenali lagi di mana keberadaannya? Urusan-urusan orang yang sudah meninggal sesungguhnya masih bisa diwakili oleh ahli warisnya. Dengan semangat menghindari panasnya api neraka, kita dapat mendatangi keluarga dari orang yang kita sakit demi mendapatkan pemaafan. Pemaafan dari mereka insyaallah akan membuat dosa-dosa kita berguguran.

Bagaiman mendapatkan pengampunan dari seseorang yang kita sakiti saat kita dalam perjalanan atau bepergian? Kita bahkan tak sempat mengenalnya, tapi kata-kata dan perbuatan yang menyakitkan mungkin sudah membuatnya marah, sakit hati, bahkan merusak kehidupannya. Beruntung kita kalau orangnya adalah pribadi yang pemaaf. Kita akan terbebas dari noktah hitam dan ancaman api neraka nanti. Bagaimana kalau orangnya tidak memaafkan sementara kita tidak berdaya untuk menemuinya karena sekadar namanya pun tidak kita ketahui?

Kondisi ini untuk mengingaktan kita agar kita tidak mudah menebar kejahatan atau keburukan kepada orang lain. Sebagai manusia kita diminta untuk berhati-hati. Berpikir sebelah bertindak dan berbicara. Karena ketidakhati-hatian atau kecerobohan dapat membuat status dosa kita tidak bergeser, tidak dapat dihapuskan.

Sekalipun demikian, sebagai manusia kita masih berharap dosa-dosa diampuni oleh-Nya. Ada sebuah ayat suci Al-Qur’an: Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapuskan (dosa dari) perbuatan-perbuatan buruk (QS Hud: 114). Intinya dalah perbuatan baik dapat menghapus dosa-dosa atau kesalahan yang kita lakukan. Semoga pahala yang kita kumpulkan saat ramadhan ini (karenakan Allah melipathandakan pahala) dapat menghapus dosa-dosa kita kepada orang lain yang kita sakiti. Semoga pahala yang kita kumpulkan secara istikomah sepanjang kehidupan kita dapat menghapus dosa-dosa yang tidak bisa kita hapus dengan jalan peprtaubatan dan permohonan maaf.

Demikian. Wallahu a’lam bi ash-shawab.

Penulis : Dr. H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si., M.Ag., Psikolog