MAPPRO Kaji Aplikasi Psikologi di Dunia Penerbangan
“Ilmu Psikologi itu luas sekali. Dalam menjalani hidup kita tidak perlu magerin diri. Misal kita orang industri (baca: konsentrasi/bidang kajian Psikologi Industri & Organisasi), bukan berarti kita tidak peduli dengan permasalahan (baca: di perusahaan tempat kita bekerja) yang menyangkut bidang klinis. Minimal kita tahu data di awal. Tidak ada istilah tidak bisa. Baru jika sudah sampai pakem tertentu (gangguan klinis berat), kita serahkan ke psikolog klinis”. Demikian ungkap Ocni Rascelina Abras, S.Psi., M.Psi, Manager Assesment and Development Lion Air Group saat diminta berbicara pada acara ‘Bincang Aplikasi Psikologi dalam Dunia Penerbangan’, yang diselenggarakan oleh Program Magister Psikologi Profesi (MAPPRO) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Jumat, 26 Jnauari 2018.
Psikologi penerbangan secara adalah suatu studi tentang perilaku manusia, khususnya usaha-usaha awak pesawat (aviator) untuk beradaptasi terhadap lingkungan asing yang dihadapinya. Pengertian perilaku adaptasi ini tidak diinterpretasikan terbatas dalam situasi-situasi in flight saja, melainkan termasuk juga dalam hubungan jarak jauh.
Dalam paparannya, alumni MAPPRO angkatan 2008 ini banyak menjelaskan tentang dinamika kepegawaian yang ada di Lion Air Group, baik dari proses seleksi, konseling, pengembangan organisasi maupun kepelatihan/training karyawan. Sosok yang saat ini juga dipercaya sebagai sekretaris dari Asoiasi Psikologi Penerbangan ini menambahkan bahwa bidang Psikologi Industri juga memiliki tantangan yang nggak kalah berat dalam dunia penerbangan. “Kalau di industri itu kita justeru sering ketemu orang normal tapi sulit diatur. Beda halnya dengan psikologi klinis misalnya, mereka bertemu orang yang mengalami gangguan tapi saat dilakukan intervensi justeru mereka mudah diatur”, ungkapnya.
Lebih jauh sosok sebenarnya memiliki passion mengajar ini menegaskan bahwa psikolog memiliki peluang sangat sangat besar untuk masuk di dunia penerbangan. Hal ini terkait kebutuhan tenaga kerja di dunia penerbangan yang juga sangat besar sehingga memerlukan banyak tenaga untuk proses seleksi. Tahun 2018 ini saja Ocni mengatakan bahwa pihak Lion Air Group akan melakukan rekrutmen pramugari sebanyak 1800-an. Belum lagi untuk posisi lainnya. Namun demikian, untuk masuk kesana (baca: perusahaan penerbangan) bukanlah sesuatu yang mudah. “Tidak hanya butuh seorang psikolog yang kompetens, tapi juga butuh yang bisa memahami posisi orang lain”, tegasnya.