Prodi Psikologi Kaji Paradigma Ilmu dari 3 Ilmuwan Muslim
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
Ilmu merupakan pengetahuan yang bertujuan untuk menemukan kebenaran dengan menggunakan metode dan harus ada ikhtiar atas izin Allah SWT untuk mengarahkan kehidupan kepada Allah SWT. Kebenaran bisa dicari dalam hati, di Al Quran dan di alam semesta dengan bantuan akal. Beberapa tokoh atau ilmuan muslim cukup banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan peradaban ilmu di dunia. Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham atau Ibnu Haitham, Abdur Rahman Abu Zayd Muhamad ibnu Khaldun atau akrab didengar sebagai Ibnu Khaldun, dan Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath Thusi, Abu Hamid Al Ghazali atau lebih tenar dengan sebutan Imam Al Ghazali dipilih oleh Dr. Bagus Riyono, MA sebagai referensi kajian tentang ‘paradigma ilmu’ yang disampaikan kepada dosen-dosen Prodi Psikologi dalam forum Islamic Psychology for Teaching and Learning Fakultas Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia, Senin, 24 November 2014.