Oleh: Tri Ruswantoro – “Seberapa banyak kebahagian yang kamu kejar, hingga kamu benar – benar merasa puas dengan kebahagiaan itu” Pertanyaan itu yang selalu muncul di lingkungan kita, seberapa besar kesuksesan yang telah kita raih hingga berapa banyak harta yang telah kita kumpulkan, tetapi semua itu bukan menjadi ukuran atau mencerminkan kebahagiaan dalam diri seseorang.
Teringat kisah seorang pecandu alkohol yang setiap hari berusaha mencari kebahagiaan diri dengan melakukan aktivitas untuk kebebasan berekspresi dan rehat sejenak dari aktivitas sehar-hari dengan membelanjakan harta untuk mencari kesenangan atau kebahagian sesaat yang bisa membuat senang secara nafsu, namun bukan kebahagian yang didapat melainkan permasalahan baru yang timbul dengan mengumbar hawa nafsu itu sendiri. Belajar dari kasus ini kita harus bisa melihat arti kehidupan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Banyak orang yang melakukan aktivitas keseharian masih mengedepankan kepentingan atau nafsu pribadi, bukan dilakukan dengan kaidah agama yang diajarkan. Bukan berusaha mempelajarinya, malah kita sering melupakan hal hal kecil atau peristiwa di sekitar kita yang bisa membuat kita belajar menemukan arti kebahagiaan & belajar untuk hijrah ke jalan yang lebih baik.
“Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka” (Ali Imron: 191)
Ayat ini mengingat kepada kita untuk belajar lebih memahami bahwa semua yang dari Allah itu tidak ada yang sia-sia dan pasti mengandung kebaikan di baliknya. Walaupun itu sesuatu yang tidak kita sukai, namun yakinlah pasti ada hikmah di baliknya. Logika yang harus kita gunakan dalam hidup ini adalah, semua yang terjadi pasti izin Allah dan semua yang atas izin Allah pasti ada hikmah di belakangnya. Saat menjalani aktivitas keseharian dalam kehidupan kita pasti akan menemukan kesenangan dan kesedihan. Dari aktivitas yang selalu kita jalani, berharap dalam menjalani aktivitas hidup selalu berakhir dengan keberhasilan & kebahagiaan
sehingga dalam menjalani hidup ini jangan khawatir dan bersedih berlebihan dalam menyikapi hidup, dengan pelajaran kehidupan ini kita harus berusaha untuk bisa meningkatkan kualitas kehidupan dalam mencari ridho Allah.
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS Yunus 62)
Ayat di atas menjelaskan bahwa bahagia itu sederhana, bukan tentang kegiatan atau aktifitas senang – senang, melainkan tidak khawatir terlalu berlebihan tentang masa depan yang akan dijalani dan tidak terlalu bersedih hati tentang apa yang sudah terjadi dalam kehidupan yang sudah dijalani.
Kunci bahagia menurut Islam adalah iman kepada Allah, menerima atas ketetapan Allah, husnuzan dan optimis di setiap kondisi. Kebahagiaan dalam Islam tidak bersifat individu tetapi juga harus bisa dirasakan oleh orang lain. Agama Islam memberikan tuntunan buat manusia supaya mengoptimalkan apa yang ada di dunia sebagai bekal akhirat. Kebahagiaan yang hakiki adalah kebahagiaan akhirat, mencari rizki dan beribadah hanya memohon rahmat dan ridho dari Allah.
“Kaya (yang sebenarnya) bukan dengan banyaknya harta, tapi kaya yang sebenarnya adalah kaya hati.” (HR. Muttafaq Alaih)
“.. Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia. (Az-Zukhruf 32)
Jadi, kalau mau bahagia, tugas kita adalah senantiasa berhusnudzon dan ridha terhadap takdir Allah. Jalani saja proses perjalanan hidup dengan ridho kepadanya. Bahagia itu merupakan perasaan yang kita miliki dengan mensyukuri nikmat dari Allah dengan bersikap tidak khawatir terlalu berlebihan tentang masa depan yang akan kita jalani dan tidak terlalu bersedih hati tentang apa yang sudah terjadi dari kegiatan kita yang lalu.