FPSB Kaji Integrasi Nilai-Nilai Islam dan Ilmu Sosial-Humaniora

Dalam rangka mengetahui konsep islamisasi ilmu pengetahuan maupun memberikan gagasan tentang konsep islamisasi pengetahuan kepada pimpinan fakultas agar nantinya akan lahir kebijakan-kebijakan terkait integrasi nilai-nilai Islam dan ilmu sosial-humaniora di lingkungan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) serta memberikan kemanfaatan luas sehingga gerakan islamimsasi pengetahuan terus berkembang baik secara konseptual, akademis dan praktis, FPSB UII secara khusus menggelar Workshop Integrasi Nilai-nilai Islam dan Ilmu Sosial Humaniora, 12 Desember 2020 dengan menghadirkan Dr. Hamid Fahmy Zarkasy, M.A.Ed., Ph.D sebagai pemateri. Kegiatan dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswan dan Alumni, Dr. Phil. Emi Zulaifah, M.Sc.

Dalam sambutannya, Emi Zulaifah menegaska bahwa Ilmu-ilmu yang ada sebaiknya tidak membawa ke arah yang jauh dari tuntunan agama. Menurutnya sebagai seorang muslim punya katalog kehidupan yang menjadi sumber dan menuntun kita ke perkembangan ilmu-ilmu yang tentu benar, yakni Al Quran. Emi Zulaifah menambahkan bahwasannya kondisi saat ini cukup banyak dari saudara-saudara muslim di dunia yang merindukan konsep2 kuat dari Al Quran.

Sementara Dr. Hamid Fahmy Zarkasy, M.A.Ed., Ph.D mengawali paparannya dengan penegasan bahwa proses integrasi dan islamisasi merupakan suatu proses yang sama dan berlangsung secara terus menerus. 

“On prosess.. Ada persoalan ndak masalah. Permasalahan sekuler, nggak masalah. Ini masalah peradaban yang keberhasilannya adalah 1 abad. Jadi jangan buru2 menilai atau menafikan. Jika ada yang menafikan, maka tidak bisa juga menafikan karena saat ini ada bidang ilmu yang sekarang ini merupakan produk Islamisasi, yakni Ekonomi Islam,” tuturnya.

Wakil Rektor di Universitas Darussalam Gontor tersebut juga menyatakan bahwasannya Islam merupakan Worldview (Pandangan Hidup), yakni visi tentang realitas dan kebenaran. Apa yang dilakukan manusia dalam kegiatan ilmiahnya sesungguhnya diasari dari cara pandang mengenai apa itu realitas dan kebenaran.

“Untuk melakukan islamisasi ilmu pengetahuan, perlu menguasai ilmu pengetahuan Islam. Dalam Islamisasi ilmu pengetahuan komtemporer, harus jelas obyek yang diislamkan. Tapi yang lebih penting adalah worldview subyek yang mengislamkan. Islamisasi adalah proses yang terdiri dari De-Westerniasi-Integrasi dan Purifikasi”, imbuhnya.

Beliau juga menegaskan bahwa Islamiasasi ilmu pengetahuan barat sekuler memerlukan kerjasama antara pakar studi Islam dan pakar ilmu pengetahuan modern. Selain itu, Islamisasi sains berbeda dari Islamiasasi teknologi.