Dalam rangka mengetahui perkembangan kajian neurosains terkait sejauh kemampuannya dalam menguask misteri otak yang berpengaruh pada perilaku manusia serta prospek studi neurosains di Indonesia (peluang dan tantangannya), Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Prodi Psikologi (Psi) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) secara khusus menggelar kolokium bertema “Tren Neurosains dalam Psikologi: Prospek dan Tantangan” pada hari Rabu, 7 Juni 2017 di Auditorium FPSB UII Yogyakarta dengan menghadirkan Galang Lufityanto, S.Psi., M.Psi., Ph.D (Dosen UGM) sebagai pemateri. Adapun moderator dibawakan oleh Hariz Enggar Wijaya, S.Psi., M.Psi.
Dalam paparannya, Galang Lufityanto banyak menceritakan perkembangan penelitian/kajian-kajian bidang neurosains khususnya di luar negeri. Menurutnya keilmuan Psikologi memiliki hubungan yang sangat erat (dekat) dengan neurosains, karena keduanya sama-sama mempelajari perilaku manusia, namun dengan pendekatan atau metode yang berbeda. Neurosains mempelajri perilaku manusia melalui susunan syaraf-syaraf yang ada otak.
“Motivasi mempelajari neurosains didasari pada keinginan yang kuat untuk menemukan mekanisme paling mendasar dalam menjelaskan fenomena psikologis pada manusia. Dengan mempelajari neurosains ini Kita semakin tahu bahwa kita sangat kecil sekali dibanding misteri alam semesta yang luar biasa dan ada kekuatan besar/luar biasa di alam ini”, ungkapnya.
Sementara Kepala Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, Uly Gusniarti, S.Psi., M.Si., Psikolog menjelaskan bahwa secara spesifik dalam ranah Psikologi, studi neurosains mengambil porsi sebesar 13,4%. Terlihat kecil sepintas, namun jika dibandingkan dengan bidang sosial, riset neurosains dalam psikologi lebih tinggi hampir dua kalinya. Studi awal kajian neurosains dalam psikologi tercatat muncul pertama kali dalam Scopus pada tahun 1961 dan mencapai titik puncak pada tahun 2012. Mulai pada tahun 2016, studi neurosains terlihat menurun tajam. Meskipun demikian, gelombang neurosains di Indonesia justru terasa tengah dilirik, baik dalam ranah medis maupun psikologi. Topik neurosains mengemuka dalam beberapa tahun ini.