Kegiatan Prodi Psikologi

SMA N 1 Rogojampi Banyuwangi Silaturrahmi ke UII

Keluarga besar siswa/i SMA N 1 Rogojampi Banyuwangi kelas VIII jurusan IPA dan IPS melakukan silaturrahmi ke  Universitas Islam Indonesia atau tepatnya ke Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) serta Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Indonesia (UII), Jumat, 29 Januari 2016. Dari total rombongan yang berjumlah lk. 300 siswa, 120 siswa (jurusan IPS) didampingi lk. 10  guru bersilaturrahmi ke FPSB UII dan selebihnya ke FK UII. Kehadiran rombongan di FPSB UII disambut hangat oleh Dekan FPSB UII, Dr.rer.nat. Arief Fahmie, S.Psi., MA., HRM., Psikolog beserta Tim Marketing and Communication (MARCOM) FPSB UII.

 

Dalam sambutannya, Dekan FPSB UII merasa bahagia mendapat kunjungan silaturrahmi dari keluarga besar SMA N 1 Rogojampi Banyuwangi. “Gimana Kampus UII? Kerenn?”, tanya Pak Arif mengawali sambutan dan segera mendapat jawaban serentak;  “Kerennnnn.! Keren banget..!”.  Mendengar jawaban yang begitu antusias, maka Pak Arief  pun memotivasi para siswa agar setelah lulus SMA mau melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi khususny ke FPSB UII yang saat ini memiliki 4 prodi, yakni Prodi Psikologi, Prodi Ilmu Komunikasi, Prodi Pendidikan Bahasa Inggris dan juga Prodi Hubungan Internasional.  

Sementara wakil kepala sekolah SMA N 1 Rogojampi, H. Achmad Ubaidillah selain menyampaikan ucapan terima kasih atas sambutan hangat yang diberikan, juga menginformasikan bahwa tujuan mereka semata untuk memberikan gambaran tentang perguruan tinggi sekaligus motivasi para siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi jika mereka sudah lulus kelak. “Orang tua kalian sudah berpesan kepada kami untuk nggulo wentah (baca: memberikan pendidikan). Oleh karena itu besok setelah lulus SMA kalian harus melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi”, pesannya pada para siswa SMA N 1 Rogojampi.  “Kehadiran kami di sini adalah semata-mata tuntutan untuk menuntut ilmu. Kami berprinsip kalian harus melanjutkan ke perguruan tinggi”, tambahnya.

Sambutan diakhiri dengan penyerahan cinderamata dari FPSB UII kepada pihak SMA dan dibalas dengan penyerahan oleh-oleh (bawaan)  dari pihak SMA kepada FPSB UII.

Sejurus kemudian, para siswa mendapat informasi seputar sejarah berdirinya UII, tahapan dan jenis-jenis seleksi sebagai calon mahasiwa UII serta gambaran keunggulan dari masing-masing prodi yang ada di FPSB UII. Sesi tanya jawab menjadi agenda terakhir dari kegiatan kunjungan tersebut.

Wakil Ketua DPRD Kota Palangkaraya Silturrahmi Ke FPSB UII

Wakil ketua DPRD Kota Palangkaraya yang juga alumni Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Ida Ayunia Anggraini, S.Psi bersama ketua komisi  C bidang Pendidikan bersilaturrahmi ke FPSB UII. Keduanya disambut hangat oleh Dekan FPSB UII, Dr.rer.nat. Arief Fahmie, MA., HRM., Psikolog bersama Ketua Prodi Psikologi, Mira Aliza Rachmawati, S.Psi., M.Psi dan beberapa dosen prodi psikologi, (Jumat, 22/01).

Dalam pertemuan yang cukup singkat tersebut, mengemuka wacana kerjasama dalam proses pendirian ataupun penyelenggaran sekolah inklusi di Kalimantan Tengah. Menurut Nia (sapaan akrab Ida Ayunia Anggrainin semasa kuliah), selama ini memang belum ada sekolah inklusi di Kalimantan Tengah, yang ada baru Sekolah Luar Biasa (SLB).  

Semoga wacana kerjasama tersebut dapat segera terealisasikan. Dan berikut sedikit profil dari Ida Ayunia Anggraini, S.Psi. :

Muda, cantik, energik. Demikian sedikit gambaran sosok Wakil Ketua 1 DPRD Kota Palangkaraya Periode 2014-2019, Ida Ayunia Anggraini, S.Psi. Dara kelahiran Kota Palangkaraya tahun 1989 silam dan baru saja menikah dengan Riki Indransyah tersebut merupakan alumnus Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) tahun 2012. Nia (sapaan akrab Ida Ayunia Anggraini) sendiri tercatat sebagai mahasiswa prodi sejak 2008 (angkatan 2008). Sosok penggemar olahraga bola basket semasa kuliah di UII ini pun membuat sejarah baru dengan mencatatkan namanya sebagai pimpinan dewan termuda di Kalimantan Tengah.

Karir Nia berawal sejak ayahnya, Ida bagus Suprayatna, ST yang juga ketua DPC salah satu partai politil Kota Palangkataya sering  mengajaknya terlibat pada kegiatan ataupun acara kepartaian. Dari situlah timbul keinginannya untuk berpartisipasi membangun kota kelahiran melalui dunia politik. 

Nia mengaku bahwa keilmuan (baca: psikologi) dan pengalaman berorganisasi yang dia dapat semasa duduk di bangku kuliah benar-benar sangat bermanfaat dalam mendukung karirnya sebagai ‘decision maker’. Dengan bekal keilmuan dan pengalaman berorganisasi itulah Nia merasa sangat terbantu dalam mengelola ataupun melakukan kontrol terhadap anggota dewan dan juga mengontrol diri sendiri untuk tidak mudah terpancing emosi saat menghadapi kondisi yang kurang baik (demo, dll).

Meski banyak orang memandang perpolitikan di negeri kita saat ini ‘kurang baik’, Nia tetap berharap agar para pemuda peduli dengan dunia perpolitikan. Menurutnya, pemuda memiliki peluang besar dalam berperan membangun daerah dan atau negara. Dunia politik menurutnya juga banyak memberikan pengalaman baru yang cukup unik dan menarik.  

Guna memperoleh pengalaman yang tak kalah menarik dalam proses pembangunan daerah Palangkaraya,  di waktu yang akan datang Nia bermaksud untuk memberanikan diri maju pada pemilihan kepala daerah.

FPSB Agendakan The 2nd National Conference on Islamic Psychology 2016

Sebagai masyarakat akademis tentu kami mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan keilmuan. Dan sebagai insitusi yang ada di bawah institusi Islam (baca: Universitas Islam Indonesia), maka kami fokus kepada Psikologi Islam. Sebagai masyarakat akademis kita tidak boleh hanya mengembangkan keilmuan aja, tetapi harus memiliki sensitifitas atas problematika yang ada di masyarakat. Pada tataran itulah kampus harus bisa memberikan solusi, pencerahaan. Peserta tidak hanya memiliki wawasan untuk topik tersebut (topik: Psikologi Islam untuk Penguatan Keluarga  Menuju Bangsa yang Tangguh dan Berkarakter) tetapi juga memiliki kesempatan meningkatkan ketrampilan praktisnya, bukan hanya dari sisi kognitif  tapi tapi juga psikomotoriknya. Demikian papar Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Dr. rer. nat Arief Fahmie, S.Psi., MA., Psi. kepada awak media saat jumpa pers dalam rangka sosialisasi agenda The 2nd National Conference on Islamic Psychology (NCIP) di R. Sidang VIP Gedung Rektorat UII, Selasa, 19 Januari 2016.  

 

The 2nd National Conference on Islamic Psychology (NCIP) sendiri akan dihelat pada tanggal 16-17 Februari 2016 di Royal Ambarrukmo Plasa, Jl. Laksda Adisucipto No.81 Yogyakarta. Dengan penyelenggaranan acara tersebut diharapkan para peserta nantinya mampu mempersiapkan keluarga yang tangguh dan berkarakter sebagai salah satu upaya menjawab dampak modernitas yang saat ini telah membawa pergeseran nilai-nilai, kebudayaan dan teknologi. Fakta yang ada di lapangan saat ini adalah anak-anak kecil sudah sangat mudah dalam mengakses internet melalui piranti bantu (gadget) yang terus berkembang/canggih dan berharga murah. Jika hal ini tidak disikapi serius (baca: bebas tanpa bimbingan/pengawasan dari orangtua), maka bisa dipastikan anak-anak ini akan dengan sangat mudah mengakses konten2 yang belum layak untuk mereka akses dan pasti memiliki dampak negatif.

Selain Dekan FPSB UII, ketua panitia NCIP (Wanadya Ayu Krishna Dewi, S.Psi., MA) dan juga wakil Dekan FPSB UII (Dr. Hepi Wahyuningsih, M.Si) turut memberikan pernyataan akan urgensi pelaksanaan The 2nd NCIP yang akan menghadirkan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Dr. Asrorun Ni’am Sholeh, MA sebagai keynote speaker dan beberapa pakar sebagai pembicara, seperti Prof. Dr. Arief Rahman, M.Pd. (Tokoh Pendidikan Nasional), Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si. (Institut Pertanian Bogor) dan Dr. Hepi Wahyuningsih, S.Psi. M.Si. (Universitas Islam Indonesia). Dalam rangkaian kegiatan NCIP juga akan di gelar presentasi call for paper terkait isu-isu keluarga, pendidikan dan pengasuhan serta workshop yang akan membahas topik  Love that Binds: Islamic Psychology for Family Relations dan Pendidikan Akhlaq Mulia dengan menghadirkan pakar dari luar negeri, yakni  Prof. Dr. Malik Badri (Founder of Modern Islamic Psychology, International Institute of Islamic Thought and Civilization, International Islamic University Malaysia) dan Associate Prof. Mastura Badzis (Insitute of Education, International Islamic University Malaysia).

MAPPRO Ambil Sumpah 15 Lulusannya

Program Magister Psikologi Profesi (MAPPRO) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali mengambil sumpah terhadap lulusannya, Sabtu, 19 Desember 2015. Prosesi pengambilan sumpah periode XXVII kali ini diperuntukkan bagi 15 lulusan MAPPRO yang berhak manyandang gelar M.Psi. Selain dihadiri oleh Rektor UII, Ketua Himpsi Wilayah D.I. Yogyakarta, Drs. Helly P. Sutjipto, MA juga tampak hadir dalam prosesi sumpah tersebut.

Rektor UII, Dr. IR. Harsoyo, M.Sc dalam sambutannya mengaku prihatin terhadap generasi saat ini yang cenderung lemah secara akal maupun rohani. Hal ini mengakibatkan banyaknya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan, seperti terlibat dalam geng motor, penipuan, pencurian, kekerasan dan lain sebagainya.  Bahkan beliau juga mengkritisi kondisi perpolitikan di negeri ini yang sangat memprihatinkan (baca: banyaknya kecurangan, perilaku koruptor, keputusan-keputusan sidang yang tidak baik, dll). Oleh karenanya, hal itu sebenarnya bisa menjadi lahan pekerjaan bagi para psikolog baru seraya mengharap imbalan pahala dari Allah SWT.

 

Sementara Drs. Helly P. Sutjipto, MA dalam sambutannya juga mengkritisi semakin banyaknya permasalahan hidup/sosial kemasyarakatan yang tidak seimbang dengan jumlah lulusan Magister Psikolog (permasalahan sosial nya). Beliau juga lebih menekankan perlunya pemahaman terhadap diri sendiri. Menurutnya, seringkali seseorang (dg kesadarnnya) melalukan sesuatu yang tidak sesuai dengan posisinya.

“Harapan kami (HIMPSI) mendapatkan volunter2 baru untuk menangani hal-hal di luar kehendak kita (baca: bencana alam, dll)”, tuturnya.

Shelma Nadhira Pimpin MARCOM FPSB UII Masa Bakti 2015-2016

Seiring dengan telah selesainya proses reruitment Tim Pemasaran Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) yang akrab dengan sebutan MARCOM (Marketing and Communication) dan berada dalam supervisi Unit Pemasaran, Kerjasama dan Humas (PKH), maka diadakan pula pergantian kepengurusan untuk periode 2015-2016. Pada kepengurusan baru ini, Shelma Nadira (Prodi Komunikasi) terpilih sebagai ketua menggantikan Fatchurozi. Prosesi pelantikan sendiri dilakukan pada hari Kamis, 10 Desember 2015 di Auditorium FPSB UII.

 

Dalam kepengurusan tersebut, sosok yang akrab disapa ‘Shelma’ tersebut akan dibantu oleh Yolanda Dwi A. selaku koord. div. Public Relatio & Media bersama anggotanya, Zahra Nabila di div. Marketing Research beserta anggotanya, Citra Anisa N di div. Direct Promotion Service, dan M. Atho’illah selaku koordinator div. Promotion Tools Service beserta anggotanya.

Semoga Tim MARCOM FPSB UII dapat bekerja maksimal untuk mendekatkan UII dan FPSB UII pada khususnya kepada masyarakat.  

Pengaruh Lingkungan pada Kasus Disabilitas

“Adanya siswa penyandang disabilitas dalam sebuah sekolahan inklusi itu menurut saya sebenarnya memacu kita (guru) untuk lebih kreatif dalam menyusun kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan para penyandang disabilitas. Hanya saja kebanyakan para guru tidak sempat untuk membuat atau memikirkannya karena sudah cukup banyak pekerjaan yang harus mereka emban, seperti laporan dan lain-lain yang terkait dengan sertifikasi”. Demikian ungkap Pradytia Putri Pertiwi dari Arbeiter-Samariter-Bund (ASB) dalam kegiatan kolokium Psikolog Klinis yang diselenggarakan oleh Prodi Psikologi Fakultas  Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Selasa, 8 Desember 2015 di R. Auditorium.

 

Lebih jauh, aktivis ASB (serupa dengan PMI di Indonesia) yang akrab disapa mbak Ditya tersebut memberikan contoh-contoh kasus yang menyangkut definisi dari disabilitas, seperti pada tuna daksa, tuna wicara, tuna netra, lansia dan beberapa contoh kasus lainnya. Terkadang sesorang yang masuk disabilitas bisa lepas dari definisi tersebut manakala menemukan alat bantu atau bantuan dari lingkungan sekitar. “Jadi lingkungan turut menentukan tingkat disabilitas seseorang”, ungkapnya.

Urgensi Perubahan Paradigma dalam Pelaksanaan Orientasi Mahasiswa Baru

Assalamu’alaykum Warahmatullaahi Wabarakaatuh. Saya mengawali tulisan di kolom Refleksi ini dengan mengatakan bahwa: pelaksanaan orientasi mahasiswa baru perlu perubahan paradigma yang holistik dengan membangun kesepahaman yang menekankan itikad baik.

10 Desember 2015 kemarin, penulis diundang Direktorat Pengembangan Bakat Minat dan Kesejahteraan Mahasiswa (DPBMKM) Universitas Islam Indonesia dalam acara Sarasehan Bidang Kemahasiswaan UII. Pada acara itu, di sesi ke-3, penulis diberi amanat untuk menyampaikan materi tentang Evaluasi dan Desain Ulang PESTA dan PEKTA UII. Kegiatan ini diikuti oleh pimpinan-pimpinan UII dan juga pimpinan lembaga kemahasiswaan di tingkat Universitas dan fakultas.

 

Antusias. Itu adalah kesan yang penulis dapat pasca mengisi acara itu. Wajar. Hal itu karena jika kita melihat fenomena dan kondisi orientasi mahasiswa baru beberapa tahun terakhir di kampus UII ini, memang ada yang perlu dibenahi.

Pelaksanaan orientasi mahasiswa baru di kampus ini, atau yang sering kita kenal dengan nama PESTA (Pesona Ta’aruf Mahasiswa) dan PEKTA (Pekan Ta’aruf Mahasiswa) masih menekankan senioritas-junioritas yang berlebihan dan tindakan kurang berkenan lainnya. Tindakan itu terjadi karena kekeliruan dalam memahami nilai-nilai penting dan luhur dari kata “orientasi” itu sendiri. Tak jarang beberapa mahasiswa baru mengeluh karena tindakan senior tidak nyaman di hati mereka.

Kegiatan PEKTA dan PESTA adalah “gerbang” pertama bagi mahasiswa baru yang notabene adalah masih pelajar SMA ini. Tindakan seperti bentak-bentak yang katanya untuk melatih mental mahasiswa baru agar tidak cengeng atau agar antara junior dan senior lebih akrab, sebenarnya, bisa diubah menjadi kegiatan yang lebih humanis. Kita sepakat bahwa kegiatan orientasi mahasiswa baru pada dasarnya bertujuan baik yaitu menyambut mahasiswa baru supaya cepat beradaptasi dengan kampus baru dan berbagai kegiatan akademiknya.

Sangat ironis memang jika yang dimaksud orientasi mahasiswa tidak menunjukkan sisi humanisnya. Sangat disayangkan jika kegiatan orientasi mahasiswa justru memberikan bekas negatif bagi calon intelektual muda UII.

Ketika terbangun kesepahaman yang menganggap mahasiswa baru sebagai keluarga baru, yang disambut dengan penuh keakraban, maka kegiatan orientasi, penulis yakin, akan jauh dari kesan negatif.  

PERLU KESAN POSITIF DAN MENCERAHKAN

Kegiatan orientasi mahasiswa baru perlu memberikan kesan positif dan mencerahkan, dengan cara-cara yang positif, dan ini yang paling penting: jangan sampai memunculkan trauma, pasca kegiatan orientasi mahasiswa baru. Kegiatan orientasi mahasiswa baru perlu sejajar dan searah dengan visi-misi serta nilai-nilai Universitas Islam Indonesia: rahmatan lil ‘alamin.

Hasil survey kegiatan SERUMPUN (Semarak Ta’aruf Penuh Makna)—kegiatan orientasi mahasiswa baru di Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII)—4 tahun terakhir dengan subjek mahasiswa FPSB UII angkatan 2010 s.d 2013 menujukkan beberapa harapan bahwa mahasiswa membutuhkan konsep dan tujuan orientasi yang jelas. Berikut penulis kutipkan beberapa pernyataan dari subjek secara kualitatif:

“Konsep harus jelas, tujuan Serumpun harus diperjelas. Jujur saja banyak senior yang tidak konsisten dengan yang dibicarakan dan tidak bisa memberi contoh dan itu membuat saya heran. Saya masih mendapat kontak fisik dicaci. Semoga ada evaluasi besar-besaran dalam pembuatan konsep acara dan peserta jelas mengetahui alasan serumpun itu”.

“Atribut yang diperintahkan aneh: (1) Mengharuskan merk tertentu dan kami tidak merasakan kebermanfaatan produk tersebut, (2) Menambah sampah plastik (air mineral dalam kemasan). Mahasiswa baru bisa diminta mulai cinta lingkungan.”

“PDL bagus untuk mempercepat saat merapikan barisan namun atribut yang diwajibkan untuk maba-miba (syar’i dan tidak dandan) sebaiknya diterapkan juga pada panitia. Manusia lebih mudah mencontoh”.

“Seluruh panitia wajib meneken kontrak dengan fakultas untuk sanggup memberi contoh kepada maba bahwa mereka bisa jadi panutan dalam mencontohkan nilai-nilai Islam terutama nilai-nilai BERIBADAH. Jadi tidak ada panitia yang ketika waktu shalat masih nongkrong-nongkrong santai sampai waktu shalat selanjutnya masuk lagi.”

“Budaya senioritas saat menyambut mahasiswa baru harus dihilangkan. Tidak ada lagi tugas yang dapat melukai harga diri seseorang. Lebih baik diisi dengan kegiatan-kegiatan positif, misalnya setiap anak/kelompok anak membuat satu kegiatan yang bisa membahagiakan orang lain di sekitar kampus”

“Tidak perlu harus dibentak untuk menertibkan anak-anak berusia 17 tahun ke atas.”

“Susunan rundown dalam kegiatan Serumpun lebih diprioritaskan yang bermanfaat dan untuk kebutuhan mahasiswa baru”

Masih mengacu pada hasil survey di atas, dari sisi konten materi, mahasiwa baru membutuhkan beberapa materi sebagai berikut: 1) Motivasi untuk belajar di Perguruan Tinggi (sangat penting 73% dan sangat dibutuhkan 57%), 2) Memiliki keterampilan belajar (sangat penting 57% dan sangat dibutuhkan 41%), 3) Memiliki keterampilan yang mendukung penyesuaian diri di lingkungan (sangat penting 51%dan sangat dibutuhkan 43%), 4) Memiliki kesadaran bermasyarakat (sangat penting 73% dan sangat dibutuhkan 57%). Beberapa usulan rancangan program orientasi mahasiswa baru sebagaimana direkomendasikan oleh Tim Evaluasi SERUMPUN FPSB UII adalah perlu adanya program survival skills dengan konten utama antara lain: 1) Motivasi belajar, 2) Keterampilan belajar, dan 3) Keterampilan hidup.

Pertanyaan sekarang adalah bagaimana mendesain ulang orientasi mahasiswa baru?

Komunikasi dan Komitmen

Kita bisa mulai dengan cara mengkomunkasikan terlebih dahulu ke pihak-pihak terkait yaitu lembaga mahasiswa, mahasiswa, orangtua mahasiswa, pimpinan universitas, fakultas, program studi, dosen, dan karyawan. Semua harus terlibat. Setelah itu baru kemudian kita komitmen untuk menjalankannya. Tahapan yang perlu dilakukan secara garis besar, yaitu: Pertama, melakukan curah gagasan terhadap pelaksanaan orientasi mahasiswa baru selama ini, baik yang bersifat evaluatif maupun ide untuk perbaikan di tahun-tahun berikutnya. Sebagai hasil akhir dari curah gagasan tersebut, diperlukan komitmen tertulis dari lembaga mahasiswa, orangtua mahasiswa, pimpinan universitas, fakultas, dan prodi sebagai bentuk dukungan untuk meningkatkan kualitasi orientasi mahasiswa baru. Kedua, menganalisis kebutuhan pelatihan terkait orientasi mahasiswa baru sehingga diperoleh materi dan metode yang sesuai dengan kebutuhan peserta maupun visi, misi, dan nilai-nilai di UII. Ketiga, menyusun modul yang akan dipakai untuk orientasi mahasiswa baru di tahun 2016, termasuk mempersiapkan lokasi dan pematerinya; serta melakukan uji coba modul. Keempat, melakukan sosialisasi modul, terutama kepada panitia dan dosen. Kelima, melaksanakan orientasi mahasiswa baru dengan desain baru, termasuk pengukuran sebelum dan setelah kegiatan (pre and posttest). Keenam, mengevaluasi secara komprehensif pelaksanaan Orientasi Mahasiswa Baru 2016, termasuk merekomendasikan ide-ide inovatif untuk tahun-tahun yang akan datang.

Menutup tulisan ini, penulis ingin mengajak semua pembaca, terutama para pemangku kepentingan, baik dari tingkat lembaga, program studi, fakultas, sampai universitas: mari kita kawal bersama-sama perubahan dan tradisi pelaksanaan Orientasi Mahasiswa Baru UII ini supaya ke depan, kampus perjuangan ini tidak hilang sisi rahmatan lil ‘alamin-nya. Kita ciptakan nuansa kegiatan orientasi mahasiswa baru yang lebih akrab, lebih memanusiakan manusia, dan lebih mampu meninggalkan kesan positif bagi mahasiswa baru UII. Itulah orientasi mahasiswa baru yang sesuai syariat Islam. Bukankah yang tercantum dalam Hymne UII adalah: “Syariat Islam amalan kita…”? Itu. Bagaimana menurut anda?

Penulis: 

Dr.rer.nat. Arief Fahmie, S.Psi., M.A, Psikolog

Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia

Prof Sawitri : Koruptor itu Psikopat !

“Setiap orang punya kegilaan (baca: sisii gila) masing-masing. Tidak ada orang yang 100% sehat secara mental. Termasuk saya. Hanya saja, kapan, dimana, dengan siapa kita memberitahukan/menunjukkan kegilaan itu yang membutuhkan sebuah pengendalian/ keterampilan. Nah, psikopat merupakan seseorang yang tidak bisa mengendalikan kegilaannya tersebut. Orang Psikopat tidak akan merasa bersalah atas kesalahan dan kekeliruan yang dilakukannya. Psikopat biasanya memiliki kognitif yang baik. Mereka cerdas. Kecerdasannya itu yang mereka pakai untuk menutupi perilaku (psikopat) dia. Koruptor menurut saya masuk dalam kategori psikopat. Mereka (baca: sebelum melakukan korupsi) sudah tahu bahwa banyak koruptor yang dihukum, tapi mereka tetap saja mau melakukan korupsi yang dikarenakan ketidakmampuan mereka dalam mengendalikan keinginan untuk tidak melakukan korupsi”.  Demikian pernyataan yang disampaikan oleh Prof. Dr. Sawitri Supardi Sadarjoen, Psikolog dalam workshop ‘Aplikasi Paradigma Psikopatologi pada Kasus-kasus Klinis di Indonesia’ yang diselenggarakan oleh Program Magister Psikologi Profesi (MAPPRO), Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Jumat-Ahad, 27-29  November 2015.

Selain mengkritisi perilaku koruptif, Guru Besar Psikologi Klinis dan Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran Bandung tersebut juga membahas kasus-kasus indikasi psikopat lainnya, yakni kleptomania. Kleptomania merupakan istilah bagi seseorang yang suka mengambil (mengutil) barang milik orang lain, meskipun barang itu tidak terlalu berharga. Menurut dokumen kasus, perilaku ini pernah dilakukan oleh hampir seluruh lapisan usia, baik anak-anak, remaja, dewasa, bahkan orang tua. Pelakunya pun bukan hanya masyarakat biasa, tapi pernah juga dilakukan oleh seorang kepala negara.

Adapun rangkaian lengkap materi yang disampaikan oleh pengasuh Rubrik Psikologi di Harian Kompas dalam agenda workshop selama tiga hari tersebut antara lain adalah gambaran psikopatologi, integrasi psikoanalisa & behavioristik, teknik penyusunan anamnesa eksploratif, bedah kasus, ketrampilan behavioral unit construct, penyusunan paradigma psikopatologi, evaluasi kepribadian berdasarkan paradigma psikopatologi serta pembahasan kasus psikopatologi di Indonesia. Uraian materi disampaikan dalam bagan-bagan yang memudahkan peserta untuk melihat secara menyeluruh sebab akibat yang terjadi pada seseorang yang memiliki problem kejiwaan.

Menurut salah satu peserta sekaligus merangkap sebagai panitia penyelenggara, dengan penyelenggaraan workshop tersebut diharapkan para peserta lebih terampil dalam mengurai masalah psikopatologi pada kasus-kasus klinis.  

Pengenalan Body Mapping dalam Prevensi Sexual Abuse pada Anak

“Akhir-akhir ini semakin marak kejahatan dan eksploitasi terhadap anak seperti kekerasan, bullying, penculikan, penjualan atau yang sering dilihat di media saat ini adalah pelecehan seksual dan pornografi anak. Oleh karenanya anak-anak perlu kita ajari cara-cara melindungi dirinya dari kekerasan tersebut sejak usia dini. Perlu dipahami bahwa tidak ada usia terlalu muda bagi seorang anak anak untuk diperkenalkan dengan upaya perlindungan diri. Idealnya, perlindungan diri mulai dikenalkan pada saat anak berusia 3-5 tahun. Hal ini diperlukan karena pada rentang usia tersebut anak mulai berinteraksi dengan dunia di luar keluarga”. Demikian kiranya pernyataan yang disampaikan Nindyah Rengganis, S.Psi  dari Early Childhood Care and Development Resource Center (ECCD RC) saat menyampaikan materi “Body Mapping : Upaya Membantu Anak Melindungi Diri dari Kekerasan” dalam kolokium yang diselenggarakan oleh Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Senin, 23 November 2015 di R. Auditorium FPSB UII. Acara dimoderatori oleh Resnia Novitasari, S.Psi., MA.

Masih menurut Rengganis bahwasanya cara menarik yang bisa digunakan untuk mengenalkan perlindungan diri kepada anak-anak adalah melalui permainan, lagu, body mapping, atau dengan metode-metode tertentu. Rengganis juga menyampaikan 7 konsep factsheets yang disusun oleh Family Planning Quensland yang perlu diberikan kepada anak dalam rangka menanamkan perlindungan dirinya, seperti harga  diri, asertivitas, kesadaran akan tubuh, memahami  bentuk-bentuk hubungan, memahami aturan tentang sentuhan, memahami perasaan yang muncul, dan mengetahui hal yang harus dilakukan jika aturan tersebut terlanggar.

Adapun metode-metode yang disampaikan kepada peserta kolokium antara lain adalah membiasakan agar anak menyadari tentang haknya, memasukan informasi tentang perlindungan diri dalam kegiatan belajar mengajar, ataupun perlindungan diri dengan melakukan body mapping atau pengenalan terhadap tubuh anak terkait bagian tubuh mana yang boleh disentuh dan yang tidak boleh disentuh oleh orang lain serta memberikan informasi yang diperlukan terkait tentang perlindungan diri, perbedaan gender, dan sebagainya.

Lantas, bagaimana jika kekerasan terhadap anak sudah terjadi?

Jika kekerasan tersebut sudah terjadi, maka Rengganis menyampaikan beberapa hal yang bisa dilakukan, yakni  memenuhi kebutuhan anak akan rasa aman dengan tidak menyalahkan korban atas hal yang sudah terjadi, menghubungi pihak yang berkompeten dalam pendampingan kasus kekerasan seperti FPK2PA  (tiap kabupaten), Rifka Annisa, Rekso Dyah Utami, dan sejenisnya, melakukan intervensi psikologis dan kejiwaan jika diperlukan, melibatkan anak dalam proses penyelesaian kasus, membangun dukungan masyarakat untuk memberikan rasa aman kepada korban dan keluarganya, ikut memantau proses hukum yang diambil dan memberi dukungan psikologis-sosial pada korban jika kasusnya masuk ke ranah hukum, serta menjadikan peristiwa tersebut sebagai pelajaran bagi seluruh masyarakat dan bukan justeru menutupi.

MAPPRO FPSB Milad ke-10

“Alhamdulillah Mappro saat ini berulang tahun yang ke 10. Saat ini perkembangan sudah sangat bagus. Mahasiswa kami saat ini sudah sangat kompetitif (dilihat dari rasio pendaftar dan penerimaan mahasiswa baru). Alhamdulillah kecepatan kelulusan juga lebih baik. Tahun ini juga ada ledakan lulusan dimana dalam satu tahun kemarin ada 61 lulusan. Semoga tahun ke depan akan semakin cepat”. Demikian ungkapan sekaligus harapan dari Ketua Program Magister Psikologi Profesi (MAPPRO) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Dr. H. Fuad Nashori, S.Psi., M.si., Psikolog dalam acara Tasyakuran Milad ke-10 Program Studi MAPPRO FPSB UII yang diselenggarakan pada hari Selasa, 17 November 2015 di Mushola Baitul Hadi FPSB UII dengan mengundang anak-anak Panti Asuhan Nurul Yasmin Yogyakarta.  

 

Adapun agenda Tasyakuran Milad X MAPPRO FPSB UII selain diisi dengan potong tumpeng dan makan bersama, juga diisi dengan siraman rohani dengan mengundang ustd. Dr. Supriyanto Pasir, S.Ag., MA sebagai pemateri. Dalam ceramahnya, ustadz yang akrab disapa Pak. Pasir ini mengajak para jamaah untuk lebih berhati-hati dalam beribadah agar terhindar dari riya’ akibat godaan syetan yang sangat halus.

Agenda milad diakhiri dengan doa bersama yang juga dipimpin langsung oleh ust. Pasir.