Kegiatan Prodi Psikologi

FPSB Selenggarakan Workshop PKM-KT

“Hampir semua perguruan tinggi mengalami penurunan untuk jumlah proposal PKM V Bidang tahun 2015 yang didanai pada tahun 2016 ini, kecuali UII yang justeru mengalami peningkatan jumlah proposal PKM V Bidang yang didanai pada tahun 2016 ini. Hal ini menarik perhatian perguruan-perguruan tinggi lainnya”.  Demikian pengantar yang disampaikan oleh Prof. Akhmad Fauzy, S.Si, M.Si, Ph.D sesaat sebelum menyampaikan materi workshop PKM Bidang Karya Tulis (Artikel Ilmiah-Gagasan Tertulis) di Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Jumat, 18 Maret 2016 di R. Auditorium FPSB UII.

Workshop PKM sendiri sengaja diselenggarakan oleh Unit Kemahasiswaan, Alumni, dan Dakwah Islamiyah (KADI) FPSB UII sebagai salah satu upaya untuk memotivasi mahasiswa dalam berpartisipasi di PKM KT 2016. Sebelum pemaparan materi terkait prapenilaian substansi sebuah proposal  PKM maupun point-point penting dalam penilaian proposal PKM-GT yang disampaikan oleh Prof. Fauzi, peserta workshop juga mendapat materi tentang seputar PKM itu sendiri yang disampaikan oleh Beni Suranto, ST., M.SoftEng.

Sambut Milad ke-21, FPSB Agendakan Anjangsana ke Pegawai Purnatugas

Sesuai dengan tema milad ke-21 Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) yakni “Indahnya Silaturrahim”, maka silaturrahim ke pegawai purna tugas FPSB UII pun menjadi salah satu agenda kegiatan milad. Selasa, 15 Maret 2016 menjadi hari pertama penyelenggaraan silaturrahim yang juga disebut anjangsana ini dengan mengunjungi keluarga Bapak Arif Suhardi. Kehadiran rombongan yang terdiri dari Ka.div Keuangan, Ka. Div Akademik beserta beserta staf tenaga kependidikan lainnya disambut hangat oleh keluarga Pak Arif Suhardi.

KeluargaPak Arif  pun merasa senang dengan kunjungan tersebut dan berharap agar terus dipertahankan sebagai media silaturrahim. Ungkapan dan harapan serupa juga disampaikan oleh keluarga purna tugas Bapak Surani, Ibu Ani Zaerina, dan juga Pak Imron.  Bertemu, bercanda, saling menanyakan kabar dan juga saling berbagi informasi terkait aktivitas yang bisa dilakukan saat purna tugas menjadi ‘bahan silaturrahim’ yang cukup menghangatkan suasana kunjungan.

“Alhamdulillah..senang rasanya klo kegiatan yang kita laksanakan membahagiakan orang lain.. Semoga semua kegiatan kita barokah..Aamin”, ungkap ketua panitia Milad FPSB UII ke-21, Adam Anshori, S.S., MA.

Agenda anjangsana sendiri dijadwalkan berlangsung hingga Senin, 21 Maret 2016.

Psikologi Kaji Enterpreneurship dan Sociopreneurship

“Sehebat apapun kalian tanpa enterpreneur kalian akan kalah dengan lulusan kampus-kampus yang punya enterpreneurship, bahkan lulusan dr kampus-kampus (baca: lulusan) yang tidak terkenal atau tidak punya nama.  Hidup ini tidak pasti. Orang yang tidak siap dengan ketidakpastian, jangan hidup”. Demikian motivasi yang  disampaikan oleh Drs. Adriano Rusfi, Psikolog kepada para peserta kegiatan kolokium yang digelar oleh Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Jumat, 11 Maret 2016 di R. Auditorium FPSB UII.

Lebih jauh penentang keras gerakan LGBT tersebut menegaskan bahwa jiwa enterprenur atau wirausaha sangat berbeda dengan jiwa pedagang. Menurutnya setiap orang tidak mesti harus bisa pedagang tapi wajib menjadi seorang enterpreneur, yakni orang yang berani dan bisa menjalani hidup dengan baik meski banyak/sebesar apapun tantangan yang dihadapinya.

“Orang berani identik dengan berani mati, dan saya bukan seorang yang berani mati. Sedangkan orang bernyali adalah orang yang berani menjalani/menghadapi kehidupan ini dengan sebaik mungkin. Penakut (baca: takut menghadapi kematian) boleh, pengecut (baca: tidak berani menghadapi hidup) jangan! Saat ini banyak orang yang berani mati, tapi tidak terlalu banyak yang berani hidup. Berjuanglah pada titik tersebut meski sering gagal. Doa sangat diperlukan dalam enterprenurship” ungkapnya.

Sosok yang juga dikenal publik sebagai konsultan SDM dan Pendidikan tersebut juga menambahkan bahwa saat ini terlalu banyak permasalahan sosial yang membutuhkan kepemimpinan enterpreneurial, yakni pemimpin yang berani mengambil tanggung jawab untuk mencari solusi atas permasalahan sosial yang ada dengan menciptakan kondisi masyarakat yang lebih kreatif dan produktif dalam menggali ataupun memunculkan setiap potensi yang dimilikinya.

Setelah seseorang memiliki jiwa enterpreneur, maka selanjutnya adalah seseorang harus memiliki jiwa sociopreneurship yang bertujuan untuk membantu kesulitan orang lain, membuka lapangan kerja, menghindari kekufuran, menjauhi riba, dakwah, naik haji, bikin masjid, memiliki nilai tawar pada sisi sosial-ekonomi-politik dan juga harapannya adalah masuk surga. Modal sociopreneur  adalah airmata, empati, social concern, social linkage, dan do’a orang lain.

FPSB Sosialisasikan Dana Subsidi Kegiatan Mahasiswa

Dalam rangka sosialisasi subsidi Dana Kegiatan Kemahasiswaan bagi mahasiswanya, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) secara khusus menggelar Public Hearing dengan mengundang para perwakilan dari komunitas, himpunan mahasiswa maupun UKM yang ada di FPSB UII, Kamis, 10 Maret 2016 di R. Auditorium FPSB UII.

Dr.rer.nat. Arief Fahmie, MA., Psikolog selaku Dekan FPSB UII turun langsung untuk memberikan informasi terkait dana subsidi kegiatan kemahasiswaan tersebut. Setidaknya pimpinan FPSB UII sudah mengalokasi anggaran lebih kurang 150 juta untuk diberikan sebagai subsidi kegiatan mahasiswa, baik kegiatan yang bersifat kelembagaan, komunitas, lomba-lomba akademis (PKM-PIMNAS) maupun program keikutsertaan mahasiswa (individu/berkelompok) pada agenda-agenda internasional (konferensi, seminar, training) yang dilaksanakan di luar negeri.

“Ada banyak pertimbangan terkait jumlah dana subsidi yang diberikan kepada masing-masing prodi, seperti pertimbangan jumlah mahasiswa, keterserapan anggaran pada kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun sebelumnya maupun rencana jumlah kegiatan yang akan dilakukan. Pasti akan ada yang kurang puas dengan jumlah subsidi yang diberikan. Tapi sekali lagi ini adalah sifatnya subsidi. Kami mohon maaf karena baru ini yang bisa kami bantu”, ungkap Pak Arief.

Prof Marcus Stueck Ajarkan School of Emphaty

“Emphaty is based on attachment/connection/relation (Biological, behavioural, affective) in autopoietic network and between living elements (plants, humans, animals). Emphaty is not altruism”. Demikian definisi empati menurut Prof. Dr. rer.nat. habil. Marcus Stueck yang disampaikan pada acara kolokium Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) berjudul ‘School of Emphaty’, Jumat, 04 Maret 2016 di R. Auditorium FPSB UII.

Di awal paparannya, Profesor ramah tersebut banyak menceritakan tentang sejarah berdirinya ‘School of Emphaty’ yang sudah dia rintis sejak tahun 2008 di Jerman dan Latvia. Baru  pada tahun 2010-2011 ‘Schoolmof Emphaty’ masuk ke Indonesia melalui sebuah workshop di Yogyakarta. Sekedar mengingat kembali bahwa School of empathy merupakan sebuah metode/ teknik pembelajaran yang terdiri dari 2 metode, yakni melalui bahasa komunikasi-verbal dan badan-nonverbal (dance of life). Dance/gerak tari sebagai salah satu media pembelajaran empati dikarenakan bisa membawa perasaan dan ekspresi seseorang ke dalam tarian. Ekseperimen telah membuktikan bahwa dance bisa mempengaruhi perilaku seseorang sejalan dengan adanya proses biokimia yang terjadi di otak saat melakukannya (baca: gerakan dance).

“Empati terkait dengan dengan kontak fisik/tubuh yang didasarkan pada rasa cinta/sayang. Jadi, untuk bisa ber-empati dengan sesama memang diperlukan koneksi (sentuhan secara langsung maupun tak langsung) yang nantinya akan berimplikasi pada kemampuan seseorang untuk merasakan kondisi fisik/psikis orang lain.  Empati adalah hubungan, komunikasi dan kelekatan. Ini adalah hal penting untuk bisa melakukan empati pada orang lain,” tambahnya. Beberapa kumpulan foto pelaksanaan empathy pun beliau sampaikan demi menambah wawasan para mahasiswa.

Masih Menurut Prof. Dr. rer.nat. habil. Marcus Stueck bahwa biodanza bisa diikuti dan dimengerti oleh siapa saja tanpa membedakan ‘kondisi’ seseorang. Biodanza bisa menjadi penyeimbang antara pengatahuan dan perasaan. Hal ini tentu berbeda jika dibandingkan hanya dengan sekedar membaca.

MAPPRO Kaji Resilience and Posttraumatic Growth

Resilience and Posttraumatic Growth atau Ketahanan dan Kebangkitan Pasca Trauma. Demikian tema workshop yang disampaikan oleh Prof. Dr. rer.nat. habil. Marcus Stueck, Rabu, 2 Maret 2016 di R. Kuliah Program Magister Psikologi Profesi (MAPPRO) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII).

Selain menyampaikan konsep teoritis tentang resiliensi, Prof. Marcus Stuek juga banyak menyampaikan teknik-teknik atau intervensi yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan hormon-hormon tubuh dalam rangka meningkatkan dopamine, seperti terapi yoga, bernyanyi, menari, melukis ataupun bermain menggunakan media lainnya (pasir, dll). Dengan meningkatnya dopamine tersebut maka seseorang akan menjadi lebih relaks/tenang dan bahagia. Kondisi itulah yang bisa meningkatkan resiliensi seseorang (korban bencana, kekerasan).

Prof. Markus Stueck dalam kesempatan tersebut juga memaparkan hasil risetnya mengenai proses resiliensi yang terjadi pada seseorang dalam kondisi ekstrem, misalnya saat berminggu-minggu mendaki gunung.  Bahkan, pernah kerjasama dengan International Aeronautics Association untuk melihat kondisi psikologis astronot saat simulasi di bumi yang juga pada kondisi ekstrem.

“Topik yang menarik, terlebih beliau menjelaskan  penelitiannya tentang bagaimana tubuh kita khususnya kulit kita memberikan tanda tanda seseorang mngalami hypersensybility dan kita juga tahu bagaimana intervensi yang kiranya mampu diberikan untuk orang yang pernah mngalami trauma karena bencana”, ungkap salah satu peserta workshop, Mumtaz Afridah, S.Psi.

SMA Negeri 1 Parigi Pangandaran Silaturrahim ke UII

Keluarga besar siswa kelas 11 SMA N 1 Parigi Kabupaten Pangandaran Jawa Barat melakukan kunjungan silaturrahim ke Universitas Islam Indonesia (UII), Senin, 29 Februari 2016. Rombongan yang berjumlah lk. 355 siswa dengan didampingi beberapa guru tersebut diterima oleh 4 fakultas yang ada di UII, yakni Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB), Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Teknik Industri (FTI) dan juga Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).

Di FPSB UII, rombongan disambut hangat oleh Dekan bersama Tim Marketing and Communications (Marcom) FPSB UII.  Selayang pandang UII pun sempat disampaikan oleh Dekan FPSB UII sebelum akhirnya informasi lengkap (sejarah UII, proses pendaftaran & pola seleksi calon mahasiswa baru UII, biaya studi, skema beasiswa yang bisa diperoleh sebagai mahasiswa UII, dan juga keunggulan masing-masing prodi yang ada di FPSB UII)  disampaikan dengan baik oleh 2 orang anggota Tim Marcom, Iswan Saputro dan Lana Senja Indah.

 

“Mereka merasa nyaman dengan lingkungan yang asri dan jauh dari kegaduhan. Mudah-mudahan adik-adik tahun mendatang punya keyakinan untuk bisa kuliah di UII. UII adalah Universitas Islam tertua di Indonesia. Kalian pasti akan bangga bisa kuliah di sini. Saya yakin akan ada di antara kalian semua yang akan menggantikan guru-guru BK/BP dengan kalian kuliah disini”, harap salah satu guru pendamping, Dadan Suherman

FPSB Gelar Lomba Keakraban

Kebersamaan dan kebahagiaan yang dikemas dalam lomba keakraban civitas Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia kembali terajut pada hari Jumat, 26 Februari 2016. Mengambil lokasi di halaman parkir FPSB UII, segenap dosen dan karyawan berkumpul bersama untuk mengikuti Lomba Keakraban yang merupakan agenda perdana Milad FPSB UII ke-21. Di kegiatan ini setidaknya ada 3 lomba kategori individu, yakni sumpit kelereng, sepeda lambat dan masukan paku dalam botol serta 3 lomba dalam kategori beregu, yakni balap bakiak, tebak nama dan juga estafet air.

 

Seluruh peserta tampak sangat antusias dan menikmati setiap lomba yang diikuti. Bahkan pada lomba balap bakiah, Prof. Dr. Marcus Stuek (Jerman) pun ikut ambil bagian meski mengalami kesulitan (terjatuh).  Lomba sejenis insya Allah juga akan diselenggarakan secara khusus untuk mahasiswa FPSB UII.

2nd NCIP Kaji Peran Psikologi Islam dan Penguatan Keluarga

Psikologi Islam untuk Penguatan Keluarga Menuju Bangsa yang Tangguh dan Berkarakter. Demikian tema besar kegiatan  “2nd National Conference on Islamic Psycology-NCIP” yang digelar oleh Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Selasa-Rabu, 16-17 Februari 2016 di Royal Ambarrukmo Hotel Yogyakarta. Tokoh nasional bidang Pendidikan sekaligus Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO dan juga Guru Besar Universitas Negeri Jakarta, Prof. Dr. H. Arief Rachman, M.Pd bersama Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si (IPB) dan Dr. Hepi Wahyuningsih, S.psi., M.Si (UII) tampil sebagai pemateri seminar. Sedang ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Dr. H. M. Asrorun Ni’am Sholeh, MA tampil sebagai keynote speaker.

Dalam sambutannya selaku tuan rumah, Dekan FPSB UII, Dr.rer.nat Arief Fahmie, MA., HRM menegaskan bahwa kegiatan tersebut diselenggarakan sebagai bentuk kepedulian terhadap upaya pencarian solusi permasalahan bangsa yang merupakan dampak kemajuan teknologi dan peran/posisi keluarga melalui disiplin ilmu Psikologi, khususnya melalui peran Psikologi Islami yang juga diharapkan mampu membawa kebahagian di akhirat.

Sementara Rektor UII, Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc sebelum membuka acara secara resmi juga berpesan agar kegiatan tersebut nantinya bisa kembali memaksimalkan peran dan  fungsi keluarga sebagai lingkup terkecil dalam kehidupan seseorang mampu mencetak/melahirkan generiasi yang tangguh dan berkarakter.

Ketua KPAI, Dr. H. M. Asrorun Ni’am Sholeh, MA dalam paparannya mengkritisi tidak imbangnya antara kecepatan pemahaman dalam pemanfaatan teknologi oleh orang tua dengan kecepatan perkembangan teknologi itu sendiri yang mengakibatkan anak-anak lebih pandai menggunakan teknologi tanpa pemahaman pemanfaatannya secara baik dan benar,  sehingga sulit dikontrol oleh orangtua yang kurang atau juga tidak paham dengan pemanfaatan perkembangan teknologi yang terjadi. Beliau juga mengkritisi kurang intensifnya pertemuan dan komunikasi antara anak dengan orangtua.

“Kasus keluarga dan pengasuhan anak memiliki kontribusi yang tinggi dalam kekerasan/penelantaran terhadap anak.  Keharmonisan keluarga juga menjadi faktor utama terjadinya kasus penelantaran anak. Sementara fenomena lain yang tak kalah berpengaruh adalah faktor ekonomi yang bukan hanya kemiskinan tapi juga kekayaan yang mendadak, seperti halnya sertifkasi yang diperoleh oleh para pendidik. Survey KPAI menunjukkan adanya peningkatan proses gugat cerai dan juga perceraian yang terjadi pada para pendidik semenjak adanya sertifikasi”, ungkapnya.

Staf pengajar Fakultas Syari’ah dan Hukum di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta  itu juga menambahkan pentingnya masyarakat untuk mempelajari, menguasai,  dan juga memahami apa saja yang diperlukan sebelum proses pernikahan khususnnya paska berkeluarga, seperti halnya tentang hak dan kewajiban sebagai suami/isteri.

Prof. Dr. H. Arief Rachman, M.Pd selaku pemateri seminar dalam paparan singkatnya menyampaikan tentang pendidikan berkarakter yang bersinergi dengan orangtua, guru dan masyarakat. Sedangkan Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti menyampaikan materi penguatan karakter dan ketangguhan keluarga Indonesia yang kemudian ditutup oleh Dr. Hepi Wahyuningsih, S.Psi., M.Si yang menyampaikan kualitas perkawinan untuk penguatan keluarga.

Pada hari kedua, agenda masuk dalam sesi workshop bertema Love that Binds: Islamic Family for Family Relations  dengan menghadirkan Prof. Dr. malik Badri (Founder of Modern Islamic Psychology), Dr.Phill Qurrotul Uyun, S.Psi., M.Si dan Dr. Hepi Wahyuningsih. S.Psi., M.Si  sebagai pembicara serta tema Pendidikan Akhlak Mulia dengan menghadirka Prof. Mastura Badzis, Ph.D dan Irwan Nuryana Kurniawan, S.Psi.,M.Si sebagai pemateri.

 

Prodi Psikologi Tambah Doktor Baru

Keluarga besar program studi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali tersenyum bahagia setelah salah satu staf pengajarnya, Emi Zulaifah, Dra., M.Sc berhasil menyelesaikan studi S3 dan berhak menyandang gelar ‘Dr. Phil’ dari Institute for Psychology,  Leipzig University, Jerman. Sosok yang akrab disapa Bu/Mbak Emi ini berhasil mempertahankan disertasinya berjudul ‘Work-Family interface among family with Work separation. Testing the spillover and crossocer effect of work -family interference on personal and family domain’ di hadapan tim penguji yang terdiridari  Prof. Evelin Witruk, Prof Konrad Reschke dan Prof. Schroeger (dekan dari Faculty of  Pharmacy, Bioscience and Psychologie) pada 11 Februari 2016.  Hasilnya pun sangat membanggakan, yakni ‘Magna Cumlaude’.

Menurut bu Emi, hasil analisis data penelitiannya menunjukkan bahwa beban pekerjaan bagi mereka yang harus mengalami pisah keluarga karena bekerja ternyata memberikan efek psikologis yang negatif tidak hanya bagi karyawan yang bersangkutan tetapi juga bisa ke anggota keluarga lainnya, termasuk pasangan dan anak anak.  Dampak psikologis ke anggota keluarga (anak-anak) memang tidak secara langsung tapi melalui proses apakah orang tuanya yang bekerja memandang situasi pisah kerja tersebut mengusik ‘keseimbangan interaksi’ antara pekerjaan dan keluarga atau tidak, iklim di dalam keluarga dan kondisi psikologis ayah dan ibunya.  Kondisi psikologis yang dimaksud adalah kondisi emosi (positif/negatif), serta kepuasan terhadap keluarga dan kehidupannya. Sedangkan dampak psikologis kepada pasangan cukup melalui kondisi psikologis sang suami.

Bu Emi juga menambahkan bahwa orang tua yang banyak bersyukur dan ridho ternyata membantu pasangan untuk menjadi lebih tenang dan berbahagia.

“Penelitian ini didedikasikan kepada keluarga-keluarga di Indonesia. Semoga senantiasa mendapatkan kekuatan dalam menghadapi tantangan hidup di jaman yang terus menerus berubah”, harap bu Emi.