HIKMAH PRILAKU JUJUR DALAM BERCANDA

Tri Ruswantoro, 22/11/2024

Di Saat menjalani aktifitas keseharian atau pun pada saat berkumpul tidak lah lepas kita dari bercanda dengan teman maupun saudara, Canda tawa merupakan irama kehidupan yang tidak mungkin terhindarkan, bahkan dalam sebuah penelitian pun membuktikan bahwa bercanda atau tertawa dapat mengembalikan keseimbangan pikiran dan tubuh untuk mudah melepaskan amarah maupun memaafkan. Bahkan islam pun memperbolehkan kita bercanda tawa dalam Al – Qur’an surah An Najm ayat 43, Allah berfirman:

وَأَنَّهُۥ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَىٰ

“Dan bahwasannya dia lah yang menjadikan orang tertawa dan menangis”

Namun terkadang sering kali kita berbohong  atau memiliki sifat tidak jujur untuk basa-basi atau agar bisa membuat tertawa, senang, gembira atau orang mengakui exsistensi kita, supaya pertemuan itu hidup atau ramai dengan canda tawa, akan tetapi celakalah kita bila kita masih sering melakukan hal ini, karena sifat itu tidak di benarkan di ajaran Agama Islam, karena  sifat Jujur termasuk ke dalam akhlak mahmudah atau perilaku yang terpuji. Bahkan, terkait kejujuran ditegaskan dalam sejumlah dalil Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Allah SWT berfirman dalam surah At Taubah ayat 119,

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tetaplah bersama orang-orang yang benar!”

Allah SWT berfirman dalam Al – Hadist,

وَيْلٌ لِلَّذِى يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ

“Celakalah orang yang berbicara sedangkan ia berbohong supaya segolongan orang tertawa karenanya! Celakalah ia! Celakalah ia!” [HR Abu Dawud no. 4990. Hasan]

Syaikhul islam ibnu Tamiyah menjelaskan bahwa berbohong untuk lelucon dapat menimbulkan permusuhan atau kesalahpahaman antar manusia. Syariat tersebut dimaksudkan untuk kita menutup jalan ke arah yang lebih buruk, walau tidak secara langsung menyebabkannya, namun dapat menimbulkan permusuhan di kemudian hari. Beliau berkata

وقد قال ابن مسعود : ” إن الكذب لا يصلح في جَدٍّ ، ولا هزل ” … .

وأما إن كان في ذلك ما فيه عدوان على المسلمين ، وضرر في الدين : فهو أشد تحريماً من ذلك ، وعلى كل حال : ففاعل ذلك – أي : مضحك القوم بالكذب – مستحق للعقوبة الشرعية التي تردعه عن ذلك .

“Ibnu Ma’sud berkata, ‘berbohong itu tidak layak baik dalam keadaan serius maupun bercand’Apabila dalam candaan dapat menimbulkan permusuhan di antara manusia dan menimbulkan madharat dalam agama, maka lebih diharamkan lagi. Pelakunya berhak mendapatkan hukuman yang bisa membuatnya jera” [Majmu’ Al – Fatawa 32/256]

Jujur merupakan sifat yang paling utama yang sangat penting untuk dimiliki dan di amalkan seorang muslim dalam menjalani kehidupan di dunia ini sebagai ke hambaan kita kepada Allah, Karena secara pemahaman Arti dari bahasa, jujur berarti mengakui, berkata, atau memberi suatu informasi yang sesuai dengan fakta apa adanya dan yang benar-benar terjadi atau kenyataan dalam kehidupan keseharian. Tidak jujur merupakan perbuatan atau ciri orang munafik dalam ajaran Islam. Sehingga kejujuran dapat membedakan antara hamba Allah SWT yang benar beriman menjalankan ajaran Agama maupun tidak beriman.

Dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah SAW bersabda:

Sesungguhnya kejujuran itu membawa pada kebaikan dan kebaikan itu membawa (pelakunya) ke surga dan orang yang membiasakan dirinya berkata benar(jujur) sehingga ia tercatat di sisi Allah sebagai orang yang benar, sesungguhnya dusta itu membawa pada keburukan (kemaksiatan) dan keburukan itu membawa ke neraka dan orang yang membiasakan dirinya berdusta sehingga ia tercatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam mencari contoh atau prilaku jujur kita menteladani sosok teladan sifat jujur, Rasulullah SAW  karena beliau adalah orang yang paling tepat. Kejujuran beliau sangatlah tinggi, sehingga orang-orang memberinya gelar Al-Amin.

Selain Rasulullah SAW, sosok teladan untuk sifat jujur juga di lakukan oleh para sahabat yang selalu setia mendampingi beliau, Menurut Ali bin Abi Thalib RA, kejujuran akan mendatangkan Hal hal kebaikan yaitu kepercayaan, cinta, dan rasa hormat.