Disalah satu sisi jalan trafficlight yang sangat padat tampak pedagang kerupuk mengetuk pintu mobil putih dengan kasar. Berteriak-teriak, melotot dan mendekatkan dagangannya ke kaca mobil selisih dua mobil dari posisi kendaraan saya berhenti. Ketika giliran kendaraan saya mendekat padanya, rasa cemas bercampur penasaran ingin tau apa yang menyebabkan ia naik pitam.
“Pelit, kere ora iso tuku kerupuk, aku ki ngelih durung mangan”.
kalimat itu akhirnya terdengar di telinga saya. Jangankan untuk membeli, membuka kaca kendaraan saja takutnya bukan main. “Bapaknya butuh uang untuk makan, kondisi fisiknya sehat tapi malah dipakai untuk ngotot maksa orang untuk beli, butuh tapi pakai “ngatain”.” Spontan saya ngomel ke suami yang duduk disebelah saya. Tanggapan suami membuat saya berfikir lebih dalam lagi, begini kalimatnya “Usahanya sudah, selanjutnya biarkan Allah yang menilai kelayakannya.”
Saya teringat saat kecil ketika merengek menginginkan sesuatu untuk dipenuhi. “Kalau meminta, mintalah dengan cara yang baik nak” kata Bapak. Saya rasa kalimat tersebut bukan sesuatu yang asing terdengar bahkan bisa jadi hal yang paling dasar untuk diajarkan di dalam keluarga. Cara baik tidak hanya pada cara bicara akan tetapi cara bersikap, waktu yang tepat dan tidak memaksakan kehendak. Ketika saya sudah berkeluarga, kalimat Bapak menjadi mantra dahsyat ketika anak saya mulai merengek menginginkan sesuatu dari saya. Meminta dengan cara baik tentu akan menyenangkan pihak yang dimintai, meminta dengan cara yang baik juga tentang menyiapkan diri bagaimana agar permintaannya dapat dipenuhi pun berlapang dada jika permintaannya gagal dipenuhi. Jika meminta ke orangtua kita harus dengan cara baik, terlebih meminta kepada Allah dimana segala kemungkinan untuk dipenuhi amatlah terbuka luas dan tidak ada satupun hal didunia ini yang tidak Allah miliki.
Ujian Kelayakan
Terkadang kita terlalu sibuk menyalahkan takdir dan menyalahkan oranglain atas hidup yang tengah kita jalani. Terlalu banyak mengeluh, mencari pembenaran tapi tidak peka untuk melihat kedalam diri sendiri bahwa sebenarnya diri kita sendiri yang perlu berbenah, bukan oranglain. Pedagang kerupuk yang saya temui berharap oranglain membeli dagangannya agar ia bisa mencukupi kebutuhan/keinginannya, akan tetapi sikap dan ucapannya berpotensi menyakiti oranglain karena gagal mengendalikan diri dan berakhir pada hilangnya kesempatan, kepercayaan dari calon pembelinya.
Tidak satupun manusia di dunia ini yang tidak menginginkan sesuatu, namun pembedanya ada pada cara mewujudkannya. Ada yang seutuhnya bergantung kepada Allah disertai ikhtiar yang benar dan tepat, adapula yang memutar otak bahkan menggantungkan nasibnya kepada oranglain yang dianggap mampu memberikan jalan keluar bagi dirinya meskipun dengan menghalalkan banyak cara. Apabila kita menyadari, ketika manusia menginginkan harapannya terkabul Allah selalu menguji terlebih dulu kelayakan kita sebagai pemohon dan calon penerima. Seberapa pantas diri kita untuk menerima, seberapa lurus dan tulus niat kita dan sudahkah jauh dari noda hal bathil dalam menjemputnya.
Dalam hidup ini nyatanya takdir hidup tak tentu berpihak dengan keinginan hati. Justru kadangkala yang terjadi adalah hal-hal yang selama ini dihindari, sukar diterka dan membuat ternga-nga. Jika jalur, cara, alur yang kita tempuh sudahlah benar untuk mendapatkan keinginan kita, jika kita selalu menjaga hati agar jangan sampai unconnect ke Allah, cukuplah meyakini bahwa sesuatu yang diinginkan namun tak kunjung didapatkan sederhananya karena Allah dengan segala Ilmu yang dimiliki-Nya mengetahui barangkali hal tersebut malah berbuah keburukan bagi kita. Oleh karenanya, ditundanya sesuatu itu
karena ke Maha Adilan-Nya sedang berlaku pada kita. Sekuat apapun usaha kita, sedahsyat apa rayuan dalam bentuk Doa, barangkali ikhlas adalah pilihan paling tenang. Maka, selalu beri ruang kesabaran pada tiap-tiap penantian.
Doa tidak kembali dengan tangan hampa
Dalam hadis riwayat Muslim juga disebutkan hadis Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang Doa yang seharusnya dipanjatkan penuh hasrat dan keinginan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Jika salah seorang di antara kalian berdoa, maka hendaknya ia membesarkan hasrat dan keinginannya. Sesungguhnya tidak ada sesuatu yang dianggap besar bagi Allah subhanahu wa ta’ala.” Doa yang pantang putus asa, yakin dan penuh harapan tersebut membawa diri kita selalu terikat dan terasa semakin dekat kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Allah Subhanahu Wata’ala, dengan segala keagungan nama-Nya segala hal yang mungkin terlihat mustahil bagimu, amat sangat mudah bagi-Nya untuk melakukan. Jangan sedikitpun kerdilkan kehebatan do’a hanya karena do’a yang pernah kau panjatkan tidak berbalas sebagaimana harapmu. Bebaskan diri kita dari kecemasan dan ketakutan yang berlebihan akan masa depan kita, sesuatu yang tidak dapat kita kendalikan dan tidak diketahui dengan percaya bahwa Allah selalu mengasihi kita.
Menjalani siklus kehidupan atau masalah yang berulangkali untuk dijalani, hal terbaik dan terindah yang dapat dilakukan adalah dengan menerima dengan keikhlasan yang dalam karena semua peristiwa yang dihadapkan pada hambaNya terselip pesan cinta untuk kita hikmahi.
Semoga kita terus dimudahkan dan dimampukan dalam memahami hal-hal tersirat dalam hidup. Semoga hati kita dilembutkan sehingga mudah dalam menerima kebenaran. Semoga lisan dan tangan mudah dikendalikan, agar tidak mengeluarkan kata-kata buruk yang menyakiti orang lain yang pada akhirnya akan merugikan diri kita sendiri dan menjauhkan diri kita dari kasih sayang Allah.