Akhir-akhir ini kita sering mendengar percakapan seperti ini di media sosial maupun di dunia nyata:
“Gimana? Pilih 01, 02, apa 03?”
“Capres pilihan saya yang terbaik, yang lain tidak layak dipilih!”
“Hanya muslim yang tidak beriman yang mau pilih paslon yang itu”
Dalam menjalani kehidupan politik, umat Islam sering dihadapkan pada perbedaan pilihan dan pandangan. Namun, sebagai muslim, kita memiliki pedoman yang jelas dari Al-Quran dan Hadits untuk menyikapi perbedaan tersebut. Setidaknya ada 5 prinsip yang dapat dijadikan tuntunan menurut hadits dan Al Qur’an.
1. Toleransi dan Menghormati Perbedaan
Prinsip pertama adalah toleransi dan menghormati perbedaan.
Allah SWT berfirman:
“Dan jika Allah menghendaki, tentulah Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Dia hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu. Karena itu berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah tempat kembali kamu semuanya, maka Dia memberitahukan kepadamu apa yang kamu berselisih padanya.” (QS. Al-Maidah: 48)
Faktanya, Allah SWT sengaja membuat kita berbeda-beda supaya kita bersemangat untuk berkompetisi untuk kebaikan, bukan untuk saling menjatuhkan.
Al-Quran mengajarkan pentingnya menghormati perbedaan dan bersaing dalam kebaikan. Kita diuji dengan perbedaan pilihan politik untuk menunjukkan sejauh mana kita dapat menjaga persatuan dan berbuat kebaikan.
2. Kepatuhan pada prinsip-prinsip Islam
Tuntunan Islam berikutnya dalam menyikapi perbedaan politik adalah kepatuhan pada prinsip-prinsip Islam.
“Barangsiapa yang meminta kepada kalian agama lain selain dari Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (permintaannya) itu dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85)
Dengan demikian, apapun yang kita lakukan harus berdasarkan agama Islam, termasuk memilih pemimpin.
Selain itu Rasulullah SAW juga menegaskan pentingnya memilih pemimpin.
Nabi Muhammad SAW bersabda artinya: “Wahai Abu Dzar, kamu ini lemah (untuk memegang jabatan) padahal jabatan merupakan amanah. Pada hari kiamat ia adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan benar dan melaksanakan tugas dengan baik.” (HR Muslim).
Pilihan politik kita harus sejalan dengan ajaran agama kita, memastikan keadilan, kejujuran, dan kesejahteraan umat.
3. Berperan aktif dalam proses politik
Tuntunan berikutnya adalah kewajiban bagi setiap muslim untuk berperan aktif dalam proses politik
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
Hadits ini mengajarkan bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab dalam proses politik. Sebagai muslim, kita diminta untuk berperan aktif dalam memilih pemimpin yang baik dan terlibat dalam upaya meningkatkan kondisi umat.
4. Menghindari fitnah dan sengketa
Berikutnya, kita juga diwajibkan untuk menghindari fitnah dan sengketa
Allah SWT berfirman:
“Dan janganlah sebagian kamu mengumpat sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang telah mati? Tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Al-Quran menegaskan untuk menghindari fitnah dan konflik dalam konteks politik. Kita harus menjaga kebersamaan dan menghindari perilaku yang merusak persatuan umat seperti menyebar hoaks dan ujaran kebencian.
5. Mengutamakan persatuan
Prinsip berikutnya yang harus kita jalankan sebagai muslim adalah mengutamakan persatuan.
Sebagaimana yang diajarkan Allah SWT:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.” (QS. Al-Hujurat: 10)
Persatuan umat adalah nilai penting dalam Islam. Meskipun memiliki perbedaan pilihan politik, kita harus tetap menjaga persaudaraan dan kesatuan umat.
Dengan mengikuti ajaran Al-Quran dan Hadits, kita dapat menyikapi perbedaan pilihan dalam politik dengan bijak, menghormati perbedaan, mematuhi prinsip-prinsip Islam, berperan aktif dalam proses politik, menghindari fitnah, dan mengutamakan persatuan umat. Jadi mau pilih 01, 02, atau 03 itu adalah pilihan yang harus dihormati. Yang penting adalah pertanggungjawaban kita kepada Allah SWT di akhirat nanti dan kepada sesama manusia di dunia ini.