Pemilihan Umum (Pemilu) serentak, diadakan rutin setiap 5 tahun sekali, dimana seluruh masyarakat/umat yang sudah dewasa dan cukup umur diberikan kesempatan untuk dapat memilih calon pemimpin yaitu presiden dan wakil presiden serta para wakil rakyat sesuai dengan daerah pemilihan (Dapil) masing-masing daerah. Pada tahapan awal pemilu, para calon wakil rakyat dan partai pengusung saling beradu strategi dalam meraup perhatian dan dukungan dari masyarakat mulai dari memasang baliho, foto calon yang unik, hingga kampanye bersama warga sembari membagikan hadiah berupa sembako, uang dsb serta berorasi mengumbar program dan janji-janji manis agar masyarakat terpikat dan bersimpati mendukung calon tersebut.
Setelah kemunculan dan deklarasi para calon presiden dan wakil presiden yang maju untuk mencalonkan diri, seluruh masyarakat Indonesia dibuat heboh terutama saat para calon presiden dan wakil presiden tersebut beradu visi, misi, program dan argumen dalam acara yang spektakuler yaitu debat presiden dan wakil presiden di televisi nasional. Sontak setelah acara debat tersebut banyak sekali masyarakat yang terpecah mendukung pasangan calon (paslon) masing-masing, ada yang mendukung paslonya dengan memuji program dan janji paslon tersebut namun juga ada yang berusaha meledek, menghina dan mencaci maki serta menjatuhkan paslon lain yang tidak ia dukung dengan mencari kelemahan dan keburukanya. Mirisnya hal ini juga terjadi di dalam hubungan keluarga dimana masing-masing anggota keluarga yang berbeda pilihan namun tetap saling memaksakan agar ikut memilih pilihanya dan hal ini juga diperburuk oleh beredarnya kabar hoax terkait pemilu yang membuat situasi semakin memanas sehingga menimbulkan konflik dan gonjang-ganjing didalam keluarga.
Sikap fanatisme terhadap pemilu tidak hanya menimbulkan dampak buruk dan perpecahan didalam keluarga namun juga berdampak terhadap kehidupan sosial. Beberapa pengalaman buruk yang pernah penulis temui antara lain banyak sekali keributan yang terjadi didalam grup sosial media seperti whatsapp, instagram, dsb dimana masing-masing saling mengirimkan konten berupa text, gambar, maupun video yang berisi provokasi dan hoax pemilu dan bahkan ada yang berisi tentang mengaitkan tingkat keimanan seseorang dengan paslon yang dipilih, padahal sudah jelas para paslon adalah manusia biasa yang tentu saja tidak ada yang sempurna dan sudah pasti memiliki dosa. Pengalaman kurang menyenangkan lainya yang pernah penulis alami yaitu saat bertugas menjadi Panitia Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) pemilu 2024 dimana saat pemungutan suara sudah selesai tiba-tiba ada seorang ibu-ibu menuju meja panitia dan mencoba memaksa untuk membuka sisa surat suara dan menuduh panitia curang karena berencana menggunakan sisa surat suara untuk memilih paslon tertentu. Inilah salah satu dampak sosial dari fanatisme pemilu yang mengakibatkan kita mudah terprovokasi dan terhasut dengan berita hoax yang beredar disekeliling kita.
Dalam Agama Islam kita diperintahkan untuk menjaga keutuhan keluarga sebagaimana terdapat pada Surat Ar-Rum:21 yaitu:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”
Menurut Ibnu Katsir, tafsir dari surat Ar-Rum ayat 21 adalah menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan kaum wanita bagi laki-laki yang kelak menjadi istri-istri mereka supaya cenderung dan merasa tentram kepadanya. Sesuai dengan tafsir diatas maka surat ini dapat menjadi pengingat bagi setiap umat manusia yang berkeluarga untuk selalu menjaga kerukunan dan ketentraman.
Beberapa tips yang perlu dilakukan untuk menjaga kerukunan keluarga saat pemilu yaitu ketika berdiskusi dengan seseorang atau anggota keluarga yang berbeda pilihan, silahkan untuk tetap open minded dan berusaha untuk mendengarkan pendapat orang agar kita mendapatkan pandangan yang baru yang tidak pernah terpikirkan, dan bukan melakukan hal sebaliknya yang justru dapat memicu perdebatan. Selain itu cobalah untuk bersikap tenang saat diskusi mulai memanas dan menimbulkan emosi yaitu dengan duduk lalu mengambil napas dalam dan membuangnya secara perlahan sambil menutup mata atau bisa juga dengan menarik diri dari diskusi untuk menghindari hal buruk. Tips terakhir yaitu tetaplah menyebarkan informasi yang benar dan positif terkait pemilu baik melalui social media maupun saat berdiskusi langsung misalnya mengirim informasi tentang rekam jejak dan program-program sukses dari paslon yang kita dukung daripada sebaliknya mengirimkan berita hoax dan negatif yang justru memancing konflik perpecahan didalam hubungan keluarga, saudara, dan bertetangga.