Jalanku Berkait Masjid

Oleh : Aris Budiono—-

Alkisah, sebuah cerita pribadi yang mungkin akan bermanfaat ketika saya mencoba untuk menulis di waktu ini.  Kelas dua sekolah teknik kejuruan di Yogyakarta adalah awal mula hati saya terbuka memikirkan sebuah masjid. Diawali dari sebuah kegiatan masjid yang saat itu jarang terlihat ada pemuda ikut mengurusnya.  Saat itu ada perkataan seorang sesepuh masjid, yang waktu itu menurut saya sangat menyayat hati ketika pemuda mendengarnya: “Cah enom saiki ki isone ngopo, acoro masjid we ra ono pemudane sik ngurusi.” (Anak muda sekarang bisanya ngapain, ada acara masjid saja pemuda tidak ada yang ikut mengurusi).

Selalu terngiang dengan kata: “anak muda bisa ngapain untuk masjid?” Dari situlah akhirnya Allah SWT membukakan hati untuk berpikir jernih. Mulai ada pikiran, pemuda ayo pikirlah masjidmu! Tahun 2002 ketika itu kelas dua STM bersama teman-teman punya gagasan membentuk perkumpulan remaja masjid. KARISMA SIDOREJO. Itulah nama yang kami berikan untuk perkumpulan kami. Dengan kepanjangan Keluarga Remaja Islam Masjid Sidorejo. Perkumpulan awal terbentuk difasilitasi dan diberikan tempat untuk berkumpul di rumah bapak RT.

Berbagai kegiatan keagamaan di Masjid Sidorejo mulai dilaksanakan oleh Karisma Sidorejo. Awal pertama kegiatannya adalah menghidupakn kembali pengajian Lapanan Ahad Legi. Pengajian yang dilaksanakan tiap 35 hari sekali, yaitu tiap malam Ahad Pahing (hari penanggalan Jawa). Kemudian juga ada agenda kegiatan pengajian hari besar Islam seperti Pengajian Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi Muhammad SAW. Selain itu, pada bulan Ramadhan Karisma Sidorejo mulai mengkordinasi kegiatan untuk menghidupkan kegiatan mengadakan takjilan (buka bersama) selama sebulan penuh, sholat tarawih, takbir keliling serta sholat Idul Fitri sampai kegiatan syawalan.

Berjalannya waktu hampir semua kegiatan di masjid dikoordinasi oleh Karisma Sidorejo. Sampai tiba waktu itu terpikir untuk membentuk organisasi ketakmiran baru karena memang secara resmi masjid kami belum mempunyai organisasi takmir. Kurang lebih di tahun 2011 di fasilitasi oleh bapak Lurah Kalurahan Tirtodi terbentuklah takmir di Masjid Sidorejo.  Dengan ketua takmir bapak sesepuh masjid yang berkata: “Cah enom saiki ki isone ngopo, acoro masjid we ra ono pemudane sik ngurusi”. (Anak muda sekarang bisanya ngapain, ada acara masjid saja pemuda tidak ada yang ikut mengurusi).

Ketakmiran berjalan dengan lancar dengan ada pertemuan rutin tiap bulan. Berbagai kegiatan juga dilaksanakan seperti yang dijalankan oleh Karisma, karena kebetulan hampir semua anggota Karisma masuk ke organisasi takmir tersebut. Kegiatan waktu itu yang menurut penilaian saya sangat luar biasa adalah didampingi pak lurah sowan ke rumah-rumah hanya sekedar silaturahmi serta menanyakan keadaan warga dan mengajak warga untuk aktif dalam kegiatan masjid.

Pada suatu petemuan saya sebagai wakil takmir saat itu minta pertimbangan semua anggota takmir mengingat ketua takmir sudah jarang aktif mengikuti perkumpulan.  Kemudian munculah ide regenerasi pengurus dari anggota karena memang ketua sudah sepuh. Akhirnya amanah berat waktu itu mengarah kepada saya untuk menjadi ketua takmir. Dengan bismillah saya menerima dan siap melaksanakannya dengan bimbingan para sesepuh dan teman-teman Karisma.

Berdasarkan apa yang telah penulis sampaikan di atas, ada banyak hal yang dapat menjadi pelajaran. Sesuai janji Allah SWT dalam Al-Qur’an dan hadis nabi, bahwasanya barang siapa menjaga atau memelihara agama Allah pasti akan dijaga dalam semua urusan kebaikan dunia sampai akhirat. Hal ini sesuai hadis Rasulullah SAW, Allah SWT berjanji kepada setiap orang yang senatiasa menjaga Allah, maka Allah pun akan menjaganya.  Sabda Nabi Muhammaad SAW kepada Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma:

احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ

” Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagam”  (H.R Tirmidzi)

Syaikh ‘Abdurrozzaq bin Abdil Muhsin al Badr hafidzahullah memberikan penjelasan tentang penjagaan Allah kepada Hamba sebagai berikut:

“Barangsiapa yang menjaga batasan-batasan Allah dan memenuhi hak-hak-Nya, maka Allah pasti akan senantiasa menjaganya karena sesungguhnya balasan akan setimpal dengan amalan. Penjagaan Allah bagi para hamba-Nya meliputi dua hal. Yang pertama Allah akan menjaga urusan dunianya. Dan yang kedua Allah juga akan menjaga dalam perkara agamanya”.

  1. Allah SWT selalu Menjaga Urusan Dunia

Allah SWT akan menjaga hamba tersebut dalam kebaikan urusan dunianya, seperti menjaga tubuhnya, anak-anaknya, keluarganya, dan kekayaannya. Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّهِ

“ Bagi setiap manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. “ (Q.S. Ar Ra’d : 11)

  1. Allah SWT menjaga dalam Perkara Agama

Sebagaimana termaksud dalam hadis Ibnu Mas’ud bahwa Nabi shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam doa beliau :

للَّهُمَّ احْفَظْنِي بِالإِسْلاَمِ قَائِمًا ، وَاحْفَظْنِي بِالإِسْلاَمِ قَاعِدًا ، وَاحْفَظْنِي بِالإِسْلاَمِ رَاقِدًا ، وَلاَ تُشْمِتْ بِي عَدُوًّا حَاسِدًا

“ Ya Allah jagalah aku selalu di atas Islam baik ketika berdiri, duduk, dan berbaring. Jangan jadikan musuh dan orang yang hasad menguasai diriku.” (Diriwayatkan Al Hakim dalam mustadraknya)

Penjagaan yang ini adalah penjagaan yang sangat mulia. Allah SWT selalu menjaga dalam perkara agama dan imannya. Allah selalu menjaga dari segala kemaksiatan, pemikiran tidak baik, serta selalu menjaga dari perbuatan haram. Di akhir hayat Allah juga menjaga iman dan agamanya akan menemaninya sampai akhirat.

Banyak hal yang telah penulis alami dan rasakan, bahwa janji Allah itu nyata. Dengan hidup berjalan bersanding masjid akan banyak kebaikan dan kemulian yang dirasakan. Ketika masih sekolah Allah menjaga dengan memberikan banyak teman yang sholeh. Teman-teman yang rajin sholat  berjama’ah di mushola atau masjid. Ada juga teman yang rajin sholat dhuha ketika waktu istirahat. Serta ada teman yang rajin puasa sunah Senin Kamis juga. Itulah yang menurut saya kebaikan yang luar biasa. Teman-teman yang memberi contoh dan memberi penyemangat tentang kegiatan keagamaan.

Pada sisi lain, ada pengalaman saya dalam mencari kerja. Awal mendapat pekerjaan tidak cocok dengan pimpinan. Dibatasi untuk pergi ke masjid, sehingga membuat saya tidak cocok. Sampai akhirnya bertemulah dengan lowongan pekerjaan di UII. Berangkat tes dengan bekal sudah belajar sedikit tentang pengetahuan agama melalui masjid, karena diberi tahu saudara kalau tes di UII itu ada tes agamanya. Tiga saudara dengan bekal ilmu agama berbeda akhirnya saya saja yang diterima dilowongan pekerjaan tersebut.

Diterima bekerja sebagai tenaga kontrak sebagai petugas parkir di UII dengan gaji alhamdillah pas-pasan.  Alhamdulillah betah bekerja sampai 12 tahun, yaitu dari tahun 2004 hingga tahun 2016.  Angka 12 tahun bukan angka sedikit untuk bersabar.  Tahun 2016 mungkin tahun Allah lebih memuliakan saya, karena sempat terbesit doa dalam pikiran saya kapan bisa setiap Maghrib sampai Isyak selalu di masjid. Melalui lowongan bagian teknisi listrik di FPSB UII akhirnya mengubah waktu di rumah saya. Dulu di bagian parkir kadang Isya’ baru sampai rumah, karena kalau masuk giliran siang kerja berakhir hingga jam 18.00. Allah menjawab doa dalam pikiran saya dengan adanya lowongan tes teknisi listrik tersebut. Berbekal ilmu kelistrikan dari sekolah yang pas-pasan, tetapi alhamdulillah sudah cukup berkembang melalui pengalaman menangani masalah kelistrikan selama di masjid. Tuntaslah jawaban Allah sehingga saya diterima di bagian teknisi dengan jam kerja sampai jam 16.00, dengan kata lain bisa setiap hari di masjid dari Maghrib sampai Isya’.  Alhamdulillah, semua atas berkat karunia Allah melalui masjid.

Pengalaman luar biasa itu tidak berhenti hanya sampai di situ.  Pada tahun 2020 Allah memberikan kesempatan saya untuk bisa ikut tes pengangkatan pegawai tetap di UII. Suatu hal yang saya yakin itu adalah bimbingan Allah SWT. Pewawancara menanyakan pengalaman organisasi, saya menjawab sebagai ketua takmir dari tahun 2012 sampai 2020. Serta ditanyakan tentang bagaimana bedanya jika diterima sebagai pegawai tetap, apakah akan mengurangi kinerja karena sudah aman dengan status tetapnya. Terpikir jawaban ketika dapat ilmu di masjid, “Insya Allah saya akan menjaga amanah karena bekerja itu punya tanggung kepada institusi tempat bekerja dan yang paling utama adalah tanggung jawab kepada Allah di akhirat kelak.” Dan itulah pertanyaan terakhir dari pewawancara.  Pada hari pengumuman nama saya masuk sebagai salah satu daftar yang lolos diterima sebagai pegawai tetap UII. Alhamdulillah, saya selau berprasangka baik bahwa ini adalah skenario Allah bagi orang-orang yang mau menjaga agama Allah melalui masjid.

Pada sisi lain dalam hal mencari jodoh.  Ternyata Allah memudahkan saya untuk bertemu calon istri melalui masjid.  Mengingat masjid saya meliputi jamaah dari satu dusun, maka Allah memberi jodoh wanita yang berasal dari satu dusun yang sama, alias peknggo, “ngepek tonggo” (memperistri tetangga). Adapun terkait anak-anak, Allah juga memberi dan membimbing anak-anak yang saya menjadi sholeh dan sholehah.  Mereka sudah mampu puasa penuh satu bulan puasa Ramadhan sejak usia TK dan juga ada yang mulai puasa sunah Senin Kamis sejak kelas tiga SD.

Banyak nikmat dan kemulian yang telah Allah berikan kepada saya berkat hidup berkait dengan masjid. Bahkan saya sangat bersyukur ketika mendapatkan tanah untuk membangun rumah tinggal keluarga tanpa harus membayar.  Lagi-lagi itu semua juga berkaitan dengan masjid.

Itulah hikmah pengalaman hidup saya mengurus masjid. Ada keberkahan dalam mengurus masjid.  Oleh karena itu, jangan sungkan mengurus masjid.  Segera jaga agama Allah, jaga masjidnya Allah. Insya Allah semua akan mengalir seperti air hujan turun dari langit ke bumi, yang penting ada keikhlasan dalam berbuat.  Tentu saja itu perlu waktu.  Membangun keikhlasan itu bisa jadi pada awalnya adalah terpaksa kemudian jadi terbiasa. Setelah kita terbiasa, baru menjadi hal yang luar biasa. Wallahu a’lam bish-shawabi.

Sumber: https://muslim.or.id/57397-penjagaan-allah-kepada-hamba-nya.html