Jadilah Mahasiswa-mahasiswa Akhirat !
Oleh : Irwan Nuryana Kurniawan, S.Psi., M.Si —-
Maksudnya apa? Mengapa mendorong jadi mahasiswa-mahasiswa akhirat, bukannya jadi mahasiswa-mahasiswa world class university? Itu mungkin sebagian pertanyaan yang muncul dalam benak Anda begitu membaca judul tulisan ini. Kita mulai diskusi tulisan ini dengan mengajukan pertanyaan balik. Misalnya ketika mahasiswa-mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) memiliki kualifikasi kompetensi world class university, apakah otomatis mahasiswa-mahasiswa tersebut memenuhi kriteria kualifikasi sukses, mulia menurut Allah Ta’ala dan Rasul-Nya? (Sebagai contoh kriteria dalam QS Al-Hujurat [49]:13).
Pertanyaan tersebut penting untuk kita ajukan karena setiap Muslim beriman, termasuk mereka yang menjadi bagian dari institusi penyelenggara pendidikan di semua jenjang yang menjadikan Islam sebagai identitas institusinya, akan terus menerus dimonitor dan dievaluasi selama hidupnya di dunia dan mencapai puncaknya di Yaumil Hisab dengan kriteria kualifikasi sukses-Nya tersebut. Penulis membayangkan bagaimana menjawabnya jika Allah Ta’ala bertanya,” Mengapa engkau lebih memilih menjadikan mahasiswa-mahasiswamu world class university padahal Aku (Allah Ta’ala) melalui Al Quran dan Al-Hadits sudah menginformasikan pilihan manakah yang seharusnya menjadi orientasi prioritas bagi kalian sebagai seorang Muslim beriman dalam menjalani dan menjalankan kehidupannya di dunia? Misalnya…
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ ۖ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ
Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat (QS Asy-Syûrâ [42]:20).
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ ﴿١٥﴾ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan (QS Hûd [11]:15-16).
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا
Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahannam; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir (QS Al-Isrâ’[17]:18).
يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ
Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal (QS Ghâfir [40]:39).
وَاللهِ ، مَا الدُّنْيَا فِـي الْآخِرَةِ إِلَّا مِثْلُ مَا يَـجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هٰذِهِ – وَأَشَارَ يَحْيَ بِالسَّبَّابَةِ – فِـي الْيَمِّ ، فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِـعُ
Demi Allâh! Tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, (perawi hadits ini yaitu Yahya) memberikan isyarat dengan jari telunjuknya- lalu hendaklah dia melihat apa yang dibawa jarinya itu? [Shahih: HR. Muslim, no. 2858 dan Ibnu Hibbân, no. 4315]
فَوَاللهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ.
Demi Allâh, sungguh, dunia itu lebih hina bagi Allâh daripada bangkai anak kambing ini bagi kalian. [Shahih: HR. Muslim, no. 2957]
Orientasi akhirat sebagai pilihan prioritas seorang Muslim beriman dalam menjalankan kehidupannya menunjukkan tingkat kecerdasan menurut kriteria Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
“Orang yang bijak, cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian, sedangkan orang yang bodoh adalah orang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan angan kepada Allah.”
حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا قَبْلَ أَنْ يُحَاسَبَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Orang yang selalu mengoreksi dirinya pada waktu di dunia sebelum dihisab pada Hari Kiamat (HR Tirmidzi No 2383).
Bahkan orientasi akhirat ini—dalam hati senantiasa ingat kehidupan akhirat, senantiasa melakukan amal ketaatan untuk meraihnya, dan mengajak orang lain agar mengingat dan menyiapkan bekal akhirat—ditegaskan oleh Allah Subhanahanu wa Ta’ala dalam QS Shad [38] ayat 46 sebagai kesitimewaan besar, nikmat khusus, hal agung dan mulia, akhlak yang tinggi yang dianugerahkan Allah Ta’ala.
Pentingnya orientasi akhirat bagi setiap Muslim beriman juga ditegaskan oleh Allah Ta’ala dalam firmannya
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al Hasyr: 18)
Setiap Muslim beriman, baik mahasiswa maupun yang menjadi bagian dari institusi Islam penyelenggara pendidikan Hendaklah kalian mencermati amalan apa yang kalian siapkan untuk hari kiamat (Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram), memikirkan akibat baik dan buruk apa yang akan mereka dapatkan, serta apa yang mereka dapatkan dari amal perbuatan mereka yang bisa membawakan manfaat atau malapetaka bagi mereka di akhirat (An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi).
Merujuk pada Tafsir Taisirul Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil Mannan karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di atas QS Al Hasyr: 18, maka mahasiswa-mahasiswa UII berorientasi akhirat akan sangat logis menjadi mahasiswa world class university. Mahasiswa-mahasiswa UII berorientasi akhirat dalam kehidupannya sehari-hari menghadirkan akhirat di hadapan matanya dan di depan hatinya, membuatnya akan bersungguh-sungguh memperbanyak amal yang dapat membuat mereka berbahagia di akhirat. Mahasiswa-mahasiswa UII berorientasi akhirat akan menyingkirkan penghalang yang dapat memberhentikan mereka dari melakukan perjalanan atau menghalangi mereka atau bahkan memalingkan mereka darinya. Mengetahui bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’aala Mahateliti terhadap apa yang mereka kerjakan, dimana amal mereka tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya dan tidak akan sia-sia serta diremehkan-Nya, maka mahasiswa-mahasiswa UII berorientasi akhirat akan semakin semangat beramal saleh.
Mahasiswa-mahasiswa UII karena Allah Ta’ala semata-mata memilih orientasi akhirat dalam menjalani dan menjalankan kehidupan sehari-harinya, termasuk kehidupan kampus menjadi mahasiswa Muslim beriman yang berprestasi bukan karena ingin disebut mahasiswa world class university, tapi sebagai sebuah kesadaran yang mengkristal dalam dirinya (tentu saja berkat rahmat-karunia-Nya semata-mata) bahwa
اِرْتَـحَلَتِ الـدُّنْـيَـا مُـدْبِرَةً ، وَارْتَـحَلَتِ الْآخِرَةُ مُقْبِلَةً ، وَلِـكُـلِّ وَاحِدَةٍ مِـنْـهُمَـا بَـنُـوْنٌ ، فَـكُـوْنُـوْا مِنْ أَبْـنَـاءِ الْآخِرَةِ ، وَلَا تَـكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَـاءِ الدُّنْيَـا ، فَإِنَّ الْـيَـوْمَ عَـمَـلٌ وَلَا حِسَابَ ، وَغَدًا حِسَابٌ وَلَا عَمَلَ.
Sesungguhnya dunia akan pergi meninggalkan kita, sedangkan akhirat pasti akan datang. Masing-masing dari dunia dan akhirat memiliki anak-anak, karenanya, hendaklah kalian menjadi anak-anak akhirat dan kalian jangan menjadi anak-anak dunia, karena hari ini adalah hari amal tanpa hisab (di dalamnya), sedang kelak adalah hari hisab tanpa amal (di dalamnya). (HR. Bukhari).
Mahasiswa-mahasiswa UII berorientasi akhirat berpretasi melebihi mahasiswa world class university sebagai konsekuensi logis, implementasi keyakinan firman Allah Ta’ala tentang ahsanu amala (achievement motivation).
ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS Al-Mulk [67]:2)
Mahasiswa-mahasiswa UII berorientasi akhirat meluangkan setiap detik hidupnya, setiap langkah kakinya sebagai bentuk ketaatan kepada-Nya, sebagai implementasi sabda Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
يَا ابْنَ آدَمَ ! تَـفَـرَّغْ لِـعِـبَـادَتِـيْ أَمْـلَأْ صَدْرَكَ غِـنًـى وَأَسُدَّ فَقْرَكَ ، وَإِنْ لَـمْ تَفْعَلْ مَلَأْتُ يَدَيْكَ شُغْلًا وَلَـمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ
‘Wahai anak Adam! Luangkanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan (kecukupan) dan Aku tutup kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukannya, maka Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan tutup kefakiranmu.” (HR. Ahmad (II/358), at-Tirmidzi, Ibnu Mâjah, dan al-Hâkim).
Mahasiswa-mahasiswa UII berorientasi akhirat akan senantia memaksimalkan kesempatan yang menguntungkan akhiratnya, termasuk berdoa sebagaimana doanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berikut ini
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ الْخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَاذَ بِهِ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِي خَيْرًا
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu semua kebaikan, baik yang cepat (di dunia) maupun yang di tangguhkan (di akhirat), yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui. Dan aku berlindung kepada-Mu dari semua keburukan, baik yang cepat (di dunia) maupun yang di tangguhkan (di akhirat), yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kebaikan yang di mohonkan hamba-Mu dan Nabi-Mu kepada-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang hamba-Mu dan Nabi-Mu berlindung darinya kepada-Mu. Ya Allah, sungguh aku memohon surga memohon surga kepada-Mu dan semua yang mendekatkan diriku kepadanya dari perkataan atau perbuatan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan semua yang mendekatkan diriku kepadanya dari perkataan dan perbuatan. Serta aku memohon kepada-Mu agar Engkau menjadikan semua ketentuan yang Engkau tentukan kepadaku sebagai kebaikan.”
Jadi, mumpung hayat masih di kandung badan, dengan rahmat-karunia-Nya semata kita mohon kepada dikarunia hidayah-Nya untuk menjadikan akhirat sebagai orientasi hidup dalam menjalani dan menjalankan hidup kita sehari-hari, aamiin.