HI Diskusikan “Berkarir di Organisasi Internasional”
Persaingan berkarir di organisasi internasional itu sangat berat. Karena peluangnya yang sedikit tapi diperebutkan oleh banyak orang. Otomotis akan banyak yang gagal daripada yang berhasil. Jika mengalami kegagalan dalam bersaing, maka hal yang harus dilakukan tidak lain adalah terus berusaha, berdoa sambil melakukan riset (analisa peluang). Jarang ada orang yang berhasil dalam usaha pertamanya.
Demikian pernyataan dan juga tips tips atau strategi memperebutkan karir di organisasi internasional seperti halnya PBB yang disampaikan oleh Adib Zaidani Abdurrahman, SE. pada acara diskusi bertajuk “NGALIR TALK” yang diselenggarakan oleh Laboratorium Diplomasi Prodi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Rabu, 8 September 2021 secara daring. Diskusi dipandu oleh asisten laboratorium Diplomasi Prodi HI FPSB UII, Agus Dzuriana Poetra.
Dalam penjelasannya, alumni Prodi Manajemen Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) UII angkatan 2002 yang saat ini sedang mengemban amanah sebagai Sekretaris Pertama Perutusan Tetap RI untuk PBB di New York menerangkan bahwa untuk berkarir di organisasi internasional seperti PBB bisa ditempuh melalui 2 jalur. Jalur pertama menurutnya adalah jalur administrative, dimana pada jalur ini banyak yang berusaha bekerja dari level technical yang kemudian secara bertahap (membutuhkan waktu lama untuk menimba pengalaman) bisa mencapai posisi P, P1, P2 dan seterusnya. Sedangkan jalur kedua merupakan jalur khusus yang bisa ditempuh oleh fresh graduate dengan kompetensi tinggi.
Hal tersebut berbeda untuk jalur menjadi seorang diplomat. Khusus untuk diplomat, maka seseorang wajib melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI.
Tantangan untuk bisa bekerja di organisasi internasional selain berat akibat banyak peminat, biasanya juga berat akibat kurangnya skill atau kemampuan yang dimiliki hingga kurang memenuhi kriteria yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu usaha keras mengasah skill melalui internet sembari terus mencoba membuat porto folio diri melalui tulisan di banyak media, opini yang konstruktir, membuat analisa-analisa dan masih banyak lagi. “Saat ini lebih sulit lagi karena dituntut berdiploasi secara virtual. Ini sulit sekali tapi kita harus terus berkembang. Porto folio yang bagus akan sangat baik (sebagai modal) untuk para fresh graduate”, ungkapnya.
Sosok yang sudah berkarir di KEMENLU sejak 2008 silam ini pun berpesan agar para mahasiswa mulai mengkalkulasi masa depan dan tidak melupakan untuk berdoa dan meminta doa pada orangtua.
“Dari sekarang temen2 harus sudah melihat dan mengkalkulasikan masa depan. Itu sangat penting. Jika di luar sana nanti temen2 akan ditertawakan karena doa, maka percayalah doa itu sangat berpengaruh besar. Saya bukti hidupnya. Dalam hidup ini saya lebih banyak beruntungnya. Lebih pada doa dari orangtua dan doa dari diri sendiri”, pungkasnya.