Masa Depan Ekonomi Indonesia Pasca Pilpres

Indonesia pernah mengalami masa sulit pada tahun 70an. Saat ini perekonomian Indonesia benar-benar berada dalam kemiskinan. Banyak rakyat Indonesia yang mengalami kelaparan. Hingga akhirnya, pada tahun 1982 para Indonesia berhasil lepas dari krisis. Sayangnya, krisis kembali menghamtam Indonesia pada tahun 1998. Banyak perusahaan yang gulung tikar/bangkrut. Demikian kiranya pengantar yang disampaikan oleh Prof. Didik J. Rachbini saat menyampaikan materi kuliah umum berjudul Masa Depan Ekonomi Indonesia Pasca Pilpres yang diselenggarakan oleh Prodi Hubungan Internasional (HI), Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB), Universitas Islam Indonesia (UII), Rabu, 26 Juni 2019 di ruang auditorium FPSB UII. Kegiatan yang dimoderatori oleh Ka. Prodi HI, Irawan Jati, S.IP., M.Hum., M.S.S tersebut dibuka secara langsung oleh Dekan FPSB UII, Dr. H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si., M.Ag., Psikolog.

Dalam paparannya, sosok akademisi, pengajar dan ekonom tersebut menerangkan tentang lima isu ekonomi politik yang penting untuk dikaji/dipelajari ke depannya, yakni (1) daya saing (defisit perdagangan, jasa, dan neraca berjalan), (2) APBN dan utang pemerintah, (3) kesenjangan ekonomi, (4) demokrasi dan korupsi serta (5) perilaku kebijakan ekonomi dan economic leadership.

“Daya saing kita masih dipertanyakan. Kondisi neraca perdagangan Indonesia saat ini sudah krisis dan negatif. Diperlukan suatu usaha yang kuat. Kalau UII mau membantu, bisa dicoba dengan menjual pendidikan UII ke Timtim, Malaysia, Afrika maupu negara lainnya”, tuturnya.

Terkait dengan APBN dan utang pemerintah, sosok penulis buku, makalah dan artikel di berbagai media massa ini pun menilai saat ini APBN cenderung boros dikarenakan tidak adanya check and balance maupun adanya perilaku memaksimalkan budget tidak terkontrol yang bermuara pada utang.

Sedangkan kesenjangan ekonomi menurutnya lebih besar dilihat dari kepemilikian aset seperti halnya tanah, properti, deposito, dll. Untuk kasus korupsi pun saat ini tak kalah hebatnya. Korupsi ini yang menjadi salah satu penyebab runtuhnya perekonomian sebuah negara. Semua pasti berharap agar perekonomian Indonesia bisa lebih baik usai perhelatan pilpres. Sayangnya, kondisi perekonomian kita saat ini menjadikan siapapun yang menang dalam pilpres nanti harus berusaha lebih keras lagi untuk bisa memberikan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.

Terlepas dari kondisi perekonomian Indonesia pasca pilpres, beliau mengajak mahasiswa untuk menekuni diplomatik dagang dan juga diplomatik ekonomi. Keduanya dianggap pentingnya karena keberhasilan dalam diplomatik dagang maupun diplomatik ekonomi beliau yakini akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia.