Menjadi Pembelajar Sejati dan Calon Pemimpin Bernurani

“Kebaruan merupakan kesempatan untuk menyusun langkah ke depan (masa depan). Masa Anda kuliah adalah lebih dari sekedar anda belajar saat sma. Ini adalah masa pengembangan diri. Masa pengembangan seluruh potensi diri anda. Masa anda untuk menjadi aktivis di luar kelas, berorganisasi dan tetap berprestasi di dalam kelas. Anda kembangkan kegiatan intra dan ekstra.  Manfaatkan keduanya. Sungguh merugi mahasiswa yang hanya dari kos-an ke kelas saja”. Demikian motivasi awal yang disampaikan oleh Prof. Dr. Anies Baswedan pada acara Kuliah Perdana Mahasiswa Baru Universitas Islam Indonesia bertema Menjadi Pembelajar Sejati dan Calon Pemimpin Bernurani, Kamis, 11 Agustus 2016 di Auditorium K.H. Abdul Kahar Mudzakkir.

 

 Lebih jauh, sosok penggagas gerakan “Turun Tangan” dan “Indonesia Mengajar” tersebut mengajak para mahasiswa baru untuk sebisa mungkin memiliki kemampuan penguasaan bahasa internasional, gagasan, dan pola pikir/pengetahuan luas seperti para tokoh nasional pendiri negeri ini supaya Indonesia mampu kembali mempesona dunia seperti jama dulu. Mahasiswa juga diajak untuk mampu mengantisipasi setiap perubahan zaman yang terjadi begitu cepat.

Oleh karenanya, sosok yang pernah mengemban sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI di Kabinet Kerja Presiden Jokowi tersebut menyampaikan 3 pilar utama yang perlu dimiliki oleh mahasiswa selaku generasi muda, yakni karakter dasar, literasi dasar dan 4C (critical thinking, creativity, collaboration dan communication).

“Karakter dasar secara sederhana dipahami sebagai kebiasaan. Karakter disiplin akan diperoleh dengan kebiasaan disiplin. Karakter jujur akan diperoleh dengan kebiasaan berlaku jujur, dan seterusnya. Ada 2 karakter penting yang harus dijaga, yakni karakter moral dan karakter kinerja. Karakter moral harus bisa jalan berdampingan dengan karakter kinerja. Tidak boleh hanya jujur, dan tawadhu saja tapi pemalas. Tidak boleh juga menjadi pekerja keras tapi culas. Karakter kinerja yang dibutuhkan di masa depan adalah karakter ingin tahu (curiosity). Ini karakter pertama yang dibutuhkan di masa depan. Pembelajar sejati itu selalu mau ‘menikmati jalan’, karena mengalami proses pembelajaran secara terus menerus”, ungkapnya.

Terkait dengan literasi dasar, mantan Rektor Universitas Paramadina Jakarta tersebut menegaskan pentingnya setiap generasi muda untuk memiliki minat baca dan daya baca apa saja  termasuk membaca berbagai ilmu pengetahuan (literasi sains/science).

Critical thinking (berpikir kritis) sebagai salah satu bagian dari pilar 4C perlu dimiliki sebagai benteng terhadap ide-ide ekstrim yang ada di semua sektor (bukan hanya dalam agama).  Karena jika tidak punya critical thinking akan membuat seseorang mudah menerima sebuah informasi tanpa mau melakukan pengecekan ulang.  Sedangkan unsur creativity bisa diwujudkan dengan menciptakan sesuatu yang bermanfaat di masa depan atau pun menciptakan sesuatu untuk mengantisipasi perubahan di masa depan.  Untuk communication mau tidak mau mahasiswa UII harus bisa menguasai banyak bahasa internasional. Penguasaan bahasa internasional akan memudahkan dunia memahami Indonesia dan juga memudahkan Indonesia dalam memberi warna atau berpengaruh di dunia seperti halnya yang sudah dilakukan para tokoh nasional kita jaman dulu dengan sederet gagasan yang menembus batas teritorial. Collaboration sebagai unsur 4C terakhir lebih pada kemampuan mengelola ambang batas (perbedaan yang terjadi)  yang sering menimbulkan permasalahan. Dibutuhkan  kedewasaan dalam pengelolaan ambang batas tersebut.   

Berbicara tentang kepemimpinan, Anies Baswedan menegaskan bahwa seorang pemimpin hendaknya punya mimpi ke depan (visioner), tidak hanya sekedar mengejar jabatan (otoritatif) ataupun sekedar mengejar glorifikasi. Rumus kepemimpinan yang baik adalah memiliki trust (kepercayaan), integrity (integritas) dan intimacy (kedekatan) yang tinggi dengan merendahkan atau mengurangi self interest (kepentingan pribadi). Sedangkan untuk menjadi seorang pembelajar sejati pelu kiranya belajar followership, bukan hanya sekdar leadership.