Pentingnya Berpikir Kritis

“Globalisasi (baca: perkembangan teknologi-media) satu sisi memberikan keuntungan bagi kita, tapi di sisi lain tanpa disadari sangat merugikan jika kita menggunakannya tanpa mau berpikir kritis. Berpikir kritis harus mengedepankan kebenaran yang multi truth. Media sangat mengonstruksi nilai-nilai di masyarakat. Kalau kita tidak kritis maka kita akan ditindas oleh media. Media itu memiliki ideologi (kepentingan bisnis). Saat ini sedang terjadi peperangan yang masif dari sisi value. Para generasi kita saat ini sudah banyak yang diserang ideologinya melalui banyak sisi, seperti pornografi, narkotika, dll. Saat ini ada perperangan nilai yang tidak terasa, tapi benar-benar merusak”. Demikian pernyataan yang disampaikan oleh Zaka Akhmad (International Researcher) dalam kuliah umum bertajuk “Critical Thingking & Collaborative Learning to Engage in Global Mobility” yang diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Kamis, 12 November 2015 di R. Auditorium Lt.3.

Selain mengundang Zaka Akhmad untuk mengupas tuntas pentingnya berpikir kritis, acara yang juga dihadiri oleh Dekan FPSB UII, Dr.rer.nat Arief Fahmie, S.Psi., MA., Psikolog tersebut juga mengundang Karlina Denistia (LPDP Awardee) untuk membahas aplikasi berpikir positif dalam proses belajar mengajar atau “collaborative learning” agar siswa lebih mudah dalam mengingat ataupun memahami materi yang disampaikan oleh seorang guru.

Karlina menambahkan bahwa saat ini guru memang dituntut harus lebih kreatif dalam mengajar. Hal ini dikarenakan anak-anak ataupun siswa di jaman sekarang sudah sangat penuh pengetahuannya (diperoleh melalui teknologi-media informasi). “Di sini collaborative learning bisa diaplikasikan. Collaborative learning sangat efektif karena mereka berkolaborasi dalam belajar ”, ungkap Karlina.

Di sesi akhir, 6 (enam) orang mahasiswa PBI yang baru saja pulang dari PPL di Australia (periode 9) pada 2 November 2015 mendapat kesempatan untuk berbagi pengalaman. Mereka adalah Arya Arifuddin, Teguh Aiman Perdana, Endah Sri Erlyawati, Fatan, Nailis Saidah dan Ianatul Khoiriyah. Peserta tampak sangat antusias mendengarkan pengalaman PPL yang disajikan dalam bentuk video, foto-foto  dan juga paparan langsung dari para peserta PPL.