Quran Sebagai Sumber Ilmu Jiwa (Psikologi)

Al Quran adalah sumber ilmu. Apalagi yang terkait dengan ilmu jiwa. Banyak sekali ayat yang berbicara tentang jiwa di dalam  Al Quran. Demikian ungkap Doktor baru Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Qurotul Uyun, S.Psi., M.Si., Ph.D., Psikolog saat memberikan Kuliah Perdana pada Mahasiswa Baru Program Magister Psikologi Profesi (MAPPRO) FPSB UII angkatan XII, Jumat, 11 September 2015 di Auditorium FPSB UII. Selain bu Uyun (panggilan akrab Qurrotul Uyun), turut hadir juga mantan Ketua HIMPSI Pusat, Dra. Retno Suhapti, SU sebagai pemapar materi, khususnya mengenai sejarah diselenggarakannya program Magister (S-2) bidang Psikologi.

Selain menegaskan Al Quran sebagai sumber ilmu (khususnya ilmu jiwa), bu Uyun menegaskan pentingnya mencari pengalaman/banyak belajar dalam rangka meningkatkan kualitas diri seraya mengingatkan perlunya kesadaran seorang psikolog atas keterbatasan kemampuan yang memang sudah menjadi sunatullah sebagai manusia disamping kelebihan yang dimilikinya.

“Menjadi psikolog bukan berarti kita harus bisa menyelesaikan setiap masalah. Kalau ada yang lebih ahli (saat kita tidak bisa menyelesaikan tugas/intervensi pada klien), maka kita perlu merujuk pada yang lebih ahli tersebut.  Anda harus banyak belajar, belajar dan belajar. Semakin banyak Anda menangani kasus,  maka akan semakin banyak pengalaman yg didapatkan. Dan yang paling penting adalah sebelum mengobati orang, obatilah diri kita sendiri dulu!”, paparnya.

Bu Uyun juga mengajak para mahasiswa baru untuk menjadikan Allah SWT sebagai pusat kendali. Hal tersebut dikarenakan memang seorang psikolog sunatullah-nya adalah hanya berusaha dan bukan sebagai penentu kesembuhan. “Sunatullah Anda adalah diminta utk berupaya. Allah-lah yang menggerakan (baca: menyembujkan) hati”, tegas bu Uyun.

Sementara Bu Hapti juga menengaskan perlunya membenahi niat atas tujuan intervensi yang dilakukan. “Kita harus hati-hati selalu karena tujuannya untuk kesejahteraan pasien. Kalau kita menjadi psikolog, ya harus membawa manusia lebih sejahtera, lebih nyaman”, ungkap Bu Hapti.
Beliau juga mengingatkan pada mahasiswa yang ingin membuka biro setelah mereka lulus kelak, ada baiknya melakukan kerja magang dulu di biro konsultasi yang lebih besar/baik dengan harapan akan banyak mendapat pengalaman/jam terbang.

“Jangan cepet2 pengin buka praktek sendiri. Jam terbang sangat mempengaruhi”, tegas bu Hapti yang juga diiyakan oleh bu Uyun. “Betul,  jam terbang itu penting. Kita butuh banyak sekali pengalaman terkait banyak juganya permasalahan hidup yg ada di masyarakat. Dan dengan keyakinan   Islam itu sebenarnya tidak bertentangan, tapi untuk menguatkan dari berbagai penelitian yang sudah dilakukan.  Pendekatan yang dilakukan dengan terapi religius maupun bukan semuanya mempunyai potensi yg sama”, pungkas bu Uyun.