Puasa Harus Tetap Produktif dalam Bekerja
Puasa jangan membuat kita menjadi malas dalam bekerja (beraktivitas). Puasa harus membuat kita tetap produktif (baca: bekerja dengan penuh semangat). Bekerja sebenarnya ikatannya bukan sekedar transaksional, tapi lebih kepada kekeluargaan ataupun menjalin silaturrahmi. Dan orang yang senang menjalin silaturrahmi maka Allah akan memanjakannya (baca: memudahkan urusannya). Nikmati pekerjaan yang dijalani sebagai rekreasi yang menyenangkan dalam hidup. Demikian kiranya beberapa pesan pentingnya yang disampaikan oleh dr. Agus Taufiqurrahman, Sp.S., SMF dalam acara ‘Padusan Rohani’ Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Senin, 15 Juni 2015 di Mushola Baitul Hadi FPSB UII.
Diawal ceramahnya, dr. Agus Taufiqurrahman, Sp.S., SMF mengapreasi kegiatan (majelis pengajian jelang Ramadhan) yang diselenggarakan seraya menyampaikan kabar gembira dari Nabi Muhammad SAW, dimana Nabi pernah memberikan kabar gembira kepada siapa saja yang senang mengaji atau menghadiri majelis ilmu akan mendapat kemudahan dari Allah SWT jalan ke surga. “Baru menuntut ilmu saja sudah dimudahkan, apalagi kalau ilmu tersebut diamalkan. Karena salah satu amal jariyah adalah ilmu yang bermanfaat. Di kehidupan ini yang paling penting adalah bisa diterima oleh orang lain (bermanfaat bagi banyak orang). Kalau kita tidak bisa menyenangkan orang lain, maka minimal kita tidak membuat orang lain sedih”, ungkapnya.
Dalam ceramahnya, dokter Agus juga mengingatkan agar kedatangan bulan suci Ramadhan disambut dengan penuh rasa senang dan persiapan. Beliau juga mengingatkan agar kita tidak terjebak memaknai Ramadhan itu hanya sebagai rutinitas semata. “Ramadhan ini harus kita persiapkan. Saya senang dengan nasehat : Siapa tahu in Ramadhan terakhir bagi kita. Karena kematian itu datangnya bisa kapan saja. Kematian itu adalah sesuatu yang paling dekat. Songsong Ramadhan ini dengan baik. Karena jangan-jangan ini Raamadhan terakhir bagi kita. Masing-masing punya target. Misal saya punya target jangan sampai ada perbuatan yang merusak puasa. Puasa tidak dinodai perilaku-perilaku yang dapat menghilangkan pahala puasa. Termasuk yang berat adalah menahan marah. Saat kita puasa maka dijaga agar betul-betul menahan marah ”, imbuhnya.
Terkait dengan amarah, dokter Agus yang memang memiliki kompetensi di bidang syaraf mengingatkan bahaya amarah bagi kesehatan. Menurutnya saat seseorang marah, maka kondisi tersebut bisa memicu pecahnya plak dalam darah yang akan terbawa ke aliran (kecil) darah ke otak dan mengakibatkan penyumbatan. Ini yang biasa disebut sebagai stroke. Selain itu, seseorang yang melampiaskan kejelekan (seperti marah) sesudah berbuka puasa, maka orang tsb termasuk dalam golongan orang-orang yang tidak mendapat apa-apa dari puasa yang dilakukan.