Akankah Tahun 2009 Kita Mengalami Peningkatan Kualitas Hidup?

Image

Berharap di Tahun 2009 ?!?!

Ketika kita memperhatikan orang-orang yang ada di sekitar kita, kita akan mendapati beragam capaian orang. Ada yang melesat bagaikan bintang yang terang benderang di langit. Ada yang dari waktu ke waktu stagnan, gitu-gitu aja. Ada yang dari hari ke hari semakin menukik ke bawah.

Contoh orang UII yang karirnya melesat adalah Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, SH, SU, Ketua Mahkamah Konstitusi saat ini, orang yang amat penting saat-saat menjelang pemilu seperti sekarang ini. Saya sering bertemu dengan guru besar UII ini waktu saya menangani Majalah Warta Kampus di Kantor Rektorat Cik Di Tiro pada tahun 1996-1998. Waktu itu beliau menjadi Pembantu Rektor I. Potensi besar beliau sudah tampak pada waktu itu. Sering saya dengar dari orang-orang di lingkungan rektorat bahwa beliau adalah salah seorang yang paling komunikatif kalau berbicara di UII, bersama-sama dengan Drs. Syafaruddin Alwi, MM. Yang pasti beliau menjadi pembawa acara keagamaan pagi hari di SCTV. Saya masih ingat dengan sebutan senor saya Suparman Marzuki tentang tokoh kita ini. Nama lengkap Pak Mahfud, kata Pak Parman, adalah Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, SH, SU, SCTV.

Yang saya tahu pasti lagi adalah beliau bisa menulis dalam situasi apapun. Saat rapat atau yang lain. Beliau juga rajin datang ke kampus, ini saya lihat sendiri, saat hari minggu. Ketika saya tanya beliau jawab: mau menulis. Saya juga terkesan dengan sebuah peristiwa kebaikan hati Prof. Mahfud ini. Suatu saat ada seorang mahasiswa yang tidak dapat membayar SPP dan mengharapkan ada keringanan atau pembebasan SPP. Saya menemani mahasiswa ini. Yang luar biasa, beliau bisa membantu mahasiswa tersebut bebas dari masalahnya.

Di samping orang yang berkibar, masih kita temukan orang yang terpuruk. Dulu, mereka mungkin menjadi presiden, mentri, dirjen, anggota KPU, dan sekarang merasakan pahitnya kehidupan dihujat orang atau bahkan masuk penjara. Saya kenal salah seorang di antara orang yang terhormat itu. Bulan-bulan terakhir ini dia merasakan sengsaranya hidup di penjara.

Akankah kita akan menjadi orang yang meningkat kualitas hidup kita? Ataukah kita akan termasuk orang-orang yang terpuruk dan tenggelam dalam pusaran sejarah?

Gagasan utama yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini adalah ada baiknya kita membuat indikator untuk menilai apakah selama ini dan esok hari kualitas hidup kita dalam level yang tinggi atau sebaliknya. Setelah menetapkan indikator, kita dapat gunakan indikator itu untuk menilai capaian kita selama 2008. Setelah itu, kita akan bekerja dan menggunakan indikator itu setiap buklan untuk mengevaluasi peningkatan kualitas hidup kita. Di akhir 2009, kita lihat total capaian kita sepanjang 2009.

Apa saja indikatornya?

Saya usulkan sekurang-kurangnya tujuh indikator untuk menilai keberhasilan kita meraih sukses. Pertama adalah ketaatan beragama. Ketaatan beragama terlihat dari sejauh mana kekuatan ketauhidan kita, kerajinan dan kualitas shalat kita, kemampuan kita membaca dan memahami isi al-Qur’an, besarnya zakat fitrah dan zakat mal kita, dan pengalaman keagamaan. Anda bisa menambahkan sub-indikator yang lain sesuai dengan keyakinan keagamaan anda.

Indikator kedua adalah kemampuan intelektualitas. Kemampuan intelektualitas ini dapat kita ketahui dari banyaknya dan kualitas tulisan kita, kemampuan mengajar/menangkap pelajaran yang dicerminkan oleh ipk (mahasiswa) dan nkd (dosen), kemampuan kita berbicara kepada publik secara lisan, kemampuan kita berbicara kepada media, dan sebagainya.

Indikator ketiga adalah kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi dapat diketahui dari kemampuan kita memahami emosi diri, kemampuan mengendalikan emosi, dan kemampuan mengekspresikan emosi kepada orang lain secara tepat. Apakah masih sering kita dengar ungkapan orang bahwa kita adalah pemarah dan emosional?

Indikator keempat adalah kepemimpinan. Kemampuan kepemimpinan terlihat dari kemampuan kita menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan bersama. Ini terlihat dari kemampuan menggerakkan orang mengerjakan proyek bersama (makalah, proposal, penelitian, dsb), kemampuan untuk mendelegasikan tugas, kemampuan untuk mengoperasionalkan tugas dari pimpinan, dan sebagainya. Kepemimpinan ini saya masukkan sebagai indikator, karena ini merupakan salah satu amanat founding fathers UII.

Indikator keempat adalah kemampuan teknis keilmuan. Kalau ini bergantung pada disiplin ilmunya masing-masing, tapi terutama adalah kemampuan teknis di bidang ilmu yang ditekuni. Kalau dia adalah seorang ahli psikologi, terlihat dari kemampuan merencanakan tes, kemampuan memberi konsultasi face-to face, kemampuan melakukan depth interview, kemampuan memberi e-konseling, dan sebagainya.

Indikator keenam adalah kemampuan bermasyarakat. Kemampuan bermasyarakat terlihat dari kemampuan terlibat dalam kehidupam bermasayarakat yang bersifat rutin dan insidental (hadir dalam rapat rt/rw, hadir dalam undangan tetangga, menjadi panitia pengantin, dsb), mengambil inisitif bermasyarakat untuk membangun, menjalin persahabatan dengan teman kerja, memelihara komunikasi dengan orang lain dari luar kota atau mancanegara, dan seterusnya.

Indikator ketujuh adalah kemampuan berkeluarga. Kemampuan berkeluarga terlihat dari kemampuan untuk menyediakan/membantu menyediakan keperluan keluarga, kemampuan mendampingi anak belajar, kemampuan memotivasi suami/istri/orangtua untuk mencapai kemajuan diri, kemampuan memberi dukungan sosial kepada anggota keluarga, dan sebagainya.          

Action, Self Monitoring dan Self Evaluation

Kata orang bijak, perencanaan yang baik adalah separuh keberhasilan. Tetapi, rencana hanya akan berarti kalau kita melaksanakannya. Ketika melaksanakannya, prinsip yang paling penting adalah menjadi pembelajar secara terus-menerus. Prinsip penting lainnya adalah kita hanya menjadi orang beruntung bila tahun 2009 lebih baik dari tahun 2008.

Saya sarankan agar anda membuat sekor dengan rentang 1-10 untuk tiap indikator per tahun. Pemberian skor berdasar pada frekuensi dan kualitas dari apa yang anda lakukan. Misalkan, saya memberi skor sepuluh bila semua shalat saya kerjakan tepat waktu dan berjamaah, bisa menghafal semua juz amma dan memahami sepertiga juz amma, membayar zakat lima juta setahun, serta sekurang-kurangnya punya tiga pengalaman keagamaan yang mengesankan.

Anda bisa melihat capaiannya setiap bulan. Bulan pertama boleh jadi anda mencapai nilai 0 koma sekian untuk indikator tertentu. Untuk indikator lain barangkali ada yang langsung berhasil menembus angka 5. Sebagai contoh, ada seorang bos yang pekerjaannya marah-marah setiap hari, seakan-akan setiap hari adalah hari senin (nyeneni). Kemudian dia ikut training pengelolaan emosi. Dia mempraktikkannya. Pada bulan kedua semua orang melihat perubahannya. Dia sendiri melihat diri menjadi berbeda. Ia mungkin akan memberi sekor 5 untuk dua bulan pertama tahun 2009.

            Di samping melaksanakan rencana, yang tak kalah pentingnya adalah rajin-rajin melakukan self monitoring  dan self evaluation. Self monitoring dan self evaluation dilakukan setiap tiga bulan sekali, misalnya, pokoknya periodik.  

Penutup

Siapa tahu kita nanti termasuk orang-orang yang meroket di udara menjadi rising star. Baik rising star di mata publik, di mata tetangga, di mata keluarga, atau di mata teman kerja.

Demikian. Selamat berjuang!