PBI Beri Pelatihan Konseling Membimbing Generi Z pada Guru BK SMA se-Jogja & Jateng
Sebagai bagian dari institusi pendidikan yang seyogyanya turut bertanggung jawab memberikan kontribusi atau memfasilitasi proses edukasi terhadap kid jaman now, Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) melakukan pengabdian institusi dengan menyelenggarakan Pelatihan Konseling untuk Membimbing ‘Generasi Z’ bagi Guru Bimbingan dan Konseling (BK) SMA/SMK se-Jogja & Jateng, Selasa, 13 Maret 2018 di Gedung Moh. Hatta Kampus Terpadu UII.
Kegiatan yang dibuka langsung oleh Dekan FPSB UII, Dr.rer.nat. Arief Fahmie, MA., Psikolog tersebut menghadirkan Ike Agustina, S.Psi., MA dan Rahmat Oktavianto Akbar, S.Psi., M.Psi sebagai pemateri. Kegiatan pelatihan sendiri diawali dengan penyampaian informasi Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) UII dan skema beasiswa oleh Hazhira Qudsyi, S.Psi., MA.
Pada sesi materi pelatihan, peserta mendapat materi tentang ‘Memahami Generasi Z Lebih Dekat’ yang disampaikan oleh Ike Agustina. Pada sesi ini Ike banyak menyampaikan mengenai definisi generasi Z, perilaku generasi Z yang sudah mengenal dunia internet sejak kecil, dan juga cara berinteraksi (baca: mengajar/menyampaikan pesan/materi) pada generasi Z hingga apa yang diajarkan benar-benar bisa diterima oleh mereka.
Sedangkan di sesi pelatihan ke-2 tersebut peserta mendapat materi tentang ‘Peranan Guru BK dalam Membimbing Generasi Z’ yang disampaikan oleh Rahmat Oktavianto Akbar. Pada awal materinya, Rahmat Oktavianto Akbar langsung menggali kesulitan-kesulitan yang dialami para guru BK saat menghadapi generasi Z. Atas berbagai kesulitan yang diutarakan tersebut, Rahmat Oktavianto Akbar mengajak para guru untuk bisa lebih mengenal karakteristik anak didik sebagai bekal dalam melakukan intervensi. Selain itu, para guru juga diminta bisa berinteraksi dengan anak secara baik melalui beberapa cara, seperti lebih terbuka terhadap keinginan anak didik, tak segan memberikan penghargaan atas prestasi yang dicapai anak didik, lebih simpati dan empati, membuat model pembelajaran yang lebih menarik dan fleksibel serta bisa menjadi rule model bagi para peserta didik.