FPSB Gelar Pelatihan BTAQ Metode Albarqy
Sangat mudah, sederhana, menarik, asik, menyenangkan, dan sangat cepat. Demikian sebagian besar testimoni peserta pelatihan Baca Tulis Al Qur’an Metode Albarqy yang diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Selasa-Kamis, 28 Syawwal – 1 Dzul Qa’idah 1437 H/ 2-4 Agustus 2016 di Auditorium FPSB UII. Pelatihan bagi calon asisten/pendamping praktikum mata kuliah Agama Islam itu diampu oleh M. Romzul Islam beserta isteri, Iffaty Nasyi’ah, S.H., S.Ag.,M.H. (staf pengajar Hukum Bisnis, UIN Malang).
Pelatihan dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan FPSB UII, Dr. Hepi Wahyuningsih, S.Psi., M.Si. Dalam sambutan singkatnya, Hepi Wahyuningsih berharap agar para peserta nantinya mampu berbagi pengetahuan (baca: Metode Al Barqy) kepada para mahasiswa baru saat mereka menjadi asisten praktikum Mk. Agama Islam di semester 1 dan 2 maupun berbagi pengetahuan dengan orang lain.
Sementara ketua tim pelatihan Metode Albarqy yang juga pengasuh pondok pesantren Al Musanni- Gemolong, K.H. Slamet Albarqy S., dalam sambutannya banyak mengupas sejarah penemuan metode Albarqy yang diperkenalkan pada tahun 1965 oleh Dr. Muhajir Sulton, dosen Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya. Menurutnya, metode Albarqy (Albarqy : secepat kilat) memiliki banyak keunggulan atau kemudahan dibanding dengan metode Baca Tulis Al Quran lainnya.
“Pendekatan metode Albarqy menggunakan bahasa ibu. Sehingga, sebodoh-bodohnya mahasiswa dia akan bisa membaca Al Quran dalam 4 jam. Untuk anak-anak, mengajarkan dengan bernyanyi itu lebih menyenangkan. Saat ini Albarqy juga sedang mengembangkan metode Baca Tulis Al Quran untuk Anak Berkebutuhan Khusus”, ungkapnya.
Pada hari pertama tersebut, peserta mendapat materi mengenal teknik mengingat huruf hijaiyah secara lebih mudah melalui empat kata kunci yang disusun sedemikian rupa sehingga sangat mudah diingat/dipahami oleh siapapun yang membacanya. Adapun keempat kata kunci yang dimaksud yakni (1) a-da-ra-ja (2) ma-ha-ka-ya (3) ka-ta-wa-na (4) sa-ma-la-ba. Dari keempat kata kunci tersebut kemudian dielaborasikan dengan huruf yang mirip secara bentuk, seperti ra dengan za, ta dengan tsa, sin dengan syin dan seterusnya. Masih di hari pertama, peserta juga mendapat materi tentang teknik mengajar yang menyenangkan dan tidak membosankan dengan mengkombinasikannya bersama nyanyian/lagu.
Pada hari kedua dan ketiga peserta sudah membentuk kelompok untuk melakukan simulasi mengajar (micro teaching), baik dengan sesama peserta maupun dengan mengajar peserta dari luar pelatihan. Dalam proses simulasi tersebut, peserta (selaku pengajar) ditekankan hanya memberikan contoh sekali yang kemudian cukup memandu tanpa harus mengajari berulang kali.