Prodi HI Gelar ICOSEAS 2015

Drs. Mr.H.E. Haryomo Hartosudarmo, anggota Satuan Tugas Diplomasi Ekonomi Kemenlu RI hadir sebagai keynote speaker di sesi Open Lectures  gelaran ICOSEAS (International Conference on South East Asian Studies) yang diselenggarakan oleh Prodi Hubungan Internasional-HI, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB), Universitas Islam Indonesia (UII), di Auditorium Abdul Kahar Muzakir Kampus Terpadu UII, Jum’at, 4 Desember 2015 M/22 Safar 1437 H.  Sosok yang pernah menjadi duta besar RI untuk Brazil tersebut menyampaikan flash back atau pun sejarah awal peran aktif Indonesia di kawasan ASEAN dan juga mengkritisi kebijakan pemerintah terkait peran Indonesia di kawasan ASEAN saat ini.
 
“Undoubtedly, Indonesia,  being  the  biggest and  the  most populous country  in  the  region  is  perceived as a natural  de  facto leader  of  ASEAN. Since ASEAN’s  inception in 1967  until  nowadays,  Indonesia  has  played  very  important  role  in  the  solution of  various problems that it  faces both internally  and  vis  a  vis  the  external  powers”, ungkapnya.
Dia akhir parparan beliau  menyampaikan sebuah kesimpulan.“To  conclude  my remarks,  allow  me to  make  a  very  brief  summary  as  follows: (i) for  Indonesia, ASEAN  Community  with  its  3  pillars  has  been  an evolutionary  process,  for  which  Indonesia’s  readiness  to  cope with will  heavily   depend    on  its competitiveness; (ii) President Joko  Widodo’s pro-people diplomacy should  not be  narrowly  interpreted into  Indonesia’s disengagement from international  arena. Instead, Indonesia would  remain actively  engage  in  various world  issues and  tries  to  significantly  contribute  for  their  solution”, pungkasnya. 
Sementara Prof. V. Bob Sugeng Hadiwinata, Ph.D dari Universitas Katolik Parahyangan mengkhawatirkan adanya pesimisme atas pembentukan AEC/MEA dari sisi akademis dan penelitian dengan menyampaikan materi berjudulASEAN: a Misconstrued Regionalism”. 
“This paper finds out that one of the factors that has generated pessimism of ASEAN is ‘the functionalist trap’, namely the tendency of academics and researchers to use functionalism in discussing about regionalism in many lectures, academic papers, journal articles and books that make audience develop high expectations and make comparison between ASEAN and its successful counterpart in Europe. When they realize that ASEAN could not deliver many things as the European Union did, the feeling of frustration and disappointment start to mount. As a result some people begin to think that ASEAN is no longer relevant”, paparnya. 
Pembicara lain yang turut mengkaji isu-isu seputar ASEAN dalam Open Lectures ICOSEAS yang dimoderatori oleh Ketua Prodi HI, Irawan Jati, S.IP., M.Hum., M.S.S., tersebut adalah Dr. Dafri Agussalim, MA (Kepala Pusat Studi ASEAN Universitas Gadjah Mada), Prof. Nopraenue Dhirarithiti (Mahidol University, Thailand) dan Rene L. Pattiradjawane (jurnalis senior KOMPAS, pendiri Kompas.Com dan Detik.Com). 
Usai penyelenggaraan open lectures, agenda berlanjut dengan penyelenggaraan conference yang dibagi dalam 2 cluster.