Menulis, Melestarikan Nilai Islam dan Ilmu Pengetahuan.

Dian Nurmalita, 21/02/2024

Salah satu keterbatasan manusia adalah ingatannya. Ingatan yang memiliki keterbatasan ini menjadikan manusia menemukan sebuah cara terbaik, yaitu menulis. Sejarah mencatat, aktifitas menulis telah berlangsung sejak 5000 tahun sebelum masehi di daratan sumeria dan mesopotamia, juga muncul dalam catatan di wilayah Yangshau-Tiongkok di sekitar tahun yang sama. 

Kata-kata pertama yang berhasil diidentifikasi sebagai tulisan pertama, justru bukan sebuah kata-kata sastra namun hanya catatan-catatan angka/hitungan untuk membantu manusia mengingat suatu benda atau barang. Namun dengan berkembangnya jaman, manusia mulai menuliskan sesuatu hal yang ekspresif ataupun suatu kesepakatan-aturan yang fungsinya untuk membantu manusia menjaga ingatan dan pemahaman bersama. 

Pada sejarah agama, dikenal sesosok Nabi Idris yang bisa menulis. Konon namanya merupakan akar kata dari “Darasa” yang berarti belajar dan juga disandangkan sebagai orang pertama yang mengenal tulisan. Terlepas siapapun yang menemukan tulisan, jelas tulisan merupakan anugrah Allah SWT yang hanya diberikan kepada manusia. Sedangkan hewan tidak memilikinya. 

Tulisan menjadikan manusia mampu membagikan dengan jelas pengetahuannya. Mampu memberikan catatan yang kompleks, runut dan detil terhadap sesuatu. Melalui tulisan, manusia yang walau kehidupannya sudah usai atau wafat tetap mampu berbagi pemikirannya. Siapa yang tidak kenal dasar-dasar filsafat Yunani yang dituliskan Plato, Socrates, aristoteles dan lainnya. Walaupun tokoh tersebut telah tiada sejak kurang lebih 500 tahun sebelum masehi, namun dasar-dasar filsafat masih dikenal hingga sekarang. Begitupun dengan riwayat peradaban Islam yang sejak era Nabi Muhammad SAW, berupa manuskrip Al Quran serta catatan-catatan hadits yang ditulis sepeninggal Nabi Muhammad SAW masih lestari hingga ribuan tahun. 

Itulah kekuatan tulisan yang hingga Allah SWT berfirman dalam sebuah surat Al Qalam, ayat 68:
”Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis”

Menjadikan sumpah Allah SWT  menunjukkan betapa pentingnya huruf-huruf dan rangkaian yang menghasilkan tulisan serta kandungan ilmu pengetahuan maupun infoemasi di dalamnya. 

Sejak 5000 tahun yang lalu, disebut oleh Buckminster Fuller, seorang pemikir dan desainer paling inovatif abad 20. Terdapat dua penemuan tiap 200 tahun. Setelah tahun masehi, setiap 50 tahun dalam 1000 tahun terdapat penemuan. Di masa Renaissance, setiap 3 tahun sekali terdapat penemuan. Bergeser lebih cepat di masa industri setiap 6 bulan sekali tercatat ditahun 1950 terdapat terobosan dan temuan baru. Tahun 2000an, ditemukan 4 sampai 5 penemuan dan terobosan baru tiap bulan. Bahkan di tahun 2020, terdapat 1,54 juta paten penemuan dan teknologi baru yang dihasilkan. Hal tersebut, tidak akan mungkin dapat dihasilkan tanpa adanya aktifitas menulis. 

Prof Quraish Shihab dalam bukunya “Dia di mana-mana” menyampaikan bahwa Nabi Muhammad SAW di dalam Al Quran, diutus untuk mengajarkan Al Kitab dan Al Hikmah. Belajar Al Kitab atau Al Quran, antara lain dipahami sebagai mengajar tulis dan baca, atau paling tidak, mengajar apa yang ditulis dalam Al Kitab yakni Al Quran. Sebuah kisah yang mengharukan sekaligus menegaskan pentingnya membaca serta menulis adalah ketika Nabi Muhammad SAW, membebaskan tawanan perang Badr dengan syarat para tawanan tersebut harus mengajarkan umat islam tulis dan baca, sebagai suatu langkah kedepan, agar umat islam bukan hanya untuk dapat memahami ayat-ayat Al Quran dan melestarikan nilai-nilai Islam yang mampu melintasi ruang dan waktu, namun juga harapannya dapat melestarikan ilmu pengetahuan.  Wallahu Alam..