Seberapa Besar Rasa Syukur Kita?

Farhan Al Farizi, S.Psi, 05/09/2024

Keamanan bangsa kita merupakan salah satu nikmat yang perlu kita syukuri. Ketika beribadah, nikmat keamanan sangat membantu kita untuk khusyu’. Dalam waktu yang sama, saudara kita di Palestina tidak bisa beribadah seleluasa kita di Indonesia. Kita memahami bahwa kekhusyuan merupakan salah satu cara untuk kita merasakan nikmatnya beribadah. Betapa besar karunia nikmat yang Allah berikan, lalu seberapa besar rasa syukur kita?

Rasulullah saw, menyampaikan bahwa kita meyakini bahwa nikmat itu datangnya dari Allah, mengucapkan hamdalah dan menggunakan nikmat tersebut semaksimal mungkin dalam rangka ketaatan kepada Allah SWT. terkait hal apa yang disukai oleh Allah SWT tentu hanya ada pada Al Quran dan sunnah rasulullah Saw. dengan demikian sudah tentu ada usaha-usaha yang harus kita lakukan untuk bisa mengetahui, memahami dan mengerjakan apa yang Allah inginkan.

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk memaksimalkan nikmat yang Allah berikan :

1. Menuntut ilmu agama

Karena setiap muslim berkewajiban untuk menuntut ilmu khususnya ilmu agama. Rasulullah SAW bersabda bahwa “menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim”. Setiap amal yang kita kerjakan dengan berlandaskan ilmu (dalil) maka tentu akan bernilai berbeda dengan amal ibadah yang dikerjakan tidak berlandaskan (dalil). Sebab amal ibadah yang dikerjakan tidak berlandaskan dalil atau contoh dari Nabi SAW maka akan terputus. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka
perkara tersebut tertolak.” [HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718]

Selain itu bagi siapapun yang berjuang keras untuk menuntut ilmu maka akan Allah mudahkan jalannya menuju surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan
menuju surga.” [HR. Muslim, no. 2699]

2. Memaksimalkan waktu dengan mempelajari Al Quran

Sebagaimana disebutkan diatas tadi bahwa kita perlu petunjuk agar dapat mengerjakan apa yang Allah cintai dan meninggalkan apa yang Allah benci. Maka satu- satunya cara adalah dengan meluruskan niat mempelajari Al Quran agar Allah ridho dengan segala apa yang kita lakukan. Mempelajari dan mengajarkan Al Quran tentu saja tidak hanya tentang bagaimana cara membacanya, namun juga mentadabburi artinya serta mempelajari tafsirnya jika memang kita mampu.

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” [HR. Bukhari, no. 5027]

Selain itu banyak sekali keutamaan-keutamaan orang yang bersahabat dengan Al Quran. Rasulullah SAW dalam sabdanya mengatakan bahwa bagi mereka yang selama hidupnya bersahabat dengan Al Quran maka di kuburnya nanti Al Quran akan datang menjadi cahayanya didalam kegelapan alam kubur. Tidak hanya itu Al Quran juga bisa menjadi syafaat atas izin Allah pada hari kiamat untuk mereka yang terus membaca serta mengamalkannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَالقُرْاَنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ

“Al Qur’an itu bisa menjadi pembelamu atau musuh bagimu.” [HR. Muslim no. 223]

Namun, untuk semua itu kita perlu meluruskan niat untuk menggapai ridho Allah dengan wasilah Al Quran. Jangan sampai kita berusaha untuk bersahabat dengan Al Quran karena ingin berbangga-bangga dengan bagusnya bacaan kita, dengan banyaknya hafalan kita dan dengan pintarnya pemahaman kita terhadap Al Quran. Karena seorang hafiz dengan yang salah juga bisa menjadi bahan bakarnya api neraka ketika memiliki niat yang salah. Seperti yang disampaikan oleh Nabi SAW dalam sabdanya : (hadits 3 orang yang berbuat amal kebaikan dengan niat yang salah).

Seseorang yang keluar mencari nafkah untuk keluarganya bisa mengundang ridho Allah namun bisa juga mengundang murkanya Allah. Semua tergantung niatnya, apakah untuk Allah ataukan hanya semata untuk dunia kita.