Sebagai manusia, memiliki cita-cita atau harapan adalah sesuatu yang penting. Menurut KBBI, cita-cita adalah keinginan yang selalu ada di dalam pikiran.
Cita-cita memiliki peran signifikan sebagai pendorong untuk meraih prestasi dan keberhasilan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti yang diakui oleh para pakar. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk mengidentifikasi dan memperkuat cita-cita mereka, serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk meraihnya.
Pernahkah kamu mendengar mengenai perang saudara Pandawa dan Kurawa untuk memperebutkan tahta kerajaan? Atau kisah kaum Madyan yang binasa karena sering berbuat curang? Orang-orang rela untuk menghalalkan segala cara demi mencapai keinginan atau cita-citanya.
Padahal sebetulnya kita tidak perlu melakukan hal yang menyeleweng atau mengesampingkan rasa kemanusiaan, karena Allah, Tuhan semesta alam, tidak akan membiarkan begitu saja hamba-Nya yang sudah berusaha dan berdoa. Bukankah Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya? Seperti Surat An-Nur ayat 55 berikut ini.
وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ كَمَا ٱسْتَخْلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ ٱلَّذِى ٱرْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِى لَا يُشْرِكُونَ بِى شَيْـًٔا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”
[QS. An-Nur : 55]
Memang betul kita hidup di dunia ini hanya sementara, namun kita tidak mengetahui selama apa kita hidup di dunia. Kita berhusnudzon saja kepada Allah SWT bahwa kita akan hidup “lumayan lama” sehingga bagaimanapun juga akan berusaha melakukan yang terbaik, termasuk dalam menggapai cita-cita.
Ketika kita sedang berjalan menuju tujuan, bukankah perjalanan yang menyenangkan akan lebih berkesan? Ukirlah perjalanan berkesanmu itu, karena suatu hal yang besar pastinya membutuhkan waktu yang panjang, sehingga jangan sampai kita melewatkan sesuatu yang berharga dalam perjalanan tersebut.
Terburu-buru akan membuat kita mengesampingkan pertimbangan dan pemikiran yang mendalam terhadap apa yang hendak dilakukan. Melewatkan banyak momen berharga sampai hal-hal yang beresiko akan lebih berpeluang terjadi, maka kita diwajibkan untuk menghindari sikap tergesa-gesa.
Melakukan suatu pekerjaan dengan tergesa-gesa akan mengakibatkan kita menemui berbagai hal buruk. Misalnya saja kita menjadi bekerja dua kali dan sangat tidak efektif karena melewatkan hal detail, kita menjadi kehabisan waktu, kehabisan tenaga pula.
Hidup adalah pilihan. Tinggal manusianya saja mau memilih yang mana. Jalan yang cepat, namun kita tidak menikmati perjalanannya, atau jalan yang pelan tetapi indah dan berkesan. Pilihan yang kita pilih pasti ada konsekuensinya masing-masing.
Namun walaupun kita sedang berjuang mati-matian mengejar cita-cita dunia, jangan sampai terlupa untuk mempersiapkan cita-cita akhirat. Sungguh sangat rugi jika kita sampai melupakan tujuan kehidupan setelah dunia nyata ini, yakni dunia akhirat.
الكَيِّس مَنْ دَانَ نَفْسَهُ, وَعَمِلَ لِما بَعْدَ الْموْتِ, وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَه هَواهَا, وتمَنَّى عَلَى اللَّهِ
”Orang yang cerdas adalah orang yang menyiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian. Sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang jiwanya selalu mengikuti hawa nafsunya dan hanya berangan-angan kepada Allah.” (HR Tirmidzi)
Berdoa saja, nanti juga dikabulkan. Berjalan saja, nanti juga sampai. Seseorang yang berlari dan berjalan di track yang sama memiliki garis finish yang sama pula, yang membedakannya adalah waktunya saja. Mengapa menggapai cita-cita harus terburu-buru?