Seminar ACCES : Pentingnya Kebudayaan dalam Pendidikan

Pendidikan Nasional kita saat ini kehilangan arah. Ini dikarenakan pendidikan kita sudah meninggalkan budaya. Pendidikan kita saat ini juga terlalu akomodatif terhadap pengaruh asing (internasionalisasi sekolah), terlalu managerial dan pragmatis, serta lebih condong ke arah kapitalistik dan liberalistik. Kondisi ini disampaikan oleh salah satu tokoh pendidikan nasional kita, yakni Prof. Darmaningtyas dalam acara Seminar ACCES (Indonesia Art, Social, Culture and Education Seminar) yang digelar oleh Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Sabtu, 11 April 2015 di Auditorium Porf. Abd. Kahar Mudzakkir kampus Terpadu UII.

Lebih jauh, sosok bersahaja asal Gunung Kidul itu menyampaikan pentingnya kebudayaan dalam pendidikan. Bahkan, menurutnya kebudayaan dan pendidikan itu ibarat 2 sisi mata uang yang saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan. “Pendidikan itu merupakan proses kebudayaan. Di satu sisi pendidikan berbasis pada budaya bangsa, tapi di sisi lain pendidikan berfungsi mengembangkan kebudayaan budaya bangsa untuk membangun karakter bangsa maupun kreativitas dan produktivitas masyarakat”, paparnya.

Penulis buku ‘Tolak RUU BHP, Tirani Kapitalisme dalam Pendidikan, ‘Utang dan Korupsi, Racun Pendidikan’, ‘Pendidikan yang Memiskinkan’ dan juga buku berjudul ‘Pendidikan Rusak-rusakan’ ini juga mengkritisi kondisi bangsa kita saat ini yang kurang mengenali kebudayaannya sendiri, kurang menghargai kebudayaan sendiri dan silau dengan kebudayaan Barat, Timur Tengah dan juga dari Korea, serta kurangnya mencintai kebudayaan sendiri. “Mencintai baru sebatas klangenan, belum mampu menjadikan spirit kehidupan yang kemudian melahirkan kreativitas dan produktivitas melalui ekonomi kreatif seperti halnya Korea Selatan atau India”, tambahnya.

Selain menghadirkan Prof. Darmaningtyas selaku pakar pendidikan sebagai pemateri, panitia seminar juga menghadirkan budayawan Jogja, Ki Herman Sinung Janutama serta comicus (stand up comedy) yang cukup terkenal, Kemal Palevi untuk memberi warna tersendiri.

Dari penyelenggaraan seminar tersebut, Hans Mahenta Fadli selaku ketua panitia berharap agar nantinya acara tersebut mampu menumbuhkan benih-benih pemahamanan kepada peserta tentang pentingnya seni untuk membentuk karakter bangsa (baca: karakter bangsa yang positif). Benih-benih tersebut nantinya juga diharapkan akan terus berkembang melalui kegiatan-kegiatan lanjutan yang diadakan oleh lembaga mahasiswa.