“Susila Wartawan Muslim” itulah pertamakali penulis mendengar kata susila dari satu mata kuliah Jurnalisme di Perguruan Tinggi. Penulis lebih sering mendengar kata asusila dari pada susila itu sendiri. Hingga timbulah renungan akan susila ini, nampaknya satu kata namun begitu bermakna. Apa itu susila? Bagaimana susila terjadi? Apakah susila hanya untuk wartawan?
Ternyata jauh sebelum itu agama, Islam khususnya sangat menjunjung nilai-nilai kesusilaan dalam kehidupan atau yang lebih sering disebut akhlak. Akhlak lah diatas segalanya. Etika, Susila, Akhlak merupakan kata-kata yang berbeda tapi bermakna hampir sama. Susila sebagai penunjuk arah moral, mengajarkan tentang tindakan yang baik dan bermartabat. Bukan hanya tentang mengikuti aturan, tetapi lebih pada pemahaman mendalam akan nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan kebaikan.
Secara bahasa, kata “susila” berasal dari bahasa Sanskerta yang memiliki dua komponen utama: “su” yang berarti baik atau baik-baik, dan “sila” yang berarti perilaku atau etika. Secara harfiah susila dapat diartikan sebagai perilaku atau tindakan yang baik. Jadi, paragraf ini menjawab pertanyaan- pertanyaan yang muncul di awal tulisan sekaligus menjelaskan bahwa susila tidak hanya diperuntukan bagi wartawan saja. Susila menjadi dasar bagi pandangan setiap orang tentang tindakan yang bermoral dan beretika dalam berbagai kehidupan.
Namun, kehidupan tidak selalu berjalan sesuai rencana. Beberapa cobaan dan masalah datang tak diundang. Disinilah point dimana akhlaq atau susila tetap harus dijunjung tinggi. Ada satu dasar susila yang tidak semua orang bisa melakukannya dengan mudah yakni sabar. Dengan memahami bahwa hidup adalah perjalanan yang penuh dengan ujian, dan menyadari sikap sabar, seseorang dapat menavigasi lautan kehidupan dengan lebih tenang dan penuh kebijaksanaan.
Sabar dalam konteks susila bukan sekadar menahan diri dari kemarahan atau kesal, tetapi juga mencakup ketabahan dalam menghadapi cobaan dan ujian hidup. Susila yang bersumber pada kesabaran memungkinkan seseorang untuk tetap tenang dan bijaksana dalam menghadapi berbagai tantangan. Seperti yang ada dalam Mahfudzot,
الصَّبْرُ يُعِيْنُ عَلىَ كُلِّ عَمَلٍ
Artinya : “Sabar itu akan membantu untuk melakukan segala amalan.”
Sabar Sebagai Akar
Sabar tidak hanya sebuah sifat, tetapi sebuah seni dalam menjalani hidup. Sabar tidak serta merta dilakukan begitu saja. Butuh latihan dan perlu dibiasakan agar senantiasa bersabar. Untuk mengetahui sabar sebagai akar, pada bab ini akan dibahas tentang kesabaran yang ada di dalam Al-Quran yang dapat dijadikan landasan sekaligus motivasi untuk bersabar.
Pertama, adalah surah Al-Muddaṡṡir ayat 7 sebagai wahyu kedua yang datang ketika Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai rasul
وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْۗ
Karena Tuhanmu, bersabarlah! (QS Al-Muddaṡṡir [74]:7)
Ayat ini memerintahkan supaya Nabi Muhammad bersikap sabar, karena dalam berbuat taat itu pasti banyak rintangan dan cobaan yang dihadapi. Apalagi dalam berjihad untuk menyampaikan risalah Islam. Sabar dalam ayat ini juga berarti tabah menderita karena disiksa atau disakiti karena apa yang disampaikan itu tidak disenangi orang. Hal ini menjadi motivasi untuk kita sebagai manusia biasa meneladani sifat sabar ala Rasul.
Kedua, ada di surah Al-Baqarah yang disebutkan lebih dari dua kali. Tandanya sabar memang sangat dianjurkan untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya dua ayat mutasyabih yang disebutkan dalam surah ini,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (QS. Al-Baqarah [2] : 153)
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
Sesungguhnya, Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (Surah Al-Baqarah [2] :155)
Apabila kita dapat menghayati arti dari dua ayat diatas maka cukup untuk menguatkan akar kesabaran yang ada dalam diri.
Ketiga, terdapat surah Ali Imraan yang memperingatkan orang mukmin dengan empat perintah, yaitu bersabar, memperteguh kesabaran, komitmen di jalan Allah, dan bertakwa. Empat hal ini akan mengantarkan seseorang memperoleh keberuntungan.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُون
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung. (Aali Imraan [3] :200)
Sebenarnya masih banyak lagi ayat Al-Quran yang membahas tentang kesabaran, tapi tampaknya apabila dituliskan semuanya bisa jadi satu buku sendiri tentang kesabaran. Dan pada tulisan kali ini akan dibahas bab selanjutnya tentang manfaat sabar. Salah satu manfaat sabar adalah akan diberikan kemudahan dalam mengambil peluang dan dikabulkan doanya.
Tabah Dikaitkan dengan Teori Resiliensi
“Setelah sabar terbitlah tabah” mencerminkan keterkaitan antara kesabaran dan keberanian, menunjukkan bahwa hasil dari sikap sabar yang dijaga dengan tekun adalah ketabahan yang kokoh. Inilah proses transformasi mental dan emosional yang terjadi ketika seseorang menghadapi cobaan atau kesulitan dalam hidup. Sesuai dengan teori resiliensi yang ada pada Ilmu Psikologi.
Ketika mengaitkan dengan tabah, konsep resiliensi muncul sebagai landasan yang kuat. Resiliensi adalah daya lenting, berarti mampu bertahan ditengah kesulitan. Sesuai teori resiliensi, seseorang yang tabah memiliki kemampuan untuk pulih dan tumbuh bahkan setelah mengalami kesulitan. Tabah yakni sikap mental yang menunjukkan ketangguhan, ketekunan, dan daya tahan dalam menghadapi cobaan, kesulitan, atau penderitaan. Seseorang yang tabah mampu menjalani situasi sulit dengan sabar, keberanian, dan ketenangan hati.
Dengan menggabungkan susila, kesabaran, dan tabah, seseorang dapat membangun fondasi karakter yang kuat dan mampu menghadapi berbagai situasi dengan penuh kebijaksanaan dan keteguhan. Keseluruhan ini menciptakan individu yang tidak hanya hidup sesuai dengan nilai-nilai moral, tetapi juga mampu berkembang dan bertahan di tengah dinamika kehidupan yang penuh ujian.
Terakhir ada satu doa yang tertulis dalam Al-Quran tentang kesabaran,
رَبَّنَآ أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ
“Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir” (QS. Al-Baqarah [2] : 250).
Semoga kita semua senantiasa dapat mengamalkan kesabaran dan ketabahan dalam menjalani segala hal dan untuk menggapai ridhoNya, Aaamiin Ya Rabbal ‘Alamin.