Komunikasi Seminarkan Liputan di Daerah Perang

Wartawan itu tugasnya meliput atau melakukan pengecekan fakta. Saat melakukan liputan di negara yang sedang konflik/perang, tidak penting memihak salah satu negara yang berperang. Tapi penting untuk memihak pada kemanusiaan. Melakukan liputan di medan perang harus mempersiapkan hal terburuk, dan harus memiliki perencanaan dan persiapan yang matang. Demikian disampaikan oleh Harry Susilo pada kegiatan mini seminar yang diselenggarakan oleh Prodi Ilmu Komunikasi (Ilkom) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Kamis, 15 September 2022 di Ruang Audiovisual Prodi Ilmu Komunikasi FPSB UII dan dibuka oleh Ka. Prodi Ilmu Komunikasi FPSB UII, Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D.

Dalam sambutannya Iwan Awaluddin menggarisbawahi terkait proses pemberitaan dimana mencari informasi atau berita yang cepat itu mudah, namun untuk mencari informasi atau berita yang akurat (tepat, sesuai fakta) itu yang sulit. Oleh karenanya, menurut Iwan sangat penting untuk menghadirkan wartawan yang benar-benar melakukan liputan di wilayah konflik untuk berbagai pengalaman dengan mahasiiswa Prodi Ilmu Komunikasi tentang proses peliputan di wilayah konflik untuk berbagi tips dalam mendapatkan informasi berita yang akurat, tapi keselamatan diri terjaga.

Harry menambahkan maksud dari perencanaan dan persiapan yang matang adalah adalah mengetahui daerah yang akan dituju, merencanakan nantinya akan tinggal dimana saat berada di daerah tujuan yang sedang berkonflik, mempersiapkan peralatan jurnalistik (kamera, dll), mempersiapkan berkas atau dokumen perjalanan, bahkan sampai dengan mengurus asuransi diri agar jika terjadi sesuatu maka keluarga yang ditinggalkan bisa mendapatkan manfaat. Khusus untuk proses liputan di daerah konflik, seorang wartawan (khususnya wartawan KOMPAS) akan selalu dibekali dengan rompi dan helm anti peluru bertuliskan PRESS dengan ukuran cukup besar. Rompi anti peluru sendiri memiliki berat sekitar 13Kg.

“Tak ada peliputan seharga nyawa. Keselamatan tetap yang utama”, tuturnya. Terkait keselamatan diri tersebut, Harry berbagi beberapa tips penting, seperti tidak menjadikan diri sebagai target, tidak menarik perhatian ketika liputan perang, serta memahami kerentanan dan kemampuan diri.

Kegiatan yang dimoderatori oleh Dr.rer.soc. Masduki, S.Ag., M.A., M.Si. tersebut diakhiri dengan tanya jawab dan praktik menggunakan rompi anti peluru yang kebetulan dibawa pada acara tersebut.