MENYELAMI NIKMAT DAN UJIAN KEHIDUPAN DUNIA MENINGKATKAN KEIMANAN

Oleh : Giri Hadmoko——- 

Allah SWT menciptakan alam semesta beserta isinya pasti ada maksud dan tujuannya. Dalam pandangan  Islam, alam semesta bukan hanya langit dan bumi, tetapi meliputi semua yang ada di dalamya, baik yang dapat diamati maupun yang tidak bisa diamati. Di mana alam dibagi menjadi dua alam, yaitu alam nyata dan alam ghaib. Keberadaan alam semesta ini sebagai tanda dari kekuasaan sang Pencipta.  Selain Allah SWT menciptakan alam, Allah SWT juga menciptakan manusia, sebagai penghuni di bumi ini, yang mana akan berperan sebagai pemimpin atau pengendali dari alam semesta yang telah diciptakan oleh Allah SWT. Manusia diciptakan mempunyai kedudukan tertentu, yaitu sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana Allah SWT berfirman:

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

Artinya : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”(QS. Al-baqarah ayat 30)

Kedudukan manusia bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari segala apa yang ada di muka bumi ini. Hal tersebut tergantung pada akhlak dan akal (ilmu) nya.

Mari kita sejenak merenung tentang kehidupan di dunia ini yang sudah kita lewati, dari awal kita dilahirkan di dunia.  Pertama kita terlahir di dunia ini atas kehendak Allah SWT melalui seorang ibu. Sembilan bulan kita dikandung dalam rahim seorang ibu, dari segumpal darah lalu menjadi segumpal daging. Kemudian Allah SWT mengutus malaikat untuk meniupkan ruh pada janin tersebut, lalu ditetapkan baginya empat hal: rezekinya, ajalnya, perbuatannya, serta kesengsaraannya dan kebahagiaannya. Setelah terlahir di dunia, kita mendapat kasih sayang dari kedua orang tua, kita diasuh dilindungi disayang, dalam perjalanan kehidupan dari masa ke masa kita melakukan perubahan, dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa, tua, dalam perjalanan hidup dan tambahnya umur kita tidak jauh dari segala kenikmatan dari Allah SWT yang  telah kita rasakan dan kita nikmati, di saat masih bayi kita begitu lemah, sekarang bisa  tumbuh menjadi kuat, itu semua karena seorang ibu dan orang tua kita.

Pada diri kita ada anggota badan yang begitu nyata kita rasakan dan fungsikan di saat hidup di dunia ini yaitu perut, lisan, mata, telinga, tangan, kaki, dan kemaluan. Kita bersyukur tanpa meminta, semua organ itu diberi kesehatan dan berfungsi pada kegunaanya masing masing. Coba bayangkan bila semua organ itu dapat berfungsi tetapi harus dengan biaya, pasti kita sangat berat untuk menjalaninya. Berutunglah kita dengan semua yang ada di badan ini dengan segala kesempurnaan dan kegunaannya, itu suatu nikmat yang besar. Allah SWT memberikan semua itu dengan segala kesempurnaannya. Kita bisa menikmati apa saja yang telah Allah SWT ciptakan di dunia ini.  Allah SWT  menciptakan bumi lengkap tidak ada yang kurang sedikitpun, semua tersedia dan ada di bumi Allah SWT.  Semua itu untuk mencukupi kebutuhan yang diperlukan umat manusia. Sebagai contoh udara, air, tumbuhan, hewan ternak, bahan makan, emas, serta sumber ilmu yang terkandung di dalamnya, semua itu akan menjadi bekal manusia  bertahan serta mempelajarinya. Semua itu tanda kuasa dan cinta-Nya Allah SWT pada umat manusia. Maha Besar Allah SWT.
Telepas dari semua nikmat Allah SWT yang diberikan, dalam menjalani kehidupan di bumi, kita pasti juga tidak terlepas dari masalah, baik masalah pribadi, masalah keluarga, masalah sosial. Semua masalah itu memang telah menjadi sandangan orang hidup di dunia ini. Allah SWT mendatangkan masalah ke umat manusia sebagai ujian dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Masalah setiap manusia itu pun jelas sangat berbeda beda, Allah SWT memberikan ujian berupa masalah kepada umatnya sesuai dengan kemampuan manusia yang akan diuji, dan tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan hambanya sebagaimana dalam firman Allah SWT:

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (QS. Al Baqarah ayat 286)

Sebagai umat islam yang beriman, dengan semua yang melekat pada kita, baik berupa nikmat kesenangan atau ujian yang ada, pasti kita tidak bisa menghindar dari ketetapan Allah SWT, karena Allah SWT memberikan nikmat dan ujian kepada manusia tidak akan salah ataupun tertukar antara satu dengan yang lainnya.  Itu semua adalah wujud cinta Allah SWT kepada umatnya, dengan tujuan sebagai peringatan dan untuk mengatahui seberapa kuat kadar iman makhluk-Nya.  Melalui semua ujian dan nikmat itu akan menjadikan manusia menyadari apa arti kehidupan sebenarnya, maka dari itu kita dalam menghadapai dan menyikapi  ujian dengan cara yang dicontohkan Rosul SAW.

  1. Beriman pada takdir

Sebagai manusia yang merupakan ciptaan Allah SWT, maka sudah seharusnya kita mempercayai takdir yang diberikan kepada kita.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim no. 2653, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash)

  1. Yakinlah bahwa ujian para nabi lebih berat

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya oleh Sa’d bin Abî Waqqâsh Radhiyallahu anhu :

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً قَالَ الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ

Ya Rasûlullâh! Siapakah yang paling berat ujiannya?” Beliau menjawab, “Para Nabi kemudian orang-orang yang semisalnya, kemudian orang yang semisalnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar (kekuatan) agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujiannya akan bertambah berat. Jika agamanya lemah maka akan diuji sesuai kadar kekuatan agamanya” (HR. at-Tirmidzi no. 2398, an-Nasâi no. 7482, & Ibnu Mâjah no. 4523)

  1. Selalu ada hikmah

Cara menerima ujian dari Allah SWT berikutnya adalah dengan memetik hikmahnya. Yakinkan diri bahwa setiap ujian akan membawa hikmah tersendiri bagi kita. Tidak ada ujian yang sia-sia jika dilewati dengan baik.

Allah Ta’ala berfirman:

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ (115) فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ

Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia.” (QS. Al Mu’minun ayat 115-116)

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ (38) مَا خَلَقْنٰهُمَآ اِلَّا بِالْحَقِّ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ

Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Tidaklah Kami ciptakan keduanya melainkan dengan haq (benar), tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Ad Dukhan ayat 38-39)

  1. Ujian merupakan bentuk cinta Allah

Abu Hurairah r.a. berkata, bahawa Rasulullah bersabda,

Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik maka dia akan diberi-Nya cobaan.” (HR.Bukhari).

Rasul bersabda,

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031, hasan kata Syaikh Al Albani).

  1. Perbanyak mengingat dosa

Rasul bersabda,

إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ » . فَقَالَ بِهِ هَكَذَ

Sesungguhnya seorang Mukmin itu melihat dosa-dosanya seolah-olah dia berada di kaki sebuah gunung, dia khawatir gunung itu akan menimpanya. Sebaliknya, orang yang durhaka melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya, dia mengusirnya dengan tangannya –begini–, maka lalat itu terbang”. (HR. At-Tirmidzi, no. 2497 dan dishahîhkan oleh Al-Albani)

  1. Selalu berzikir

Allah SWT berfirman:

الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ أَلاَبِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS Ar Ra’du ayat 28).

يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا اللهَ ذِكْرًا كَثِيرًا

Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. (QS. Al-Ahzaab ayat 41).

  1. Perbanyak sedekah

Rasul bersabda, “Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air itu memadamkan api“.(HR. At-Tirmidzi).  Rasulullah kembali bersabda: “Bersegeralah untuk bersedekah. Karena musibah dan bencana tidak bisa mendahului sedekah“.

  1. Selalu sabar

Allah berfirman:

لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu benar-benar akan mendengar dari orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan [Âli ‘Imrân ayat 186]

  1. Sholat taubat

Dari ‘Ali Radhiyallahu anhu , dia berkata, “Aku adalah seorang lelaki, jika aku telah mendengar sebuah hadits dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Allâh Azza wa Jalla memberiku manfaat yang Dia kehendaki dengan perantara hadîts itu. Jika ada salah seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyampaikan sebuah hadits kepadaku, maka aku akan memintanya bersumpah (bahwa dia benar-benar telah mendengar dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Jika dia telah bersumpah kepadaku, maka aku mempercayainya.

Dan sesungguhnya Abu Bakar telah memberitakan sebuah hadits kepadaku, dan Abu Bakar telah berkata jujur, dia berkata, “Aku telah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada seseorang pun yang melakukan dosa, lalu dia berdiri kemudian bersuci lalu menunaikan shalat, setelah itu memohon ampun kepada Allâh, kecuali Allâh pasti akan mengampuninya.” Kemudian beliau membaca ayat ini (yang maknanya), “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allâh, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allâh ? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imrân ayat 135)

  1. Husnuzhon pada Allah

Allah berfirman:

وَلَا تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ

Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir..” (QS. Yusuf: 87).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي

Allah Ta’ala berfirman, “Aku sesuai sangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku bersamanya, jika dia mengingat-Ku.” (HR. Bukhari 7405 & Muslim 6981)

  1. Yakin bahwa ujian mampu menghapus dosa

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا يُصِيبُ المُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ، وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ هَمِّ، وَلاَ حُزْنٍ، وَلاَ أَذًى، وَلاَ غَمِّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا؛ إِلاَّ كَفَّرَ الله بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

Apa saja yang menimpa seseorang Muslim seperti rasa letih, sedih, sakit, gelisah, sampai duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya dengan sebab itu semua”. (Muttafaqun ‘alaihi)

  1. Semakin besar cobaan semakin besar pahala

Anas r.a. berkata: Nabi saw. bersabda,“Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung pada besarnya cobaan. Sesungguhnya apabila Allah Ta’ala itu mencintai suatu kaum maka Dia mengujinya. Barang siapa yang rela menerimanya, dia mendapat keridhoan Allah, dan barangsiapa yang murka, maka dia pun mendapat kemurkaan Allah” (H.R.Tirmidzi)

Itulah 12 cara menerima ujian dari Allah SWT sesuai dengan ajaran Rasul. Bila kita sudah berpedoman dengan cara itu , InsyaAllah SWT semua masalah yang ada di dunia ini akan mudah kita hadapi, Semoga usaha yang kita upayakan untuk menerima dan menghadapi serta menyelesaikan  dari semua ujian Allah SWT  menjadikan iman kita semakin meningkat dan menjadi orang yang beruntung di dunia dan akhirat. Amin

Sumber: https://dalamislam.com/info-islami/cara-menerima-ujian-dari-allah-SWT