Merahasiakan Amal Sholeh

Oleh : Ista Maharsi (Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FPSB UII) – – –

Alhamdulillah…bisa sholat tahajud di sepertiga malam”

“Akhirnya khatam juga baca Al-Qur’an setelah berjuang setiap habis sholat fardlu membaca 8 halaman”

  1. “Bisa puasa sunnah Senin-Kamis itu sungguh membahagiakan”

Tak jarang kita jumpai status sosial media seperti contoh di atas bertebaran di sekitar dunia maya kita. Di era teknologi digital seperti sekarang, berbagi pengetahuan dan pengalaman melalui media digital seperti sosial media, amat sangat mudah dan sah-sah saja dilakukan. Namun, banyak yang justru terjatuh pada wilayah berlomba-lomba menunjukkan kebaikan daripada berlomba-lomba meningkatkan kualitas kebaikan itu sendiri dengan menyimpannya dan menjadikannya tabungan amat sangat berharga di kelak kemudian hari. Bahkan mungkin banyak yang terlena bahwa apa yang dituliskan di status social media tersebut bukan merupakan ajakan tetapi lebih pada sekedar menunjukkan ibadah-ibadah yang dilakukan.

 

Keistimewaan menyembunyikan amal sholeh

Ada beberapa landasan Al Qur’an dan Sunnah yang menyatakan bahwa menyembunyikan amal kebaikan itu memiliki nilai keistimewaan.

Perihal sedekah, misalnya, Allâh SWT berfirman:

 إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ ۖ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۚ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ 

Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allâh akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allâh mengetahui apa yang kamu kerjakan.[Al-Baqarah/2:271]

Di dalam ayat tersebut disebutkan bahwa melakukan kebaikan (sedekah) dapat dilakukan dengan terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Keduanya baik, tetapi jika kebaikan itu disembunyikan, sesungguhnya itu lebih baik bagi pelaku sedekah tersebut. Dalam hal ini, sedekah adalah salah satu contoh dari kebaikan, dan masih banyak kebaikan yang dapat dilakukan dan dapat disikapi dengan cara yang sama, yakni menyembunyikan adalah lebih baik bagi si pelaku kebaikan.

Merahasiakan doa yang kita panjatkan untuk saudara kita juga memiliki keistimewaan, seperti yang tertuang di dalam HR Muslim:

عن أَبي الدرداء – رضي الله عنه – : أنَّه سَمِعَ رسولَ الله – صلى الله عليه وسلم – يقول : مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلمٍ يدعُو لأَخِيهِ بِظَهْرِ الغَيْبِ إِلاَّ قَالَ المَلَكُ : وَلَكَ بِمِثْلٍ

 

Dari Abu Darda ra., ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang hamba muslim berdoa untuk kebaikan saudaranya secara rahasia, melainkan ada malaikat yang akan berkata, “Dan untukmu pula yang sepertinya.” (HR Muslim)

 

Keistimewaan merahasiakan doa yang dipanjatkan untuk saudara-saudara kita, teman-teman kita, bahkan untuk orang yang tidak kita kenal sekalipun memiliki kekuatan luar biasa, yakni para malaikat berdoa untuk kita sebagaimana doa yang kita panjatkan untuk saudara-saudara kita tersebut. Amal kebaikan seperti ini sesungguhnya tidak berat, namun kebanyakan dari kita lupa kecuali kita sudah membiasakan memasukkan doa-doa untuk orang lain ke dalam rutinitas ibadah harian kita. 

Berdzikir sendirian atau bermunajat kepada Allah dalam kesunyian lalu dia menangis adalah salah satu amal sholeh yang akan mendapatkan balasan luar biasa dari Allah SWT. Rasullullah SAW bersabda di dalam sebuah hadits:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ في ظِلِّهِ يَوْمَ لا ظِلَّ إلا ظلُّهُ ….، ورَجُلٌ ذَكَرَ اللَّه خالِياً فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; …. dan [7] seorang yang mengingat Allah di kala sendirian sehingga kedua matanya mengalirkan air mata (menangis) HR. Bukhari [629] dan Muslim [1031]

Yang dimaksud menangis ini bukanlah menangis karena kesedihan atau karena suatu peristiwa, tetapi menangis di sini adalah menangis karena takut kepada Allah (Bahraen). Dengan kata lain, menangis sendirian karena takut kepada Allah mendatangkan rahmat Allah berupa perlindungan dari Allah kelak di hari kiamat.

Sebuah renungan tentang keihklasan dalam beramal tertuang pula dalam buku Al-Hikam yang dilengkapi catatan dari Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati. Ibnu Athaillah al-Iskandari menyatakan “Keinginanmu agar orang mengetahui keistimewaanmu adalah bukti ketidaktulusanmu dalam ‘ubudiyah-mu” (Buku Kedua, Bab 6, halaman 224). Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati memberikan penjelasan bahwa keinginan agar kelebihan-kelebihan ilmu dan amal shaleh yang diberikan Allah diketahui oleh orang lain merupakan bukti sebuah ketidakikhlasan. Dalam melakukan ibadah dan mancapai keikhlasan, semua hal yang bernuansa makhluk harus dijauhkan sehingga urusan hanya menjadi milik pelaku amal sholeh dan Allah SWT. Ditegaskan pula bahwa orang-orang yang amal baiknya ingin dilihat oleh orang lain sesungguhnya mereka adalah pembohong karena mereka melakukan amal tersebut bukan semata-mata karena Allah SWT tetapi karena sebab atau motif lain. 

Perbuatan menunjukkan amal sholeh ke khalayak/publik karena ingin dilihat oleh orang lain, maka perbuatan ini tergolong perbuatan riya’. Dengan demikian, orang-orang yang di dalam hatinya masih ada keraguan apakah menunjukkan amal sholeh ke public akan berdampak pada keikhlasannya, maka sebaiknya orang tersebut menyembunyikannya. Namun, ada golongan orang yang mendapat kecintaan dari Allah karena kedekatannya, maka tidak mengapa jika mereka menampakkan amal-amal sholeh kepada publik karena hal tersebut bertujuan untuk bersyukur atas apa yang diberikan Allah dan agar orang lain mengikuti jejaknya. Meskipun demikian, tetaplah sikap kehat-hatian sangat dibutuhkan karena syetan tak pernah berhenti membisikkan jalan-jalan keraguan agar seeorang tergelincir dalam riya’ yang terbungkus kebaikan. 

 

Apakah manfaat dari menyembunyikan kebaikan/amal sholeh?

Pertama, menyembunyikan amal kebaikan adalah salah satu cara untuk menghindari riya’ dan mendekatkan pada keikhlasan. Meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa saat amal kebaikan disembunyikan, ada orang lain yang mengetahui lalu menyebarkan atau adanya godaan syetan ke dalam hati kita untuk terus menerus membelokkan kita dari keikhlasan.

Di dalam Al-Quran, Allah SWT menyuruh manusia untuk melakukan kebaikan/ibadah hanya karena-Nya saja, bukan yang lain. 

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ 

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allâh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus [Al-Bayyinah/98:5]

Manfaat kedua, yakni kita akan dapat menyamakan pujian dengan celaan, artinya bahwa ketika amal kebaikan kita sembunyikan, kita tidak mengharap pujian dari orang lain karena memang tujuan kita melakukan kebaikan itu adalah karena Allah SWT saja. Dengan demikian, saat kita dicelapun, seharusnya kita tidak perlu merasa kecewa karena semua yang kita lakukan hanya karena Allah SWT (https://umma.id/post/rahasiakan-amal-shalehmu).

Manfaat ketiga, menyembunyikan amal sholeh melatih kita untuk meningkatkan kualitas ibadah kita di mana kita tidak lagi memerlukan orang lain saat melakukan amal sholeh karena tujuan utama kita adalah Allah SWT. Jika dilakukan secara terus menerus, merahasiakan amal kebaikan dapat digunakan sebagai sarana menyempurnakan ibadah kita agar terhindar dari sifat riya’ dan sombong. 

Waalahu’alam bisshowab.

 

Referensi

Al-Iskandari, Ibnu Atha’illah. (2014). Al-Hikam. Dilengkapi ungkapan mendalam dari Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati. Jakarta: Turos Khazanah Pustaka Islam

Bahraen, Raehanul. Menangis Karena Allah, Bukti Iman Yang Tidak Bisa Direkayasa. Diunduh 28 November 2020, dari https://muslim.or.id/18834-menangis-karena-allah-bukti-keimanan-yang-tidak-bisa-direkayasa.html

(https://umma.id/post/rahasiakan-amal-shalehmu).