Kuliah Umum Psikologi : Sukses Studi di Era Disrupsi

“Untuk bisa sukses studi di era disrupsi ini, kita harus punya banyak saudara (baca: networking/jaringan). Kita juga harus bisa membawa masa depan ke masa saat ini. Misalnya pada usia 30 tahun kita sudah menetapkan cita-cita (baca: pengin jadi apa/punya apa), maka yang dilakukan kemudian adalah menarik mundur untuk menentukan langkah-langkah pencapaian cita-cita tersebut. Usia 28 tahun sudah menyelesaikan apa? Usia 26 tahuan sudah bisa apa? Usia 24 tahun sudah punya apa? Dan seterusnya hingga kondisi saat ini”. Demikian diungkapkan oleh Mohamad Soleh, S.Psi., MM., CNLP, Direktur Azka Empowering Center pada kegiatan kuliah umum yang diselenggarakan oleh Prodi Psikologi (Psi), Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB), Universitas Islam Indonesia (UII), Sabtu, 12 Muharram 1440H/22 September 2018 di GKU. Prof. Dr. Sardjito, M.Pd. Selain Mohamad Soleh, kegiatan yang dimoderatori oleh Lifthya Ahadiati Akmala, S.Psi., M.Psi, dan dibuka secara langsung oleh Sekretaris Prodi Psikologi, Rumiani, S.Psi., M.Psi juga menghadirkan Mapres UII, Achmad Sholeh untuk berbagai pengalaman.

Pemilik segudang pengalaman dan tercatat sebagai alumni Prodi Psikologi FPSB UII itu banyak berkisah tentang kesuksesan Napoleon Bonaparte yang memiliki kebiasan/pola menepuk dada sebelah kiri saat memberi motivasi pada diri sendiri. “Saat diteliti secara otak, dada kiri sebagai tempat jantung (pemompa darah yang sebagian besar mengandung air ke otak). Air merupakan salah satu media yang bisa merekam pesan dengan baik. Oleh karenanya, untuk bisa memprogram diri dengan bagus ada baiknya melibatkanlah sugesti fisik seperti menepuk dada sebelah kiri ala Napoleon, karena ternyata pola tersebut juga pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW pada sahabat. Program diri Anda dimanapun dan kapanpun”, ungkapya seraya menambahkan agar para mahasiswa menghindari pacaran, karena pacara disinyalir bisa menjadi salah satu penghambat/pelambat dalam menggapai cita-cita.

Selain itu, menurutnya mahasiswa perlu membiasakan diri dengan ‘usaha lebih’ dalam belajar maupun berorganisasi. “Kalau pengin berhasil, dari muda harus melakukan banyak hal termasuk banyak mengikuti organisasi.  Semakin banyak masalah yang dihadapi, maka kita dipaksa untuk mencari solusi. Hal ini menjadi bagian dari proses belajar menghadapi masalah di masa depan. Resikonya memang capek”, tandasnya.

Sementara Achmad Sholeh berpesan kepada para peserta yang notabene adalah mahasiswa baru Prodi Psikologi angkatan 2018 untuk senantiasa berusaha mengembangkan diri, mengasah kemampuan  agar menjadi mahasiswa terpilih dan bukan mahasiswa pilihan. Mahasiswa terpilih biasanya memiliki kelebihan dibanding mahasiswa pilihan atau mahasiswa kebanyakan. Kata kunci yang tepat untuk menjadi mahasiswa terpilih menurutnya adalah ‘Tibalah ke tempat yang kau tuju, sebelum kau tiba ke tempat yang kau tuju’. Adapun maksud dari kalimat itu tak lain adalah tiba secara pemikiran (cita-cita) terlebih dahulu, baru kemudian tiba secara fisik melalui berbagai usaha maksimal (melalui proses pengembangan diri).

“Berbeda dengan mahasiswa sekarang yang harus disuruh-suruh untuk mau kuliah, saya dulu justeru harus bisa meyakinkan orangtua untuk bisa kuliah. Saya sampaikan bahwa saya adalah investasi mereka. Jadi saat saya kuliah, saya akan selalu ingat orangtua bahwa saya adalah investasi (baca: harapan) mereka. Anda juga seharusnya demikian. Berapa banyak biaya yang sudah dikeluarkan oleh orangtua Anda. Jangan sampai Anda sia-siakan” tuturnya.

Tak lupa, atlit Tim Squash Kota Balikpapan itu pun mengajak mahasiswa untuk mengetahui atau mencari passion masing-masing, menentukan tujuan sejak awal, serta membuat rencana langkah-langkah pencapaian tujuan. “Ketahui kekurangan Anda untuk kemudian mencari solusi untuk menutup kekurangan tersebut. Carilah komunitas yang bermanfaat untuk pengembangan diri Anda”, pungkasnya.