Terkekang Ortu

Pertanyaan :

Saya ingin konsultasikan permasalahan yang menimpa saudara sepupu saya. Saat ini ia merasa sangat terkekang karena orangtuanya sangat membatasi dia untuk beraktivitas pengembangan diri. Mau ikut itu tak boleh karena berbahaya. Mau ikut yang lain tak boleh karena tak ada gunanya. Orangtuanya begitu melindunginya, tidak ingin saudara sepupu saya ini dalam bahaya atau melakukan sesuatu yang dianggap terlalu beresiko. Sepupu saya merasa lebih tersiksa lagi ketika dia diharuskan menempuh pendidikan di sebuah pesantren.

Ibu saya pernah mengingatkan kepada paman-bibi saya itu. Namun, mereka sangat yakin dengan cara mereka dalam mengasuh anak. Pertanyaan saya: Apa yang dapat saya dan orangtua lakukan untuk membantu sepupu ini

Udin – Lombok

 

Tanggapan Psikolog :

Oleh : H. Fuad Nashori

Mas Udin yang sangat peduli terhadap saudaranya, saya salut sekali saya kepada anda. Anda tidak hanya sibuk mengurus keperluan hidup anda. Anda juga mampu berempati dan peduli dengan saudara anda. Poin untuk anda, Mas Udin. Apa yang anda lakukan adalah salah satu wujud kebaikan manusia. Sebuah hadis mengungkapkan: sebaik-baik manusia adalah yang berbuat baik paling banyak kepada sesama manusia. Moga dari hari ke hari anda terus berkembang menjadi lebih baik, lebih peduli, lebih berpihak pada pengembangan sesama.

Berkenaan dengan pertanyaan anda, inilah tanggapan dan saran saya. Pertama, ajaklah dia untuk mengaca diri. Apa persepsinya tentang perlakuan sang bapak-ibu terhadapnya? Apa dia merasa nyaman dan adakah yang salah salam pengasuhan orangtua yang diterimanya? Apakah dia merasakan dampak negatif atau sebaliknya positif atas perlakuan orangtuanya? Dari pertanyaan-pertanyaan yang anda pandu di atas diharapkan dia memperoleh kesadaran diri tentang bagaimana diri dia sesungguhnya saat ini. Pemahaman diri semacam ini penting sebagai titik tolak untuk bertindak lebih lanjut. Bila dia merasa ada yang salah, misalkan dia menjadi minder karenan keterbatasannya dalam pergaulan, maka kesadaran diri itulah yang digunakan sebagai titik tolak untuk memperbaiki diri.

Kedua, ajaklah dia untuk berpikir tentang apa yang bisa dia lakukan dalam keterbatasan itu. Setiap orangtua menginginkan kebaikan bagi anaknya, namun cara yang mereka pilih belum tentu cocok. Doronglah saudara sepupu anda itu untuk menyampaikan harapan kepada orangtua itu. Bagaimana kalau dimarahi? Ungkapan yang lemah lembut insyaallah tidak merangsang kemarahan. Bila diperlukan, dia dapat dibantu oleh orang yang berpengaruh terhadap orangtuanya. Ibu anda misalkan. Melalui dialog yang terbuka dengan orangtua, maka beberapa jengkal kebebasan akan dinikmati oleh sepupu anda nanti. Saya percaya cara ini akan memberi pengaruh terhadap orangtua, walaupun perubahan orangtua belum tentu langsung signifikan. Bila sedikit sekali perubahan orangtua, maka saya berpikir ada baiknya teman anda itu mulai memilih saja aktivitas pengembangan diri di pesantren dan tempat belajarnya, tentu yang tidak beresiko atau dikhawatirkan orangtuanya. Ajaklah dia mengeksplorasi minat dan bakatnya. Ajaklah dia untuk mengenali potensi-potensinya yang pernah muncul. Bila anda memerlukan bantuan psikolog, anda dapat dapat menemui mereka dan mendapatkan tes bakat. Tes bakat akan membantu seseorang menemukan bakat-bakat khususnya di bidang seni, olahraga, dan sebagainya.

Ketiga, yang anda lakukan selanjutnya adalah mendorong sepupu anda ini untuk menekuni aktivitas pengembangan diri dengan bimbingan dari guru atau orang yang lebih dewasa yang berpengalaman. Carilah pembimbing yang memotivasi, yang memberi feedback, dan sejenisnya. Pembimbing yang paling awal dan paling penting adalah yang paling mengerti psikologis anak bimbing dan mampu membangkitkan asa orang-orang yang dibimbing.

Keempat, ada baiknya ibu anda dapat berperan sebagai mediator apabila ada kesulitan komunikasi antara sepupu anda dengan orangtuanya. Ini terutama bila orangtua sepupu anda itu selalu mendikte dan menyalahkan anak atas keberaniannya mengungkapkan isi hatinya. Ibu anda perlu menjelaskan bahwa niatnya adalah membantu mereka hidup lebih nyaman, itu pun kalau diperkenankan. Kalau tidak diperkenankan, cukup nasihati saja secara sepihak paman-bibi anda itu. Ini dengan harapan seseorang mau berubah setelah mendapat nasihat dari orang lain.

Demikian. Bagaimana menurut Anda?