Psikologi Miliki Doktor Baru

Bu Uyun. Demikian panggilan akrab salah satu staf pengajar Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) yang telah berhasil menyelesaikan studi lanjut 3 (program doktoral) di Institute of Psychology, Faculty of Biosciences, Pharmacy and Psychology, University of Leipzig, Jerman.

Pemilik nama lengkap Qurrotul Uyun, S.Psi., M.Si., Psikolog tersebut berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Effectiveness of Sabr (Patience) and Salat (Prayer) on Resilience, Psychopathological symptoms, Just World Belief, and Coping after Merapi Eruption 2010 in Yogyakarta di hadapan 5 dosen penguji pada ujian doktoral yang berlangsung 23 Juli 2015 M/7 Syawal 1436 H. Kelima dosen penguji tersebut, yakni Prof. Dr. Evelin Witruk, Prof. Dr. Marcus Stück, Prof. Dr. Konrad Reschke, Prof. Dr. Stefan Schmuckle, Prof. Dr. Schulz.

“Latar belakang disertai tersebut berawal dari program Islamic Psychology for Teaching and Learning bersama Ustad Hamdani, sehingga memberikan inspirasi untuk mempelajari psikologi berdasarkan Islam (Al Quran dn Hadist). Selanjutnya hasil diskusi dengan teman-teman, terutama Pak Sus, Bu Emi, Pak Bagus, dan Pak Irwan, saya mencoba menerapkan perintah dalam Al Quran tentang perintah untuk menjadikan sabar dan shalat sebagai cara untuk minta pertolongan kepada Allah.  Dari ayat tersebut kemudian disusun menjadi pelatihan sabar dan  shalat yang digunakan untuk membantu menngurangi gangguan psikologis dan meningkatkan kesehatan mental para korban bencana alam Merapi”, ungkap Bu Uyun.

“Saya sangat bersyukur kepada Allah telah memberikan pengalaman hidup dan memberikan jalan untuk menyelesaikan studi ini, melalui UII, teman-teman, keluarga yang memberikan bantuan selama penyelesaian studi. Saya berharap dengan selesainya studi ini, dapat memberikan manfaat terutama untuk diri saya dan keluarga saya kebaikan dunia akhirat, serta kepada institusi (UII) dan semua yang membaca disertasi saya”, tambahnya.

Perjuangan keluarga (baca: keluarga Bu Uyun) untuk survive hidup di Jerman dengan penyesuaian diri terhadap cara hidup yang sangat berbeda menjadi kesan yang akan selalu dikenang. Sedangkan untuk kualitas perkuliahan di Jerman menurutnya tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. “Semuanya sangat tergantung kepada kesungguhan pelakunya masing-masing”, tegasnya.

Ada catatan menarik dari sosok yang sangat ramah, grapyak dan konsen di bidang kajian Psikologi Klinis ini, yakni selama studi lanjut di Jerman beliau bersama suami tercintanya (Bapak Farid Mustofa, MA) banyak memberikan bimbingan (tausiyah) kepada komunitas mahasiswa Indonesia yang berada dan atau sedang menempuh studi lanjut di kota Leipzig, Jerman.

Kita doakan agar ilmu yang didapat bisa memberikan banyak manfaat bagi civitas akademika UII, khususnya Prodi Psikologi FPSB UII. Amiin..