Psikologi Kaji Pengasuhan Anak di Era Digital

Prihatin dan khawatir. Demikian dua kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi anak-anak jaman sekarang (khususnya anak-anak yang masih duduk di kelas 4,5 & 6 Sekolah Dasar-SD) yang hampir sebagian besar pernah mengakses media pornografi. Setidaknya hal itu ditunjukan oleh hasil penelitian tahun 2008 dan 2013 dimana dari 1.600 – 2.000-an responden (siswa kelas 4,5 & 6 SD) menunjukkan peningkatan prosentase jumlah yang cukup signifikan terhadap akses media pornografi. Pada tahun 2008 misalnya, didapati angka prosentase 66% responden pernah mengakses media pornografi, 23 % belum pernah mengakses dan 11 % missing. Namun data tersebut segera berubah pada tahun 2013 dimana didapati kenaikan jumlah responden yang pernah mengakses media pornografi  menjadi 90%, tidak pernah mengakses sebesar 9 % dan missing 1%. Maka pada era digital yang semakin canggih dan mudah diakses saat ini tentu juga akan menaikan prosentase tersebut. Perangkat permainan ‘playstation’,  TV kabel maupun gadget (smartphone) memungkinkan mereka lebih mudah mengakses media pornografi. Hal ini disampaikan oleh Direktur Yayasan Kita dan Buah Hati, Dra. Hj. Elly Risman, Psikolog pada kolokium bertema “Mengasuh Anak Tangguh di Era Digital” yang diselenggarakan oleh Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), 25 Nopember 2016 di Ruang Auditorium FPSB UII.

 

Lebih jauh dalam materinya yang berjudul ‘Memahami dan Mengatasi Kecanduan Anak pada Internet, Pornografi dan Game Online’, Ibu Elly Risman mengajak para peserta kolokium yang terdiri dari mahasiswa dan juga dosen dan staf kependidikan FPSB UII untuk lebih pro aktif mendengarkan curahan hati anak-anaknya, pro aktif menjadi pendengar yang baik dan senantiasa berusaha memberi rasa nyaman kepada anak-anak agar mereka tidak mencari kenyamanan ‘di luar rumah’ seraya menambahkan pentingnya menjaga atau memagari anak dari hal-hal yang kurang/tidak baik (negatif). Pornografi memang berbahaya dan menjadi momok para orang tua, karena selain merusak akhlak ternyata juga dapat merusak perkembangan otak anak. Kerusakan yang ditimbulkan pada otak sama pun dengan kerusakan saat seseorang mengalami benturan otak pada sebuah kecelakaan.