Prodi HI Gelar AYGATH 2016

Asean Youth Gathering (AYGath) dipastikan akan menjadi ikon baru bagi Prodi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII). Hal ini disampaikan oleh salah satu panitia penyelenggara AYGath sesaat usai agenda konferensi bertema “The Role of Students in Asean Community Development” yang menghadirkan Irawan Jati, S.IP., M.Hum, M.S.S.  (Universitas Islam Indonesia), Dr. Johan Richard Weintre, Ph.D (Flinders University) dan Dr. Maskota Delfi, S.Sos., M.Hum (Universitas Andalas) sebagai pemateri,  Sabtu,  10 Desember 2016 di GKU. Prof. Dr. Sardjito, M.Ph.

Sebagai pemateri pertama, Irawan Jati menyampaikan materi berjudul “Promoting Peace Culture for Youth to Create a Peaceful Southeast Asia” yang berisi tentang ajakan untuk lebih mengenalkan budaya damai, budaya toleransi dan budaya Indonesia yang baik lainnya kepada negara-negara di Asia Tenggara dalam rangka memprovokasi untuk melakukan kebaikan (kedamaian). Namun demikian, sosok yang akrab disapa Pak Jati ini juga masih menyayangkan banyaknya kasus konflik di Asia Tenggara, termasuk kasus yang masih hangat ini seperti halnya pelanggaran HAM terhadap kaum minoritas muslim Rohingnya di Myanmar. Menurutnya ada nilai-nilai (values) yang harus dikembangkan dalam mewujudukan kedamaian, diantaranya adalah nilai cinta (love), nilai kasih sayang (compassion), keharmonisan (harmony), toleransi (tolerance), peduli dan berbagi (caring and sharing), saling ketergantungan (interdependence)empati (empathy), spiritual (spiritual), dan kebersyukuran (gratitude).

Sementara Johan Richard Weintre dalam paparannya yang berjudul Exploring Mutual Cooperation in The ASEAN Contect and Beyond (Identity and Humanity) secara tegas menyatakan pentingnya revoluasi mental untuk kebaikan hidup di masa depan.

Sedangkan Maskota Delfi yang mempresentasikan “Respect of Diverse Mainstream and Non-Mainstream Communities in ASEAN” mengingatkan kepada peserta untuk lebih meng-eksplore kebudayaan-kebudayaan yang ada di Negara-negara ASEAN sampai ke daerah-daerah yang terpencil atau tingkat pedesaan. “Backpacker  sajalah untuk keliling Asia agar bias lebih banyak belajar”, ungkapnya. Maskota Delfi menambahkan bahwa budaya merupakan salah satu kendaraan untuk memahami ASEAN Community, harus toleransi dan menghargai kebudayaan orang/negara lain. 

Selain konferensi, AYGATH juga menyelenggarakan Model of ASEAN Meeting yang diikuti oleh 7 tim dari 5 SMA asal kota Jogja. Dari ke-7 tim yang berlaga dalam simulasi sidang ASEAN tersebut, Drs. Isman Pasha, MH dari KEMENLU RI selaku pemateri sekaligus juri memutuskan bahwa Tim asal SMA N 1 Depok sebagai Best Delegation dan Tim asal SMA N 3 Yogyakarta sebagai Best Speaker.